Mohon tunggu...
Lely Husiba
Lely Husiba Mohon Tunggu... Akuntan - Menulis untuk kekal

Menulis adalah jendela dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jalan Menuju Tuhan | Sang Atheis Merayu Tuhan

30 Desember 2021   14:01 Diperbarui: 30 Desember 2021   14:05 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan Menuju Tuhan

Manusia sering kali terantuk pada kegelisahan yang berujung pada perjumpaan dengan kebesaran Tuhan. Tapi tidak sedikit yang justru lari dari fitrahnya sebagai manusia bertuhan. Cukup gunakan semua potensi yang dianugerahkan langit, misalnya akal. Di sana manusia dapat menemukan bagaimana Tuhan telah menampakkan wujud-Nya dalam bentuk lembar kauniyah yang menghampar pada jendela pembuktian.

Kesalahan mendasar sebagian para pencari Tuhan, saat mereka tidak menggunakan semua indra dalam berinteraksi dengan Tuhan. Mereka hanya sibuk dengan pembuktian empiris yang objektif. Jika tidak terbukti secara nyata objeknya, maka dianggap tidak ada.

Kesimpulan ini akan mendaratkan pencarian manusia pada satu konklusi fatal. Tuhan bukan objek yang harus diobyektifkan. Dia adalah subyek yang harus subyektifkan. Pembuktian obyektifitas tidak akan pernah menjembatani jalan menuju Tuhan, hasilnya akan tetap berakhir di terminal keragu-raguan.

Islam telah mengajarkan para pemeluknya agar selalu mendekat kepada-Nya dengan cara subyektif, bukan obyektif. Kalaupun ruang obyektif tetap hadir, ia hanya diperlukan sebatas untuk menjadi palang pintu masuk pada ranah tafakur. Sedangkan subyektif diperlukan mencapai kedalaman spiritual melalui proses tadabbur.

Dari kedua kombinasi itulah manusia dapat mengelaborasi interaksinya dengan Tuhan secara paripurna. Sehingga sangat mustahil menemukan Tuhan jika hanya mengandalkan pendekatan materi dalam mencari realitas yang hakiki. Ibarat mengukur rasa, namun menggunakan timbangan. Jelas tidak nyambung.

Dari peristiwa yang melibatkan kerumitan eksistensi Tuhan, Sang Atheis berselimut kitab-kitab itu terus berusaha mencari hakikat Tuhan. Spiritualnya penuh saat menyaksikan ayat-ayat yang terpersonifikasi melalui lambaian pohon Pinus di musim dingin.Tuhan telah memperkenalkan Wujud dan kuasa-Nya.

Arogansinya gugur dihadapan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Kehebatannya dalam menyerang Tuhan, berakhir pada dipan-dipan keinsyafan. Nalar Sang Atheis itu terbang melintas cakrawala, perjumpaannya dengan hidayah telah menghangatkan kopi pencarian,
ia tenggelam dalam lautan penghambaan..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun