Mohon tunggu...
Lely Zailani
Lely Zailani Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga dengan satu anak. Pendiri dan aktif di HAPSARI (Himpunan Serikat Perempuan Indonesia) organisasi non pemerintah yang bekerja untuk pemberdayaan perempuan akar rumput di perdesaan. Saat ini tinggal Deli Serdang Sumatera Utara.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Safe Cities Tidak Sekedar Konsep

24 Oktober 2018   17:44 Diperbarui: 25 Oktober 2018   01:37 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan tanpa trotoar di Jakarta (foto Lely Zailani)

Oleh : Lely Zailani[1]

 

Saat ini, kota-kota di Indonesia mulai memasuki trend menjadi kota cerdas (smart city). Yaitu kota yang telah mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam tata kelola sehari-hari, dengan tujuan untuk mempertinggi efisiensi, memperbaiki pelayanan publik, dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Ternyata, menjadi smart city harus dimulai dengan safe cities (kota aman) dan iklusif gender. Aman dan inklusif untuk siapa? untuk perempuan, anak perempuan dan penyandang disabilitas. Jika sebuah kota aman untuk perempuan, anak perempuan dan penyandang disabilitas, maka kota itu aman untuk semuanya. Sebab, kalau kita dapat menjawab kebutuhan yang paling rentan, maka kebutuhan kelompok lainnya akan terpenuhi.

Safe cities adalah program yang menggunakan pendekatan komprehensif, untuk   meningkatkan askes yang aman bagi perempuan dan anak perempuan terhadap kota dan segala sumber daya yang ada di dalamnya, dimana mereka tidak merasa khawatir terhadap ancaman kekerasan, pelecehan, dan diskriminasi.

Empat Pilar

Menurut Dr. Kalpana Viswanath, pendiri dan mantan ketua Organisasi Jagori, sebuah organisasi yang berbasis di India yang berfokus kepada isu pencegahan kekerasan terhadap perempuan, ada empat pilar yang harus dibangun untuk mengembangkan safe cities tersebut, yaitu; informasi dan data, perencanaan kota (yang responsive gender), kebijakan dan undang-undang, serta kesadaran semua pihak terkait isu kota aman dan inklusif.

Data dan Informasi

Berbagai isu yang dihadapi perempuan dan anak perempuan sangat penting diketahui. Sebab, konstruksi social dan gender telah menyebabkan perempuan memiliki kebutuhan khas dan spesifik yang menyebabkan kebutuhan mereka berbeda ketika di ruang public dan mengakses sarana public. Perempuan melakukan aktifitas rutin mengantar anak sekolah setiap pagi lalu berbelanja ke pasar, misalnya. Oleh karena itu, perempuan membutuhkan lebih banyak pilihan transportasi dengan lebih banyak rute antara sekolah dan pasar, bukan hanya antara sekolah dan kantor atau kampus.

Data dan informasi lain yang dibutuhkan adalah terkait dengan faktor-faktor yang dapat mengarah kepada meningkatnya kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan di ruang publik. Ketika fasilitas public yang tersedia justru menjadi tempat yang rawan kejahatan bagi perempuan, misalnya; terminal, angkutan umum, jembatan penyeberangan orang, tempat penyeberangan untuk pejalan kaki (zebra cross), taman kota, trotoar, bangunan kosong, jalan-jalan tanpa penerangan dan lain sebagainya.

Data dan informasi berisi penjelasan bagaimana kondisi fasilitas umum tersebut dan diperlukan untuk pengembangan pengetahuan dan mengumpulkan pendapat serta pemikiran dari pemangku kepentingan terkait, termasuk perempuan dan anak perempuan sendiri tentang seperti apakah kota yang aman bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun