Sejak tahun 2000 komunikasi saya dengan beliau (isro' abdullah) sudah mulai nyambung kembali. Maklum sejak lulus SD Gelaman, ia tidak pernah lagi nongol di Desa Gelaman, taunya ternyata ia menghilang dari bumi Gelaman dan memilih hijrah ke situbondo.
Di Situbondo Ustaz Isro' Abdullah melanjutkan pendidikan di Pondok Pesantren Salafiyah Safiiyah Soekorejo Situbondo asuhan KH. A. Fawaidz As'ad kala itu. Sangat lama komunikasi saya terputus dengannya, dan tersambung kembali pada tahun 2000 an. Saat itu kita saling berkunjung, terkadang Ustaz Isro' ke Probolinggo, tepatnya di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo tempat saya nyantri, dan begitu sebaliknya, terkadang saya juga mendatangi ia ke pondoknya.
Sebagaimana anak santri, saya di ajak makan di warung yang ada hanya tahu dan tempe, begitu juga saat ia berkunjung ke saya, lalu saya mengajaknya makan di warung santri yang ada hanya kerupuk, tahu dan sambel.
Saling bersilaturrahmi ini sering terbangun hingga saat ini. Meskipun kita sama-sama berkeluarga, dan tempat beda Kabupaten, namun itu tak menyurutkan persahabatan kita berdua.
Saya mengenal ustaz isro' sebagai sosok yang hebat, pintar dalam berpidato, dan pintar dalam membuat drama pendidikan. Ia juga mampu menjadi inspirator bagi anak muda desa Gelamam di kala itu.
Pada tahun 1999 kurang labih, kita bersama-sama membentuk Ikatan Santri dan Pelajar Desa Gelaman (saya juga hampir lupa singkatanya) tentu bersama dengan santri-santri lainnya, ada Ustaz Musahnan, Ustaz Asrowi, Ustaz Badaruddin dan lainnya. Perjalanan organisasi ini puncak kesuksesannya pada tahun 2000 an, dimana kita saat itu gencar melaksanakan kegiatan Nuzulul Qur'an, Khotmil Qur'an, bahkan mampu mengajak mayoritas masyarakat Gelaman ikut tahlil bersama di setiap kuburan umum yang ada di Gelaman.
Kita berembuk saat itu, ia bersama Ustaz Isro' agar mampu meniadakan orang yang membunyikan celeng-celengan, mercon di Kuburan atau dekat kuburan sebagaiman tradisi yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat Gelaman. Alhamdulillah keinginan baik itu berhasil, mampu meniadakan orang yang membunyikan celeng-celengan di kuburan umum Desa Gelaman.
Selanjutnya, ia adalah orang muda yang saat itu sudah tampil menjadi khotib baik saat khotib jum'at maupun hari raya. Saya sangat senang mendengar cara ia berpidato, santai dan mudah di pahami.
Setiap apa yang ingin ia kerjakan, saya pasti di ajak berdiskusi hingga pada persoalan privasi (rahasia pribadi), dan tidak semua orang ia beri tahu.
Ada cerita yang sangat menarik, pada saat setelah tahlil bersama di kuburan umum desa Gelaman, saya dan ustaz isro' jalan-jalan mau bersilaturrahmi ke beberapa teman di Arjasa, Kalinganyar, Angkatan dan desa lainnya. Saat itu pinjam sepeda kakaknya, kalau gak keliru namanya kak Alwan (atau siapa ya) saya lupa. Sepeda itu baru di beli dan bermerk shougun.
Saat kita berdua melintasi lorong delem, tiba-tiba saat itu ustaz isro' sudah mulai tidak konsen dan akhirnya tiba-tiba sepedanya bocor.