Kayanya bukan cuma aku yang sangat-sangat nyaman kerja di rumah dan sangat heran mengapa banyak pihak yang terlalu push untuk kita kembali full WFO seperti wacana-wacana yang muncul saat ini.
Sebagai catatan, aku pun tidak terlalu menentang para pekerja yang memang harus WFO karena terkait teknis ataupun pelayanan publik. Tapi buat pekerja yang memang bisa remote, mengapa harus dipaksa untuk masuk ke kantor seperti biasa? Harusnya kan bisa adaptif dengan kondisinya masing-masing.
Sebagai perwakilan dari generasi genzi yang memang senang dengan pengalaman-pengalaman baru. Dengan WFH ataupun WFA, kita punya waktu tersisa yang sangat banyak buat kita melakukan hal-hal lain yang lebih produktif.
Aku akan memaparkan salah satu alasan mengapa anak muda lebih suka WFH, khususnya aku mengambil sudut pandang dari diriku sendiri.
Jarak tempuh untuk Kerja
Apalagi aku yang punya lokasi rumah yang sangat jauh dari Jakarta, untuk perjalanan dari rumah orang tuaku di Rangkasbitung, aku harus memakan waktu hingga 3 jam untuk sampai ke daerah Kuningan.
Jika ditotal kan bisa 6 jam perjalanan. Bayangkan dengan waktu 6 jam perjalanan yang terbuang, sebenarnya aku bisa melakukan hal lain, olahraga mungkin, masak, komunikasi dengan tetangga, ataupun mungkin aku bisa menambah pundi-pundi dari melakukan pekerjaan lain. Hal-hal tersebut rasanya tak mungkin aku lakukan ketika berada di dalam kereta.
Investasi Workspace
Sekadar informasi, semenjak pandemi melanda, dan aku yakin juga bukan hanya aku. Pasti kalian kan sudah investasi seluruh peralatan penunjang pekerjaan yang bisa dilakukan di rumah.
Kalian pasti sudah beli meja kerja, kursi yang sangat proper buat bekerja. Yang gajinya ekstra mungkin juga sudah dekorasi meja kerja kalian di rumah dengan sangat-sangat nyaman.
Dengan investasi yang sudah kalian keluarkan, kan enggak mungkin akhirnya kita ga maksimalkan penggunaanya. Ya, dan pada akhirnya ini alasan mengapa kita lebih nyaman kerja di rumah, karena workspace kita jauh lebih nyaman dibandingkan di kantor.
Area yang Lebih Minim Distraksi
Tidak semua bisa dibagi rata ya, tapi karena aku kerja di kamar sendiri. Aku bisa sangat-sangat fokus mengerjakan pekerjaan tanpa gangguan. Colok headset dijamin dunia seakan hanya milik kita.
Enggak semua bisa disamarata sih ya, banyak kesulitan yang berbeda-beda, tapi kebanyakan punya antisipasi dari kesulitannya masing-masing.
Rekan kerjaku yang sudah berkeluarga memang punya distraksi dari misal anak ataupun pasangan, pilihan mereka biasanya membuat suatu ruang yang memang khusus kerja.
Waktu Adaptasi
Menjelang 3 tahun kita menghadapi pandemi, bukan waktu yang sebentar lho. Yang akhirnya membuat kita memang lebih terbiasa untuk bekerja hybrid, bekerja di mana saja.
Beradaptasi dengan kondisinya masing-masing. Jadi memang kalo kita dipaksa kembali untuk ke kantor, ya  memang kita butuh kembali adaptasi dengan lingkungan baru lah istilahnya.
Ini baru sebagian kecil ya, apa yang kurasakan dengan kenyamanan WFH. Aku bisa berkomunikasi baik dengan keluargaku juga.
Karena sering bertemu dengan mereka, kualitas hidup semakin baik juga kan ya. Kan kita bekerja untuk kualitas hidup kita yang lebih baik kan, bukan yang lain?
Kalau kalian bagaimana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H