Diterima bekerja di Jogja merupakan lembaran awal baru bagi saya, yang dari lahir hingga lulus kuliah berdomisili di Bandung, dan belum merasakan kehidupan kost yang berwarna.
Saya ingin menceritakan pengalaman saya sewaktu mencari kost di Jogja.
Daerah yang saya tuju adalah sekitar Cokroaminoto (karena dekat kantor) atau Wirobrajan/Kapten Tendean. Bukan daerah populer seperti Kaliurang dan sekitarnya.
Mencari kost di Jogja mudah-mudah tidak, tapi jangan sekali-kali saat peek season (tahun ajaran baru, kelulusan, dll.) karena tingkat okupansi disini tinggi dan sangat cepat. Saya mengalaminya, berkeliling kosan di sekitar Cokroaminoto dan 80% yang saya tanya dalam keadaan penuh. Tidak heran bagi sebuah kota wisata dan pelajar :).
Namun ada satu hal yang sangat saya sayangkan dan gemas, bukan bermaksud untuk meremehkan kota Jogja dengan segala keindahannya, tetapi menurut survey saya, kualitas dan kenyamanan kost di Jogja kota yang notabene tengah kota (khususnya putri) masih sangat kurang (memang subjektif, karena saya membandingkan dengan kosan di Bandung). Argumen saya didasarkan pada:
- pembangunan rumah yang asal-asalan
Banyak menemukan konstruksi rumah kost yang asal, sangat sempit, minim ventilasi dan sangat gelap, flow bangunan yang sangat buruk.
Sewaktu mencari dan menanyakan penduduk setempat, saya ditawarkan ke kontrakan dengan fasilitas ruang tamu, kamar, dapur sendiri yang dibayangan saya adalah rumah kecil sederhana yang cukup tetapi nyaman dan bersih. Tetapi apa yang saya temukan? Ternyata rumah yang sangat kecil, selebar ukuran warung, memanjang dengan konstruksi yang kacau dan disana jadi tempat kumpul tukang-tukang (hiii takut...)
- Tidak rapi, kusam
Ini yang saya pertanyakan, meskipun standar rumah Indonesia tidak bisa disamakan, saya menilai banyak sekali rumah di Jogja yang membiarkan keadaan rumahnya kusam sampai berkerak hitam-hitam. Apa ini bagian dari budaya setempat atau tidak, saya rasa kondisi itu cukup mengganggu dan sering memberi kesan 'seram'. Juga sering kali banyak brankas-brankas dan barang-barang tidak terpakai lainnya teronggok dengan serampangan
- Lampu yang redup
Hampir semua kosan yang saya survey lampunya redup/remang. Kalau tidak biasa, bisa-bisa stress merasa seperti dibekap, sesak.
- Minim ventilasi dan gelap
Tidak bisa dipungkiri, manusia butuh sinar matahari sehari-harinya. Akses ventilasi dan cahaya yang sulit cukup bisa membuat badan merasa kurang sehat dan tidak fit, serta mood yang cenderung malas.
Kira-kira inilah kesimpulan survey kost saya di Jogja kemaren. Tidak bermaksud dari awal untuk membandingkan dengan Bandung, tapi saya rasa memperhatikan rancangan dan desain kost yang humanis penting, bukan masalah besaran finansial-tidaknya. Di Bandung saya banyak menemukan kost sederhana namun nyaman. Kalau di luar kota Bandung saya tidak begitu tahu, tapi yang saya harapkan, pelayanan jasa kost di Jogja (khususnya di tengah kota) bisa ditingkatkan, minimal memenuhi standar Kaliurang.
Karena saya masih heran, lokasi tengah kota, namun masih banyak fasilitas2 yang terkesan 'ketinggalan jaman'. Teman saya banyak yang bilang, 'Jogja Logic' memang aneh, pinggiran lebih maju daripada kota pusatnya, hahahaha. Mungkin opini ini akan berubah perlahan seiring menjalani hidup di Jogja kedepannya.
Akhir kata, semoga Jogja kembali menjadi kota ternyaman se-Indonesia, dengan pelayanan jasa yang maksimal, kota yang nyaman hati, dan tetap memegang teguh budaya tradisinya yang kuat. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H