Mohon tunggu...
Leli Hesti
Leli Hesti Mohon Tunggu... Dokter - *Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru*

*Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru* Belajar lebih banyak bercerita via blog fotografi ini :https://www.sedoso.net/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Di Atas Langit Masih Ada Langit

26 Desember 2022   12:15 Diperbarui: 26 Desember 2022   12:25 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Di atas langit masih ada langit"

Di atas langit masih ada langit

Saya suka sekali dengan peribahasa ini. Sebuah kiasan kata yang selalu menjadi pengingat bagi saya pribadi.
Bahwa sesungguhnya ketika kita melakukan pencapaian, tidak perlu di sikapi dengan berlebihan. 

Tentu senang sebentar boleh, karena manusiawi ...tapi setelah itu biasa- biasa aja.
Eh , sebentar..sebentar...Ini maksudnya bagaimana ?

Kiasan kata diatas sebenarnya mengingatkan kita untuk tidak sombong. Untuk selalu humble, down to earth...whatever you name it..


Saat kita meraih apapun, insya Alloh ada orang lain yang melebihi pencapaian kita..
Selalu ada sebuah langit yang melampui langit yang selama ini kita lihat.
Ini berlaku pada bidang apapun..
Bukan hanya terbatas pada materi dan fisik yang tampak nyata di depan mata.
Saat kita baru saja mampu membeli mobil baru, banyak sekali di luar sana yang punya mobil yang jauh lebih baguus dengan yang kita punya..:-)
Apalagi bicara soal fisik..pasti jauh lebih banyak orang yang kecantikan/ketampanan nya melebihi kita.Dengan keunikannya masing- masing!

Di bidang akademik? Sama ajaa hehhhe...
Ketika kita berhasil lulus S1/S2/S3 , maka ada banyak guru besar alias Profesor di atas kita..
Bagaimana dengan bidang lain? Mosok sih ada terus??
Ya pasti adaaaa :-)

Baru-baru ini dalam hati ,sebenarnya bangga sekali dengan pencapaian saya yang berhasil menaklukkan puncak beberapa gunung yang pernah saya datangi..( See?? dari bahasa saya "menaklukkan" sudah keliatan sombongnya kan? Hahahha).
Hati saya jadi congkak...merasa sudah yang paling berpengalaman ,minimal di antara kelurga dan teman-teman dekat saya tentang pendakian.
Tapi kemudian, kesombongan saya tidak bertahan lama saat saya bertemu dengan para trail runner di beberapa gunung.

Saya masih biasa-biasa saja saat bertemu mereka di jalur pendakian Gunung Lawu..lalu mulai goyah kesombongan ini saat bertemu rombongan mereka di Gunung Gede.. Saya bertemu beberapa orang trail runner mulai dari berangkat- sampai di Alun-alun Surya Kencana dan kemudian bertemu mereka di puncak ! Baik yang berangkat sendiri maupun yang berangkat berombongan seperti kami. Yang bikin hati ini tambah ciut, beberapa orang dari mereka yang saya temui di trek Gede bahkan sudah berusia jauh diatas saya!!

Dan lalu, kesombongan ini benar-benar luntur ketika saya sedang terengah-engah dalam perjalanan summit di Gunung Slamet, tiba-tiba ada seorang trail runner yang ada di depan saya.Entah kapan dia muncul...Saat saya tanya kapan mulai berangkat, dia menjawab baru subuh tadi keberangkatannya dimulai dari base camp..
Saya seperti tertampar ! antara heran, kagum, bingung dan tidak percaya dengan yg dikatakan..Bayangkan kami berangkat kemarin dari base camp dan perjalanan summit dimulai jam 4 dini hari dari pos 5 tempat kami bermalam/mendirikan tenda..Berapa jarak waktu yang kami punya??!
Luar biasa...awesome!! Ini mah gokil...
Di situ saya kemudian sadar bahwa diri ini sungguh tidak ada apa-apanya..Saya mengaku kalah dan makin merasa kecil melihat dia sudah berjalan jauh melampui saya di depan. Padahal trek summit di Slamet lumayan sulit buat amatiran seperti saya ini hahhha :-D

Lautan langit di puncak Slamet yang kini ada di hadapan saya menyadarkan saya bahwa peribahasa itu benar adanya ...
Pagi itu saya mendapat pelajaran berharga..There's always something to learn. Dan saya mendapatkannya jauuuh sekali dari rumah..

Tapi kemudian itu membuat saya bersyukur...tidak ada lagi tempat untuk saya bisa menyombongkan diri..Untuk beberapa hal saya memang tidak bisa sombong , tapi ketika ada celah untuk mulai membusungkan dada, ternyata itupun di gagalkan kembali oleh Sang Kuasa..

Jadi, ketika saya kembali bertemu mereka saat Summit di gunung Merbabu kemarin, yang ada rasanya mau salim hahhha..Sudah tidak ada lagi sisa-sisa kesombongan ini, tapi malah ingin belajar banyak ..

Di atas langit masih ada langit..
Dan kita entah ada di langit ke berapa..

Tapi , tidak masalah sepanjang kita mau terus belajar..

Belajar dari mereka yang jauh di atas kita...:-)

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun