'Kang..'
'Sudah diam!' 'Nanti pasti kukembalikan. Kau pulanglah sekarang.'
Sedikitpun Marno tak menatap wajah wanita yang sudah diperdayanya. Pandangan Jum semakin memudar. Airmata memenuhi sudut-sudut kelopak matanya. Antara perasaan takut dan juga tertekan. Bagaimana ia harus menjelaskan persoalannya pada emak nanti. Sertifikat rumah satu-satunya yang dicuri, belum lagi..
'Aku.. hamil, Kang.'
'Apa?' Mata Marno berkilat menyala.
'Iya, Kang. Sudah telat tiga mingguan,' ujar Jum terisak.
Seketika Marno bangkit dan membuang putung rokoknya. 'Dasar  perempuan pembawa sial!'  'Mau mati kau, hah?' Marno menyalak menjambak rambutnya. Jum tak sanggup berbuat apa-apa. Setetes darah menitik dari bibirnya. Tamparan keras Marno nyaris membuatnya pingsan.
'Kau bilang pada emak kalau aku pelakunya?' Marno menariknya bangkit dan mencekik lehernya.
'Tidak, Kang.. Aku tidak..' Jum tak sanggup menjawab pertanyaannya. Leher yang tersekat membuatnya tak bisa berbicara.
'Awas, jika kau berani sedikit saja menyebut namaku, kuhancurkan isi kepalamu! Mengerti?' ancamnya.
Jum menggeleng sekaligus mengangguk ketakutan.