Pertolongan pertama atau biasa disebut bantuan hidup dasar sejatinya juga harus di ketahui oleh masyarakat umum bukan hanya oleh paramedis. Hal ini terbilang sangat penting, mengingat banyak kejadian yang setelah tiba di rumah sakit sudah dalam keadaan meninggal atau juga banyak yang meninggal saat berada diperjalanan menuju rumah sakit maupun di tempat.
Berkaca pada negara-negara yang berada di eropa dan amerika, masyarakatnya selalu diberikan pelatihan pertolongan pertama secara gratis, sehingga bisa meminimalisir angka kematian yang disebabkan oleh henti jantung dan henti nafas.
Jikalau melihat dari kata “pertolongan pertama” sebenarnya banyak kasus-kasus kesehatan yang perlu dipelajari, namaun yang paling vital adalah mencakaup keadaan henti jantung dan henti nafas. Karena inilah yang paling krusial untuk menentukan nasib mati atau tidaknaya seseorang, karena perlu tindakan cepat, tidak ada waktu tunggu walaupun 1 menit saja, mungkin seperti kasus adji masaid. Untuk itu yuuk kita belajar sedikit tentang tindakan pertama pada kasus henti jantung atau henti nafas.
1.Henti jantung = jantung sudah tidak bekerja lagi, sebagai indikasi nadi tidak teraba, ini cara mengecek nadi :
Nadi radialis (nadi yang berada di pergelangan tangan)
Nadi carotis (nadi yang berada di leher dekat dengan tenggorokan)
http://jackdum.wordpress.com/2011/02/28/memeriksa-denyut-nadi/
Dalam keadaan darurat alangkah lebih baiknya mengecek nadi di bagian carotis (leher dekat tenggorokan) karena lebih dekat dengan jantung.
2.Henti nafas = berarti nafas sudah tidak tidak ada lagi, cara mengeceknya dengan LLF (look, listen and feel):
http://pertolonganpertama.info/wp-content/uploads/2013/12/LDR.jpg
look : lihat pergerakan dada
listen : dengarkan suara nafas
feel : rasakan ada tidaknya nafas
Catatan :
1.Pertama adalah mengecek nadi, bila tidak teraba langsung melakukan kompresi (penekanan area jantung) dan ventilasi (nafas buatan), tidak perlu mengecek pernafasan lagi.
2.Bila nadi ada, langsung cek pernafasan, bila nafas tidak ada langsung beri ventilasi (nafas buatan) saja. JANGAN lakukan kompresi (penekanan area jantung).
3.Kenapa harus demikian?? karena bila nadi tidak ada otomatis pernafasn tidak ada, tapi bila nadi ada tidak mesti pernafasan ada.
Cara melakukan KOMPRESI (Penekanan area jantung) dan VENTILASI (Nafas buatan).
1.KOMPRESI (Penekanan area jantung) + VENTILASI (Nafas buatan)
Indikasi untuk melakukan kompresi dan ventilasi : nadi tidak teraba
KOMPRESI (Penekanan area jantung)
http://die13proffesionalnursing.blogspot.com/2011/02/bantuan-hidup-dasar-bhd_14.html
http://aa-miracle.blogspot.com/2010/11/pertemuan-materi-3-rjp-resusitasi.html
VENTILASI (Nafas buatan)
http://die13proffesionalnursing.blogspot.com/2011/02/bantuan-hidup-dasar-bhd_14.html
http://hiptikprogadar.wordpress.com/
Cara melakukannya yaitu : kompresi 30 kali dan ventilasi 2 kali pada dewasa, lakukan hal tersebut secara berulang sampai lima kali / lima siklus baru cek lagi nadi, bila nadi masih tidak ada di lanjutkan lagi seperti yang diatas, bila nadi ada, cek pernafasan. Bila pernafasan tidak ada lakukan ventilasi saja tanpa kompresi (lihat pembahasan dibawah). Hal ini bisa dilakukan sembari di perjalanan menuju rumah sakit terdekat.
2.VENTILASI (Nafas buatan) TANPA KOMPRESI (Penekanan area jantung)
Indikasi untuk melakukan ventilasi : nadi teraba, nafas tidak ada
Cara melakukan ventilasi (Nafas buatan) sama seperti yang diatas, Cuma frekuensi / jumlahnya yang berbeda, kalau dalam kasus ini jumlahnya adalah 20 kali, selasai 20 kali cek lagi pernafasan dan seterusnya begitu samapai berhasil. Hal ini bisa dilakukan sembari di perjalanan menuju rumah sakit terdekat.
Semoga bermanfaat :)
Tulisan berikutnya akan segera menyusul:
#Pertolongan pertama fraktur (patah tulang)
#Pertolongan pertama Snake bite (gigitan ular)
#Pertolongan pertama keracunan makanan
#Pertolongan pertama luka bakar
#Pertolongan pertama keselek benda (koin, bakso dan apa ajalah)
Note: Kalau ingin request tulisan bisa, yang penting dalam lingkup kesehatan :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H