Mohon tunggu...
Laila N.
Laila N. Mohon Tunggu... Freelancer - Self Storyteller

Lebih suka menceritakan untuk diri sendiri, menjadi pengingat yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mati Muda karena Boba dan Kopi-Kopi Kekinian

11 Juli 2022   13:05 Diperbarui: 11 Juli 2022   13:15 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Boba, foto: www.thespruceeats.com

Saya sebenarnya tidak tahu persis kapan kita sebagai anak muda dikenalkan sebuah tren makanan dan minuman ala boba-boba ini yang secara tidak sadar adalah slow killing disease-nya kita sebagai genzet. Udah enggak kebayang deh, di tahun berapa kira-kira bakalan meledak penyakit diabetes yang sebelumnya didominasi orang tua, kayanya bakalan geser secara instan ke anak muda.

Ya kita sih tahu ya, bisnis dengan cuan melimpah dikombinasikan dengan kekuatan sosial media bisa menggerakan pola hidup manusia. Salah satunya ya kebiasaan minum-minuman manis yang bikin anak muda semakin over consumption gini. Tapi ya, dear wahai para pengusaha. Ini secara enggak langsung kalian juga membuat sebuah produk pemusnah massal. Udah kaya Thanos dengan jentikan jarinya ga sih gaes?

SNAP!!!

Kayanya juga ya, tren ini yang membuat sebagian besar kehidupan anak genzet kaya saya ini semakin jadi banyak beban pikiran. Tabungan enggak penuh-penuh, tapi jajannya kaya minum obat sehari 3x. Inilah pula yang semakin mendorong kita semakin enggak punya kehidupan yang minimalis. Kok bisa?

Ya bisa, bayangin deh gara-gara jajan-jajan yang bikin kecanduan gini, budget bulanan kita bisa berkurang drastis dengan pembelian yang sebenarnya enggak perlu-perlu amat. Enggak minum boba dan kopi-kopi, enggak bakalan bikin kita mati juga --kecuali ya kalian enggak makan, bener ga? kita masih bisa minum air putih. Minuman kekinian cuma memuaskan nafsu batin aja, kasusnya sama kaya perokok. Mereka enggak ngerokok juga enggak bakalan mati juga. (No offense ya perokok).

Nah itu baru budget. 

Coba bayangkan selanjutnya gara-gara kebanyakan minum-minuman kaya gitu, di umur yang masih muda kita jadi terjangkit penyakit diabetes. Duh, amit-amit. Tapi saya punya pengalaman yang cukup tidak mengenakan di keluarga saya sendiri, gara-gara penyakit ini salah satu anggota keluarga saya harus masuk rumah sakit gara-gara sudah kolaps, selanjutnya? Salah satu anggota tubuhnya harus ada yang diamputasi agar penyakit tidak semakin menjalar ke area lain. Benar-benar pengalaman yang sangat membekas hingga kini.

Yang tambah parah kalo misalnya kita enggak punya dana buat berobat ke rumah sakit, enggak ngurus BPJS pula. Udah sakit, sekarat, enggak bisa aktivitas, dan pada akhirnya malah jadi susah sendiri.

Saya benar-benar merasa terbantu dengan konsep frugal living, yang sangat mengubah pola pikir saya untuk menghadapi kehidupan selanjutnya. Kita udah harus mengatur berapa budget yang harus dikeluarkan, memikirkan sebuah pembelian yang sebenarnya enggak perlu-perlu banget. Mengatur target apa yang mau kita capai dengan berhemat.

Inget kata bu Sri Mulyani, genzet kaya kita bakalan susah beli rumah. 

"Untuk membeli rumah 15 tahun mencicil di awal berat, suku bunga dulu, prinsipalnya di belakang. Itu karena dengan harga rumah tersebut dan interest rate sekarang harus diwaspadai karena cenderung naik dengan inflasi tinggi," jelas Sri Mulyani dalam Acara Securitization Summit 2022, di Jakarta, Rabu (6/7/2022). (CNBC Indonesia)

Tambah bikin stress kita aja si ibu, kalo dipikir-pikir kan generasi ibu juga yang suka beli-beli rumah cuma buat investasi, kita-kita yang generasi ke bawah, jadi selalu dikasih janji-janji developer kalo beli rumah itu investasi, padahal mah buat kita tidur aja bu kita mau beli rumah.

Tapi ya dipikir-pikir enggak ada yang bisa bantu kita, kalo bukan kita sendiri yang berusaha. Ya caranya cuma dengan kita hidup lebih minimalis, dan menentukan target dan prioritas ke depannya kita mau kaya apa.

Bener enggak gaes?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun