Mohon tunggu...
Lelly Muridi Z.Z.
Lelly Muridi Z.Z. Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang mahasiswi Magister Ilmu Hukum Universitas Brawijaya yang suka menulis

ketika kita pergi jauh, seseorang mungkin akan lupa siapa kita, tapi setidaknya mereka bisa melihat karya-karya kita.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Enzo Zenz Allie, Masyarakat Harus Positive Thinking!

14 Agustus 2019   17:44 Diperbarui: 14 Agustus 2019   17:57 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru-baru ini masyarakat dihebohkan oleh berita sosok taruna Akademi Militer (Akmil) keturunan Prancis yang saat ini akan mengikuti pendidikan Candradimuka dengan status Calon Prajurit Taruna (Capratar) di Akademi Militer, Magelang  yakni bernama Enzo Zenz Allie. Bukan soal ketampanan dan kegagahannya saja melainkan adanya kontroversi yang dikaitkan dengan organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). 

Kabar mengenai hal ini pun booming dan membuat netizen di media sosial angkat bicara. Seperti diketahui, dalam mengikuti tes menjadi calon anggota TNI tidaklah mudah dan melewati banyak prosedur yang sudah ditetapkan. Bahkan sebelum mengikuti tes, calon anggota TNI diharapkan untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu dari jauh-jauh hari.

Enzo Zenz Allie adalah sosok blasteran Indonesia dan Prancis, almarhum ayah Enzo adalah warga Prancis sedangkan ibunya merupakan warga negara Indonesia. Hal mengagumkan yang dimiliki Enzo adalah dapat menguasai 4 bahasa yakni Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, dan Bahasa Prancis. Tentu mungkin hal ini juga yang menjadi pemicu nilai plus Enzo dapat diterima menjadi taruna Akmil selain dari tes lain yang dilakukan seperti tes fisik, psikologi dan lain sebagainya. Terlepas dari itu semua yang menjadi heboh dikalangan publik adalah ada salah seorang yang menemukan foto Enzo membawa bendera tauhid dan banyak yang menganggapnya sebagai simpatisan organisasi terlarang HTI sehingga layak dicopot dari TNI. Selain itu, di media sosial juga beredar postingan Siti Hadiati Nahriah, ibunda Enzo yang kerap menghina Presiden Jokowi.

Mungkin dari kita ada yang belum memahami apa itu organisasi HTI dan kenapa dibubarkan oleh pemerintah. Organisasi HTI bertujuan untuk mendirikan negara kekhalifahan. Khalifah berarti kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia dan orang yang memimpinnya disebut dengan khalifah. Nah sedangkan Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 menyatakan "Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik." 

Negara kesatuan kita berbentuk republik, yang dimana memilih pemimpin melalui pemilihan umum selama lima tahun sekali dan satu orang dibatasi dua periode dalam memimpin. Tentu dalam hal ini HTI sudah bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.  Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia secara resmi telah membubarkan HTI pada tanggal 19 Juli 2017 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017 yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Keputusan yang diambil pemerintah untuk membubarkan HTI ini pun tentunya bukan bermaksud untuk tidak menghormati Ormas melainkan untuk menjaga keutuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

Komentar dari publik pun bermacam-macam, ada yang mendukung dan juga sebaliknya. Salah satunya komentar dari Eks Duta Besar Indonesia untuk Polandia, Hazairin Pohan alias Haz Pohan "Sebagai anak yatim Enzo anak kita semua. Jangan dihardik, Allah murka. Usianya pun belia, 18 tahun. Kita semua bertanggung jawab atas nasib masa depannya. Dan negara wajib melindunginya sebagai warganegara.", dan ada juga yang berkomentar negatif 

"Agak aneh kalau panitia tidak tahu...mengapa diluluskan? Entahlah mungkin saja ada pertimbangan lainnya, usia muda,masih bisa dibentuk dll dll, cukup beresiko karena yg susah jadipun terpapar," tulis akun @DjanChoek, 

"Yang pegang bendera tauhid dibilang radikal, awas aja nanti pas dipadang masyar cari2 yang pegang bendera tauhid, karena nanti satu-satunya panji tauhid yang tersisa adalah yang dipegang Rosulullah untuk membimbing umatnya menuju surga..." tulis akun @_ummuimara_,

"Yang model kayak gini nih nge judge orang dengan semena2, pantesan negara ini tersendat kemajuan SDM nya karena apa? Karena negara kurang mendukung dan kurang memfasilitasi orang2 dengan kemampuan diatas rata2 yg bisa di bilang bisa menaikan derajat bangsa ini.....buktinya apa???? Buktinya di Indonesia banyak orang pintar yg kurang di apresiasi oleh pemerintah sehingga mereka banyak yang berkiprah diluar negeri dan bisa jadi hasil dari keilmuan atau kelebihan mereka menjadi hak milik negara asing...yg kalo boleh dibilang kalo digunakan di Indonesia bisa menaikan tarif hidup masyarakat banyak....." tulis akun @priyanto4993,

"setiap muslim pasti ingin meninggal dgn membawa kalimat tauhid di dadanya, dimana letak radikalnya bawa bendera dgn kalimat tauhid? #mikirkeras" tulis akun @nyongtgl.

Dengan adanya berita yang sedang gempar ini Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan tempat Enzo bersekolah dulu, Deden Ramdani membantah jika Enzo adalah anggota HTI karena pesantren yang diasuhnya bercorak ahlussunnah wal jamaah dan setia pada NKRI.

Begitu berkembangnya media sosial saat ini membuat publik mengorek-orek sudut pribadi dari Enzo tanpa melihat usaha yang ia lakukan demi lolos pada seleksi Taruna Akmil yang sangat ketat dan sudah semestinya kita menghargai kinerja TNI. Merespon hal ini, penulis rasa masyarakat masih banyak yang labil seolah-olah cepat termakan oleh berita yang belum jelas kebenarannya dan seharusnya tidak memandang sesuatu dari satu sudut pandang saja. Tentunya jika nantinya Enzo tidak bertindak baik seperti yang sudah ditetapkan akan dikenakan sanksi sesuai dengan apa yang ia lakukan. Seharusnya kita semua sadar bahwa apa yang kita tulis dan termuat di media sosial akan selalu diperhatikan oleh orang lain.

-Sebagai masyarakat yang baik seharusnya kita berfikir positif dan tidak memandang rendah segala sesuatu yang belum jelas kebenarannya serta berusaha untuk menghargai usaha keras orang lain. Negara yang maju juga berasal dari fikiran rakyat yang maju.-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun