Perjalanan kali ini sungguh istimewa, walau sesungguhnya sangat menyiksa hahaSaya tidak menyangka trek Gunung Gede begitu menantang..sulit sebenarnya
Jalur yang dilewati sejak pos 1- pos 4 selalu curam, hampir tidak ada bonus! Bahkan ini dimulai sejak berangkat dari basecamp. Kita sudah harus melalui tanjakan untuk menuju pintu gerbang.
Medannya khas hutan hujan tropis, pepohanan hampir rapat menutupi jalan dengan akar yang berserakan dimana-mana, sehingga kita harus berhati-hati agar tidak tersandung akar.
Untungnya sinar matahari masih menembus , sehingga rasanya lebih hangat.
Kalau bisa di analogikan tanjakan yang harus kita lalui, maka level pedesnya makin bertambah seiring perjalanan ke atas . Semakin ke atas setelah melewati Simpang Maleber, tanjakannya makin pedes !
Dan di situ saya terheran-heran setelah berpapasan dengan seorang Trail Runner yang sudah kembali dari puncak/summit hanya dalam waktu 3 jam ! Luar biasa staminanya ...rasanya ingin bertanya lebih lanjut rahasianya apa saja ya? Â Tapi kami tidak boleh membuang waktu lebih banyak karena ini adalah perjalanan tektok alias pulang pergi dalam 1 hari. Artinya kami tidak menginap di sini.
Kebanyakan pendaki akan menginap di alun-alun Surya Kencana (Surken), sebuah tempat maha luas yang menjadi icon dari gunung gede. Dengan hamparan padang ilalang dan edelweiss di sepanjang jalan, sungguh ini sebenarnya adalah tempat yang ideal untuk menghabiskan malam sambal memandangi bintang-bintang. I guess, I should be back and spend my night here someday..Seperti ini pedesnya trek Gede..:-)
Saat kami sampai di Surken, belum banyak pendaki yang sampai di sini. Â Hanya ada 1-2 kelompok tenda yang baru berdiri.
Ini sungguh juga pemandangan istimewa, karena hampir di social media saya selalu menemukan Surken yang dipenuhi dengan hamparan tenda berikut para pendakinya. Jadi rasanya siang itu Surken seperti halaman pribadi buat kami hehhe..
Namun sayangnya , sekali lagi kami tidak punya banyak waktu untuk berlama-lama disini karena kami masih punya 1 tempat lagi untuk di datangi. Yaa, untuk semua perjalanan ke gunung, maka puncak adalah sebuah tempat yang menjadi persinggahan terakhir. Biasanya perjalanan summit saya selalu di mulai tengah malam atau dini hari, kali ini terasa agak aneh karena waktu baru menjelang tengah hari saat kami memulai perjalanan kesana.Â
Dan rupanya jalur menuju puncak juga tidak kalah pedesnya dengan perjalanan awal menuju surya kencana. Â Hampir saya menyerah sebenarnya..saya takut stamina saya akan habis padahal kami masih harus melalui jalan yang sama untuk pulang. Kami tidak ingin kemalaman saat perjalanan pulang nanti.
 Memang, untuk sebuah perjalanan tektok seperti ini , manajemen waktu kita harus baik sekali, agar kami bisa sampai basecamp sebelum gelap . Terlalu beresiko bila hal itu sampai terjadi..Apalagi kami juga tidak membawa tenda dan logistic yang memadai untuk menginap.
Beruntung, banyak warung yang bisa kita temukan di sepanjang jalur, bahkan sampai Puncak !
Saya salut dengan perjuangan mereka untuk mencari nafkah dengan cara sulit seperti ini. Di jalur, kami beberapa kali bertemu dengan orang local yang membawa berlusin2 air mineral untuk dibawa ke atas. Betapa berat bebannya! kami yang hanya membawa daypack saja sudah terengah-engah di sepanjang perjalanan..jadi rasanya wajar ya bila makanan/minuman yang ada di warung-warung  tersebut harganya menjadi berkali lipat karena perjuangan yang harus dilalui.
Alhamdulilah, hari itu cuaca cerah sehingga perjalanan menuju ke puncak lancar dan kami bisa sampai ke sana dengan selamat. Lagi-lagi di puncak, kami bertemu dengan rombongan trail run.
 Saya kagum sekali dengan mereka..Saya pernah juga bertemu dengan seorang trail runner saat summit di Gunung Slamet dan  Merbabu yang berangkat dini hari dari base camp. Mulut saya selalu menganga keheranan dengan stamina mereka.
Ini pasti dari buah latihan yang konsisten dan pantang menyerah !
Tidak lama berada disini, hanya mengambil dokumentasi sebentar, kami memutuskan untuk segera kembali ke Surken. Saat kembali ke sana, hamparan padang nan luas ini sudah mulai di penuhi oleh pendaki yang berdatangan dan mendirikan tenda. Ini juga pemandangan yang menarik sebenarnya..
Karena waktu menginjak sore, kami hanya sekejap menikmati waktu di Surken, untuk kemudian bersiap turun ke bawah. Sebenarnya badan ini menuntut untuk rebahan lebih lama lagi di flying sheet yang kami dirikan, tapi langit di atas juga mulai berwarna kelabu.Walaupun rain coat sudah kami siapkan, bagaimanapun pasti tidak nyaman berjalan dalam keadaan hujan.
Saat perjalanan pulang, ternyata situasinya jauh lebih menarik...Saya mendapati keadaan yang mungkin tidak bisa di temukan di gunung lain. Sepanjang jalur pendakian, kami  mengalami jalur yang penuh dengan banyak orang. "Macet" bahkan kami alami pada beberapa jalur.
Ini sungguh luar biasa...Laki-perempuan, tua-muda , bahkan anak-anak juga saya temui di perjalanan pulang..Mungkin karena gunung Gede adalah yang paling dekat dengan Jakarta dan aksesnya mudah, serta pesona Surya Kencana yang membuat orang berbondong-bondong pergi kesini.
Kondisi ini sebenarnya membuat perjalanan turun jadi lebih lambat (#ngeles aja ini sebenarnya hahha :-D)..
Rombongan kami terpisah menjadi 2..dengan speed jalan dan stamina yang berbeda, memang tidak bisa di pungkiri bahwa dalam setiap perjalanan pulang-pergi mendaki, maka tidak mungkin selalu bersama sepanjang perjalanan. Yang penting setiap pendaki selalu memperhatikan keselamatannya .Tidak penting dan bukan masalah siapa yang sampai duluan di puncak..
Saya bersyukur akhirnya bisa kembali ke base camp dengan selamat walau sempat ada drama kecil-kecilan, tapi senang sekali perjalanan tektok ini bisa kami selesaikan tanpa kurang suatu apapun..
Walaupun setelah itu badan rasanya remuk redam, jari kaki melepuh dan lutut masih sakit untuk berjalan beberapa hari kemudian, tapi It's okay...Bukankah untuk mencapai sebuah tujuan memang harus di tempuh dulu dengan sebuah pengorbanan dan perjuangan??
Jadi bagaimana, masih yakin mau tektok ke Gunung Gede ??
Yakin lah ya..!! Patut di coba kok...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI