Mohon tunggu...
lia kustiandi
lia kustiandi Mohon Tunggu... profesional -

konsultan sistem akuntansi keuangan dan auditor intren

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serba Serbi Pileg 2014 di Mata Rakyat

8 Maret 2014   16:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:08 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Buah simalakama”  guman Ambu Gambreng . sambil baca harian head line  kedaulatan Rakyat  yang berjudul  “ Laporan Dana Kampanye Parpol  yang sebagian besar bersumber dari Para Caleg “  Paijo yang lagi baca Koran senyam senyum , nggak gubris. Paijo ketawa ngekek baca berita yg menurut nya bikin geli, “uedan  masa iyo to caleg mukul ibu ibu”. Ketawanya hambar

“Jo gimana nih jo koq perasaanku pemilu kali ini banyak sekali berita berta buruk nya ya”.  Kata Ambu Gambreng  sambil memperhatkan  paijo yg masih mesem mesem.  “ La si Usrip kan caleg juga  apa iya to jo si usrip juga nyumbang ke Parpol  toh ?” . sambung si Ambu . Paijo masih belum nyambung dengan kata kata  si Ambu.  Sejenak percakapan terhenti.

Paijo melepaskan Koran yg di bacanya, lantas balik bertanya sama si Ambu. “Ambu tadi kata Ambu si Usrip Nyumbang Ke Parpol?? “  Tanya Paijo , “ah harus jelas dulu atuh bagaimana depinisi nyumbang ?” kata Paijo “ coba Ambu jawab depinisi Nyumbang itu yang seperti apa Ambu ? “ paijo melanjutkan obrolannya tanpa kasih jeda Ambu Gambreng untuk menjawab, “ kenapa tiba tiba Ambu nanya tentang si Usrip nyumbang sama parpol ? Paijo kembali bertanya sama Ambu Gambreng kan .

Assalamualaikum ……….Terdengar suara seseorang memasuki halaman rumah Ambu Gambreng,  Paijo berdiri melihat siapa yg datang sambil berkata “ Alhamdulillah kang Usrip panjang umur nih. Si Ambu lagi nanya tentang kang Usrip sama saya eh koq tiba tiba datang, Alhamdulillah, mari masuk kang Usrip kata Paijo  .  ambu Gambreng ikut terkesiap juga dengar Usrip datang, dalam hati si ambu pun bersyukur juga sebab dengan datang nya Usrip suasana rumah si ambu pasti tambah hangat.

“Masuk Jang Usrip”  kata si ambu sambil berdiri mau kebelakang nyiapin minuman buat Usrip. Si ambu buka lemari makanan siapa tau masih ada yg tersisa goreng pisang, sebab biasanya si ambu suka nyimpan santapan kopi pagi nya di lemari sengaja di sisakan siapa tau ada tamu.  Ambu Gambreng kembali ke ruang tamu  dengan  goreng pisang. “jang Usrip ayo di incip nih goreng pisang buatan ambu. Tadi pagi. Dingin juga ndak apa apa yg enting halal, Hehehehehe”  kata si ambu sambil meletakan goeng pisang di meja tamu.

“Ah Ambu bisa saja”  kata jang Usrip, “nanti kalau udah jadi Anggota Dewan mana sempat main ke Rumah Ambu Kang Usrip, pasti sibuk rapat terus” kata paijo , “iya Jang mungpung punya waktu ketemu ambu. Ayo di cicip kopinya” sambung  Ambu Gambreng.

Siang itu di rumah ambu Gambreng  terlihat gayeng dalam sebuah percakapan tingkat tinggi di kalangan rakyat. Istilah tingkat tinggi di kalangan rakyat adalah sebuah istilah yang di sebut Paijo, sebab menurut Paijo membicarakan hak Rakyat apalagi membicarakan Wakil Rakyat adalah pembicaraan tingkat tinggi bagi rakyat seperti  dirinya.  Tanpa terasa pembicaraan mengalir seirama dengan pikiran mereka yg berada di ruang tamu rumah ambu Gambreng.  Sesekali terdengar tawa mereka, tetapi sesekali juga terdengar decak heran si Ambu Gambreng dan keluhan jang Usrip.

“Jang Usrip ambu teh membaca harian Kedaulatan Rakyat. Kata nya laporan dana kampanye tdk sesuai harapan KPU, lebih banyak caleg yg nyumbang parpol dan tdk semua sumbangan masuk rekening khusus dana kampanye? ”  si ambu bertanya tanpa titk dan koma.

“Wah Ambu, ini yang jadi pemikiran kita para caleg”. Kata jang Usrip sambil menyelonjorkan kakinya,  “ serba salah ambu. Seperti saya nyaleg tujuannya  lillahi ta’ala, bukan untuk membeli  jabatan.  Dengan  mempertaruhkan ibadah saya,   bekerja menjadi Wakil Rakyat,  saya   ngak mau jor joran, sosialisasi sebatas kemampuan saja” . Usrip menghela napas kemudian melanjutkan bicaranya, “ Umpama sekarang penghasilan saya sebagai professional  8 sampai 10 juta per bulan, dengan biaya social yg biasa biasa, hidup sederhana”.  Kata jang Usrip melanjutkan bicara, “ Kalau saya terpilih nanti jelas penghasilan bersih saya kira kira 12 juta per bulan untuk DPR kab kota”,  Usrip melipat jari jari tangannya seperti orang sedang meghitung, “itu masih sebanding ambu , kelebihan 2 juta tidak akan membuat saya jadi kaya raya, sebab saya hrs mengeluarkan biaya sosial yg lumayan besar di banding dengan kalau saya jadi professional”.  Sambung Usrip melanjutkan bicaranya. “ Untuk apa saya jor joran ngeluarin biaya kampanye ?”.  sambung nya lagi dengan mimik muka yg serius.
“Bayangin ambu, biaya kampanye puluhan juta, belum tentu terpilih,  belum lagi di curigai  dana dari mana ? orang penghasilan saya jelas koq maksimal10 juta per bulan” ,  Usrip kembali menghela napas panjang, “Apakah mau berhutang ke Bank untuk kampanye?  Aduh ambu berat bagi saya hrs berhutang untuk kampanye!!  Begitu pemilu selesai hutang ngejelegur  mending enggak lah ambu. Kalau memang Allah memberi saya kesempatan untuk terpilih Alhamdulillah ambu, tdk juga Alhamdulillah ? “ jang Usrip bicara dengan penuh perasaan.

“Bentar Kang Usrip “ pajo menggeser duduk nya sambil bertanya sama Usrip “  biaya social apa emang nya kalauKang Usrip jadi angota Dewan “?, sergap Paijo belum memahami apa yg di sampaikan Usrip. “gini Jo “ Usrip menoleh ke arah paijo dengan senyum simpul  “ kan nanti kalau udah jadi Angota Dewan  kita tdk boleh jaim, rumah harus terbuka bagi siapa saja yang ingin menyampaikan aspirasi, kedatangan mereka masa mau di anggurkan begitu saja jo. Walapun ada angaran juga dari kantor untuk hal2 seperti itu tapi kan anggaran itu perodik Jo, nggak saban bulan, sementara Rakyat butuh kita nggak ada batas waktu. Jadi minimal suguhan air putih dan pisang goreng hrs disiapkan, belum lagi kalau dia bukan orang mampu, masa iya kita tega dia jalan kaki minimal ongkos pulang lah Jo, itu kepedulian wakil rakyat yg paling minimal sama rayat nya ”.  Kata Usrip sambil menyuapkan pisang gorang suguhan Ambu Gambreng.  Paijo melongo, ternyata ada juga pikiran seperti itu dalam otak Usrip.  Dalam hati Paijo berdo’a  mudah mudahan para wakil rakyat kedepan akan memiliki pikran seperti Usrip.

Usrip kembali menyambng bicara nya setelah goreng pisan dimulut nya habis. “Kalau KPU masih juga mencurigai  kenapa banyak caleg yg nyumbang tidak melalui rekening Khusus, mestinya KPU juga benar benar meneliti tdk asal bicara, sebab tidak semua caleg berpikiran sama ingin menang pemilu, tapi tdk semua ingin meraih nya dengan mengeluarkan biaya yg besar,  kalau yg nyaleg orang kaya raya atau para incumbent  g banyak duit mungkin bisa ambu. Sementara saya nyaleg itu bukan nafsu saya, tetapi partai yg menawarkan.  Apalagi partai nya bilang, kita semampu kita saja tdk usah mengada ngada dlm kampanye apa yang kita punyalah yang menjadi  bekal  kita dalam pemilu. Kalau begitu  niat baik parpol malah di sambut  minor oleh KPU  aneh juga ambu ?” jang Usrip menjelaskan.

“Mungkin karena Parpol Jang Usrip Parpol kecil ya jang, sehingga tidak menuntut caleg nya jor joran?” Tanya ambu Gambreng  “Bisa jadi ambu”  kata Usrip.  “ sebetulnya saya setuju  tuh dengan pandangan Parpol Nya Kang Usrip “ kata Paijo nimbrung pembicaraan, “sebab kalau caleg jorjoran dalam kampanye alamat banyak yang korupsi , coba aja udah ada salah satu parpol yg membagikan uang 1.500.000 per KK dengan cara menukar C1 dengan Uang, lantas C1 Nya di photo copy. Diambil sama si caleg, mungkin untuk penelususran nanti kalau suara dia sedikit, udah gitu  nanti kalau jadi Angta Dewan memiliki potensi mencari cara bagaimana mengembalikan baya kampanye”

“Bagaimana Pendapat Kang Paijo kalau udah begitu ?”  Usrip balik bertanya  sama Paijo. “Akh itu sih  kelewatan saja  beli suara 1.500.000 untuk 5 taun minimal untuk 4 orang soalnya kalau dalam satu rumah hanya 2 pemilih tdk diterima sama yg membeli suara. “ kata paijo menjawab pertanyaan Usrip  “mana yg lebih memprihatinkan  kalau begitu “ sambung Usrip.  “kalau menurut Ambu sih memprihatinkan yg jual suara .1500.000 untuk 4 orang selama 5 tahun.  Ditukar dengan hak rakyat , kan para anggota dewan   udah nerima gaji bulanan  setiap bulan untuk DPRD TK 2 Rp 12.000.000/ bulan . yang gaji rakyat.  Hasil pungutan pajak dari rakyat. Terus selama menjabat mereka kadang nggak masuk rapat , bicara soal rakyat isi nya hanya setuju terus.” Kata Ambu  gambreng  nimpali pembicaraan.

“ini baru pemilihan DPRD nanti kalau pemilihan presiden bisa sama juga keadaannya sama sekarang ini ambu”  Kata Paijo .  “hehehehe kalau   gitu mendingan seperti dulu aja yah, waktu jaman orba. Yang pilih presiden MPR, yang pilih wakil Rakyat di DPR Parpol”, s ambung Paijo.  “ah sama saja nggak ada mending nya. selama rakyat nya belum sadar arti pemilu sama saja atuh  Jo “ sambung Ambu Gambreng.

“ini teh akibat dari Parpol mabok kekuasaan, rakyat di bohongi terus.  Pemimpin cuek, peduli sama Rakyat kalau pas Kampanye saja”  kata Paijo.

Susana hening sesa’at di ruang tamu Rumah Ambu Gambreng.  Masing masing tenggelam dalam pemikirannya  seperti  tiddk menemukan jalan keluar yg pas.  Suara deru motor di jalan depan rumah Ambu Gambreng  lamat lamat terdengar menghilang di tikungan jalan.  Tetapi dalam bathin mereka masing masing tetap berharap ada orang yg mampu membenahi kondisi  negr i ini.  Sepertinya  para Komisioner KPU juga para pemimpin bawaslu ingin pemilu thn 2014 bersih tetapi  mereka  juga sama saja  tdk mampu menerapkan  aturan yg baik. Niat baik mereka ibarat pepesan kosong atau buah simalakama bagi para caleg dan Parpol. Begini salah begitu salah.  Pertanyaan besar nya “KAPAN NEGRI INI BERUBAH ADAKAH  YG MAMPU MEMPERBAIKINYA ???  AGAR MEMENUHI  HARAPAN RAKYAT ”

Semoga kedaulatan Rakyat tdk berpindah tangan menjadi derita rakyat yg berkepanjangan.  Berganti system  menjadi lebih demokrasi ternyata malah menjadikan rakyat tambah jauh dari kadaulatan, sebab ketika uang bicara bisa menggantikan posisi kedaulatan Rakyat.

Jogjakarta. 8 Maret 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun