Mohon tunggu...
Leli Hesti
Leli Hesti Mohon Tunggu... Dokter - *Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru*

*Minat dengan hal-hal baru dan teman-teman baru*

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kami Sedang Sial di Kiluan (Save the Dolphins)

14 Juni 2014   03:15 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:49 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiluan saat itu sedang naik daun..saya punya kesempatan pergi kesana di pertengahan tahun lalu.. entah tahun ini , apakah masih ramai dengan wisatawan .

Sebenarnya pertama kali mengetahui tentang teluk ini beberapa tahun lalu di televisi. Sejak itu keinginan pergi kesana selalu ada di hati. Kawasan ini begitu ‘booming’ bukan karena keindahan pantainya atau pemandangan bawah lautnya, namun karena disinilah kita dapat menemukan sekumpulan lumba-lumba bersliweran. Konon jumlahnya puluhan bahkan sampai ratusan. Saat saya melihat tayangan ini di televisi memang tampak lumba-lumba yang sedang asyik berenang di sekitar perahu sang presenter..Tapi itu dahulu, beberapa tahun lalu..:-)

Teluk Kiluan sendiri berada di provinsi Lampung, tepatnya  terletak di Desa Kiluan Negeri, Kec Kelumbayan, Kab Tanggamus Lampung Selatan. Dari pusat Kota Bandar Lampung, untuk mencapai Teluk Kiluan memakan waktu sekitar tiga hingga empat jam, dan menempuh jarak kurang lebih 80 kilometer, tapi hampir sepertiga perjalanan  terakhir kami  di suguhkan jalanan  yang rusak. Rute menuju kiluan tentu saja harus menyebrangi selat Sunda terlebih dahulu lewat pelabuhan Merak – Bakauheni. Jarak tempuh sekitar 10  jam lah dari kota Jakarta. Lumayan jauh memang.. Tapi demi rasa penasaran saya , jadi berangkat juga malam itu dengan penuh harapan.

Karena atraksi lumba-lumba di tengah lautan kiluan hanya bisa di saksikan di pagi hari sekitar pukul 06.00 – 09.00 , maka pagi-pagi sekali kami sudah harus bangun dan bersiap-siap. Kami akan berangkat ke tengah lautan dengan menggunakan perahu jukung. Sebenarnya ini semacam perahu ketinting, namun bentuk perahunya lancip di ujung. Jam 6 pagi kami sudah dijemput . Ternyata perahu jukung yang ada ukurannya memang kecil-kecil sehingga hanya bisa menampung 3-4 orang termasuk nahkoda per perahu. Dengan penuh semangat saya duduk di paling depan dengan harapan dapat melihat sasaran dengan jelas. Pada hari itu cukup banyak juga wisatawan yang berburu lumba-lumba bersama kami.

[caption id="attachment_311055" align="aligncenter" width="448" caption="Perahu jukung ,siap menuju lautan lepas."][/caption]

[caption id="attachment_311051" align="aligncenter" width="448" caption="Rame-rame gini yang berburu lumba-lumba :-)"]

1402664485740664296
1402664485740664296
[/caption]

Jukung kemudian menuju laut lepas, melewati pulau-pulau kecil yang dihiasi dengan batu karang.  Terus   melaju ke tengah lautan mencari tempat lumba-lumba yang biasanya menampakan diri. Dalam perjalanan kami saling memisahkan diri dengan jukung lainnya, namun kadang berdekatan bila dirasa ada satu perahu yang mungkin “merasa melihat” sang lumba-lumba. Satu jam saya masih sabar menunggu. Saya berharap dapat melihat atraksi persis seperti tayangan di televisi atau paling tidak mirip dengan pengalaman saya pribadi di tempat lain.  Sebenarnya saya pernah berpapasan dengan kawanan ikan saat melewati perairan Derawan dan Majene. Namun tentu saja bukan ikan lumba-lumba..Saat itu sekawanan ikan cakalang (kata pak nahkoda) yang saya lihat sedang berlompatan di tengah laut . Banyak sekali jumlahnya, mungkin ratusan..saking kagetnya saya malah tidak sempat merekam kejadian itu.

Tentu saja harapan saya besar juga di tempat ini.. Memasuki jam kedua perahu terus berputar-putar mencari.. dan saya sudah mulai bosan.. Saat itu matahari sudah mulai menunjukkan aksinya. Terasa menyengat sekali di kulit, sehingga saya terpaksa berlindung di dasar perahu dengan posisi ala kadarnya. Sesekali saya menengok keluar untuk melihat posisi perahu lain. Tampaknya kami sama-sama belum mendapatkan apa yang kami cari saat itu. Saking lamanya menunggu, saya bahkan sampai tertidur ,  pasrah ‘ndelosor’ di dasar perahu  walaupun interior perahu sangat sempit.. Lha ini berarti memang tidak ada kejadian apa-apa di sekitar saya. Pasti teman seperjalanan akan membangunkan saya bila melihat lumba-lumba lewat. Waduh, ini berarti kami akan pulang dengan tangan hampa..alih-alih melihat sekawanan lumba-lumba, ternyata satupun tidak ada yang menunjukkan batang hidungnya.

Dalam perjalanan pulang , saya berpikir bagaimana bisa ini terjadi? Seperti yang sudah umum diketahui, hewan laut ini  tergolong jenis yang ramah berkawan dengan manusia sehingga dapat dilatih. Memang sih lumba-lumba di tempat ini tergolong masih liar, namun faktanya tahun-tahun kemarin ia masih mau menampakkan diri .

Seperti pengakuan sang nahkoda, semakin kesini jumlah lumba-lumba yang muncul makin sedikit,  seiiring makin banyaknya orang yang datang untuk melihat langsung aksinya . Nah,, masalahnya wisatawan yang datangpun jumlahnya tidak sedikit. Biasanya weekend adalah saat yang paling ramai. Bayangkan bila ada 1 rombongan trip terdiri dari 20-30 orang, maka ada sekitar 6- 8 jukung setiap pagi yang berangkat ke laut lepas. Itu baru 1 rombongan ya.. Jadi bisa dimaklumi, betapa ‘stress’ nya sang lumba-lumba bila ia dikelilingi oleh begitu banyaknya perahu jukung saat ia muncul.  Belum lagi dengan suara mesin yang lumayan berisik dari si jukung, tentu makin takutlah ia untuk mendekat. Hal tersebut adalah alasan yang paling mungkin terjadi..Saya rasa bila benar hal ini yang terjadi, perlu ada pihak yang turun tangan menangani . Yahh gak perlu LSM sekelas ‘Greenpeace’  lah hehe..mungkin dari pihak pemda atau dari para operator trip sendiri yang punya inisiatif untuk mengatur jadwal kedatangan ke kiluan. Bila jumlah oranng yang datang makin sedikit, saya berpikir sang lumba-lumba pun pada akhirnya akan mau menampakkan diri. Lha wong memang disitu habitatnya.:-)

Tapi daripada ‘njelimet’ dengan teori-teori diatas, saya sih lebih berharap bahwa kami sedang tidak beruntung saja pagi itu…Kecewa sih pasti, tapi  akan lebih mengecewakan lagi jika ternyata di kemudian hari sang lumba-lumba akan lenyap selamanya dari Kiluan..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun