Perilaku pemerintahan SBY adalah penyimpangan tesis kepemimpinan professor Abraham Zaleznik, mantan pengajar Strategi Bisnis di Harvard School of Business.
Dewasa ini KKN pimpinan adalah topik hangat dalam berbagai organisasi, khususnya wakil rakyat atau pimpinan politik di kementerian, BUMN, BUMD, dan kepala daerah.Dalam berbagai liputan media, investigasi berawal dari bawahan yang tertangkap tangan. Tetapi, akhirnya pimpinanlah aktor utama yang memungkinkan bawahan untuk merusak sistem yang ada.
Siapa saja yang telah mengamati keadaan KKN di Indonesia menyadari bahwa koruptor terpopuler dan terus merajalela di berbagai bidang adalah mereka yang memiliki otoritas atas sebuah sistem kebijakan dan implementasinya dan sering menggunakannya untuk memanipulasi sistem dan prosedur yang ada.
Salah satu konsep yang paling lazim dan dibuat oleh wakil rakyat atau pimpinan politik tadi adalah “bermain mengatur wasit.”Katakan bagaimana wasit mengatur permainan dan sejumlah hal bisa saja terjadi tanpa terduga.
Bila begitu keadaannya, maka dengan bercokolnya pimpinan politik dalam kedudukan strategis seperti setgab pemerintahan SBY, kemacetan good governance pasti terjamin di kementerian, BUMN, BUMD, dan kepala daerah dan sebagainya.
Jadi, pemecahan paling logis fenomena KKN dalam setiap rezim kekuasaan di Indonesia seringkali ditemukan dalam keberanian pimpinan mengendalikan dan membangun sistem hukum yang berlaku.Sebab, jarang sekali masalah korupsi besar itu ada dalam pengendalian bawahan apalagi rakyat biasa di luar sistem. Tentu saja, keberanian ini harus dimulai dari dirinya sendiri.
Perhatikan contoh ini.Dalam kasus Cina, satu keberanian PM Zhu Rongji tahun 1998 saat pelantikannya ”Sediakan 100 peti mati, 99 untuk mereka yang melakukan korupsi, satu untukku jika aku juga korupsi.”Satu keberanian seorang pimpinan puncak pemerintahan telah membentuk kembali kedigdayaan negara Cina dalam berbagai bidang saat ini. Bukan mustahil bila PM Zhu Rongji paham betul tesis kepemimpinan dan pembaruan dari professor Abraham Zaleznik, mantan pengajar Strategi Bisnis di Harvard School of Business bahwa, “Orang yang memimpin adalah alat lewat mana loyalitas dibangun, moral diciptakan, dan bawahan dimotivasi.” (Lelo Yosep, Staf Pengajar Universitas Bina Nusantara Jakarta dan Universitas Bunda Mulia Jakarta)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H