Peredebatan hingga polemik soal wisuda yang terlalu dini, dan juga dianggap menghilangkan sebuah kesakralan prosesi yang ditempuh ketika memasuki jenjang kuliah kembali muncul di permukaan setiap tahun ajaran berakhir. Polemiknya pun masih sama, apalagi prosesi yang terkadang justru bisa jadi pengeluaran dana darurat bagi setiap orang tua.
Aku yakin, polemik ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Kalian juga bisa lihat ilustrasi yang kusertakan di artikel, ya memang di luar Indonesia pun, banyak jenjang sekolah yang juga melaksanakan semacam graduation day, terlihat seru dan sangat bergaya barat. Tapi memang tak sepenuhnya gaya barat bisa diterapkan juga di Indonesia, proses adaptasinya juga mungkin tidak akan selancar di luar.
Apalagi jika membahas dari sisi finansial.
Beberapa pesan whatsapp di grup yang aku ikuti mengeluhkan jika anaknya yang masih jenjang PAUD dibebankan biaya graduation day sebesar 1.9 juta untuk 1 anak di acara tersebut.Â
Memang anaknya sekolah di PAUD yang cukup oke, tapi beban ini cukup mengundang tanda tanya. Event seperti apa yang mengharuskan setiap wali murid mengeluarkan biaya tersebut. Mengundang Cocomelon atau Blippi ke Indonesia kali ya?
Kalau berbicara di sekolah menengah atas mungkin tidak akan terlalu kontras, karena mayoritas memiliki kemampuan ekonomi yang lebih stabil. Tapi kalau berbicara di level menengah bawah? Polemiknya bakalan lebih tajam. Akan banyak wali murid yang harus sampai menjual barang atau mungkin sampai berhutang untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak.
Yang paling sering diduga, apakah graduation day ini salah satu ajang mencari tambahan cuan untuk yayasan atau sekolah?
"Festival seremonial ini justru tidak berkorelasi dengan pengembangan kompetensi siswa, tidak berkorelasi dengan peningkatan prestasi siswa, tidak ada tuh. Yang ada justru jadi beban secara finansial bagi orang tua, bagi anak," beber Koordinator P2G, Satriawan Salim yang dilansir dari Detik.com.
Aku yakin juga anak PAUD-TK juga akan lupa momen saat mereka wisuda.
Bagi orang tua yang pro terhadap wisuda anak-anak, banyak yang beranggapan jika orang tua tidak mampu cukup komunikasi ke sekolah atau pengurus. Tapi ya kan tidak semudah itu ya, kan enggak bisa gitu semua orang tua harus jujur, apalagi kalo ada wali murid yang kerjanya menggosip. Bisa habis itu juga mental anak orang tuanya kalo sampai kena bully.
Seandainya memang sekolah atau yayasan bertujuan untuk merayakan kelulusan sang anak, sebagai bagian dari perkembangan mental si anak, ada baiknya sekolah memberikan sosialisasi kepada orang tua hingga rancangan budget secara transparan kepada orang tua, dan juga disepakati bersama.
Kalo memang ternyata ujungnya hanya sebagai lahan mencari cuan tambahan, ya sudah saatnya pemerintah turun tangan ya terhadap polemik ini. Minimal jika ingin tetap diadakan, ya menggunakan dana bantuan pemerintah dll. Ya memang problematika pendidikan di Indonesia ini pelik sekali, dari guru yang dibayar tidak layak, hingga mengidamkan pendidikan terbaik tapi harus dengan biaya yang terburuk, jadi momok setiap orang tua baru yang akan menghadapi kehidupan pendidikan anak.
Kata "sekolah mahal" akan selalu menjadi perdebatan besar dan panjang, apakah di Indonesia memang akan semakin sulit untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik?
Apakah memang harus selalu berlaku hukum alam, yang kaya mendapatkan yang terbaik, yang miskin akan tetap mendapatkan yang seadanya?
Hidup ini memang membingungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H