Mohon tunggu...
Anton Kibar
Anton Kibar Mohon Tunggu... Lainnya - Budaya Kepulauan Bangka Belitung

jejak kita ada pada tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Ruang Masa Lalu bagi Masa Depan?

5 Januari 2025   06:06 Diperbarui: 5 Januari 2025   06:06 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TEMUAN arkeologis prasejarah di Gua Bukit Batu Kepale Bangka Selatan kisaran tahun 2019-2020, artinya sudah "berusia" lima tahun, mengapa stagnan?. Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi kini BPK Wilayah V sudah melakukan pendataan pada 9 September 2020, Balai Arkeologi (BALAR) Sumatera Selatan (kini BRIN Sumsel) juga sudah melakukan penelitian awal dengan rekomendasi: penelitian multidisipliner yang bersinergi lintas instansi, memperkuat keterlibatan elemen masyarakat dalam penelitian, pencarian data-data pendukung terkait manusia, budaya, dan lingkungan di kawasan yang menjadi kisah di balik gambar cadas di Bangka Selatan serta pelindungan situs dan pengembangannya di masa mendatang.

Dalam obrolan santai di Warung Yok Ngopi, tak jauh dari Bandara Depati Amir, Prof. Dr. Cecep Eka Permana mengungkapkan penelitian saat ini, yakni tanggal 9 -- 20 Desember 2024 sebetulnya melanjutkan penelitian pendahuluan sebelumya, baik dari BPCB Jambi maupun BALAR Sumatera Selatan. Hanya kali ini TIM Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Pusat lebih fokus kepada gambar cadas, terutama dari sisi pewarnaan. Dari bahan apa, kemudian hasilnya nanti disandingkan dengan temuan di daerah lain yang memiliki bahan warna sama untuk mengetahui penggunaan teknologi, termasuk masanya. Memang belum tentu sempurna, tapi pendekatan itu diharapkan bisa mendekati kondisi masa itu.

Keterbatasan bukti temuan arkeologis di lokasi, dalam penelitian selanjutnya TIM akan melakukan studi ke sisi etnografinya di lokasi sekitar temuan. Tujuannya bagaimana mendapat gambaran mengenai kebudayaan masyarakat setempat, bisa dari syair-syair, tarian dan kebudayaan lainnya. Tak menutup kemungkinan dari syair terselip keterkaitan atau keterhubungan dengan masa lalu itu. Masih banyak tugas TIM sebetulnya, misalnya pihaknya sempat mengelilingi seputar bukit, dan ada juga gua lagi di atas gua temuan saat ini.

Menyinggung soal langkah pelindungan, Cecep Eka Permana menjelaskan upaya pelindungan wilayah, khususnya wilayah hutan memang harus segera dilakukan agar temuan terjaga. Pada kesempatan sama Dr. Adhi Agus Oktavianana, menambahkan pelindungan terhadap objek cagar budaya juga penting, seperti segera mungkin dilakukan penetapan berjenjang dari Kabupaten, Provinsi dan kemudian Provinsi mengusulkan ke Pusat untuk ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional oleh TACB Nasional.

Bila melihat catatan Siaran Pers WALHI Bangka Belitung, upaya pelindungan memang harus cepat dilakukan dengan melihat kondisi lingkungan di Babel saat ini. Selain hutan, ekosistem sungai juga memiliki peran penting dalam menghubungkan kebudayaan daratan dan laut Kepulauan Bangka Belitung. Tercatat ada lebih dari ratusan sungai yang bermuara di Selat Bangka dan Pesisir Timur yang berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan. Pada tahun 2019, sekitar 55 persen sungai tercemar, yang diperparah dengan degradasi hutan mangrove seluas 10.858 hektar, hanya dalam kurun waktu satu tahun (2019--2020).

Pemulihan ekologi serta jaminan hak masyarakat atas lingkungan yang baik dan berkelanjutan menjadi syarat wajib untuk menstabilkan kondisi lingkungan. Selain pelindungan yang lazim, seperti pemasangan pagar dan pos penjaga. Sebaiknya wilayah temuan yang berada dalam Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Permisan dimasukkan dalam cagar alam sehingga tidak hanya melestarikan warisan prasejarah bertaraf nasional dan mungkin dunia, namun juga warisan alam. Hutan, seperti juga gua menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa.

Wisata ekologis yang dibangun dengan tepat di dalam sebuah cagar alam dan cagar budaya, mungkin dapat menjadi penggerak konversi balik daerah dan memungkinkan kembali rangkaian habitat permanen di wilayah tersebut. Dan, tujuan akhir dari segala upaya itu adalah memberi jaminan bahwa masih ada tempat bagi masa lalu untuk masa depan. Bukankah bumi ini hanya titipan dari anak dan cucu kita? Dan bukan warisan dari nenek moyang kita! Lestarikan bumi kita dan jadikan tempat yang lebih baik untuk generasi di masa yang akan datang. 

Dari Seni Cadas Hingga Kota Kapur

ANDAI benar, gambar berwarna merah di Gua Bukit Batu Kepale Bangka Selatan dibuat oleh masyarakat prasejarah atau setidaknya di masa protosejarah. Maka temuan ini menjadi istimewa bagi posisi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya masyarakat Bangka Selatan. Temuan ini akan menjadi bukti bahwa kebudayaan prasejarah di Babel dalam hal budaya "seni-cadas" ternyata sudah ada.

Istimewanya gambar di Gua Bukit Batu Kepale berada di ceruk dengan batuan penyusunnya granit, dan di Indonesia tidak banyak ditemukan, hanya ada di sedikit tempat, misalnya di Kalimantan atau Sumatera. Ceruk Gua Bukit Batu Kepale menggantung (rockshelter), menghadap ke arah timur, atap menunjukkan bentuk datar, menaungi area ke dalam gua sepanjang 10,5 meter, serta memanjang di sekitar bukit selebar 15,5 meter. Tinggi atap gua berada di area mulut gua, mencapai 5.21 meter dan posisi gua pada ketinggian 173 Meter di atas permukaan laut (Mdpl).

Berakhirnya Zaman Es yang terakhir pada 11.600 tahun silam, telah mengubah bentangan Paparan Sunda menjadi sebuah kepulauan besar, yang dikenal dengan Kepulauan Nusantara. Naiknya kembali permukaan air laut telah menyempitkan daratan luas saat itu dan menenggelamkan sebagian besar areal permukiman manusia. Setidaknya telah terjadi empat kali selama Kala Plestosen, sejak dua juta tahun silam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun