Mohon tunggu...
Lnura
Lnura Mohon Tunggu... Guru - Eccedentesiast.

Menulis adalah caraku menyembuhkan rasa rindu padamu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Eksotisme dari Tanah Para Jawara

7 Oktober 2020   10:44 Diperbarui: 7 Oktober 2020   11:01 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan 45 menit dari pusat kota Rangkasbitung dengan kendaraan roda empat, menembus pemandangan indah, pepohonan hijau. Melewati jalan berkelok, semakin lama semakin tinggi dan udara nan sejuk akan menghampiri rongga pernafasan.

Baduy, sebuah komunitas masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat. Kehidupan yang bersahaja disuguhkan, tanpa polesan kecanggihan teknologi. Kedekatan dengan alam sangat dijaga. Bercocok tanam yang menjadi kegiatan perekonomian dalam memenuhi kebutuhan pangan dilakukan tanpa merusak alam. Padi di huma (sawah darat) yang tumbuh tanpa sentuhan pestisida adalah bentuk penghormatan pada Dewi Sri. 

Menurut kepercayaan masyarakat Baduy, asal muasal eksistensi mereka bersumber dari Dewi Sri. Adagium lokal menegaskan "Bibit neng sri babakal ning manusa - manusa hirup ku nyawana tapi hurip ku neng sri (padi) Huripna lamun teu dahar moal bakalan jagjag" (Bibit Dewi Sri cikal bakal manusia-manusia hidup dengan nyawanya tapi juga oleh Dewi Sri. Manusia bila tidak makan tidak akan sehat), - Jaro Saija (Jaro Kanekes). Oleh sebab itu, padi perlu dipulasara (dijaga) dan tidak boleh dicampur barang kimia.

Kehidupan yang bersahaja bersahabat dengan alam nampak dalam kehidupan sehari-hari yang banyak memanfaatkan kekayaan alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegelapan kala malam tanpa cahaya listrik disiasati dengan nyala obor dan ada beberapa penduduk yang menggunakan sollar cell yang memanfaatkan sinar matahari untuk mengisi dayanya. Pada siang hari, mereka meletakkan lampu-lampu itu di halaman rumah dan malam harinya dapat digunakan sebagai penerang menggantikan obor.

Gambar dokumen pribadi sollar cell
Gambar dokumen pribadi sollar cell

Dapur tradisional akan kita jumpai di sini. Kepulan asap yang membumbung dari dapur setiap rumah dengan aroma kayu dibakar. Mereka mengambil kayu di hutan tanpa merusaknya. Mereka hanya mengambil kayu secukupnya, pun tanpa menebang pohon-pohon besar yang menjaga cadangan air mereka. Air yang bersumber dari pegunungan Kendeng dan mengalir sepanjang selokan-selokan kecil akan kita jumpai di sini. 

Melalui pipa-pipa bambu, masyarakat Baduy mengalirkan air-air itu menuju rumahnya. bambu-bambu dengan diameter kurang lebih 10 cm akan sambung-menyambung dari rumah ke rumah. Sebuah kesederhanaan yang dibangun berdasarkan peradaban tanpa sentuhan kecanggihan teknologi.

Bertani dan menenun adalah kegiatan yang biasa dilakukan masyarakat Baduy. Bertani dilakukan di tanah-tanah garapan dan milik sendiri dengan menanam aneka tanaman palawija dan padi. 

Hasil pertanian ini sebagian dikonsumsi dan sebagian lagi menjadi komoditi yang akan dijual ke luar Baduy. Ketika musim panen tiba, padi-padi akan dijemur hingga kering, lalu akan dimasukkan ke dalam leuit -- sebuah bangunan kecil yang dibuat sedemikian rupa untuk menyimpan padi hasil panen.

Pipa bambu (Gambar dokumen pribadi)
Pipa bambu (Gambar dokumen pribadi)

Leuit (Gambar dokumen pribadi)
Leuit (Gambar dokumen pribadi)
Kain tenun khas masyarakat Baduy sudah dikenal hingga luar daerah Lebak. Hampir setiap anak perempuan pada masyarakat ini sudah diajarkan untuk menenun semenjak kecil. Di depan rumah-rumah pemukiman, kita akan menemui kegiatan menenun ini. Kain-kain hasil tenunan itu akan dijual pada wisatawan yang berkunjung atau pun dijual ke kota.

Menenun (Gambar dokumen pribadi)
Menenun (Gambar dokumen pribadi)
Keelokan perempuan dari masyarakat Baduy tak diragukan lagi. Berkulit putih dengan postur sedang, berambut panjang, menjadi ciri khasnya. Kecantikan yang alami tanpa polesan kosmetik mahal. Bila ditanya, merk bedak apa yang dipakai? Mereka akan menjawab "Kami mah tara sawedak". Meskipun ada beberapa gadis yang memakai pemoles bibir tapi tak mengurangi kecantikan yang alami. Eksotis.

Ini adalah Ayu. Seorang perempuan dari Baduy Luar. Dengan seorang putri dari hasil pernikahannya, Ayu tetap cantik meskipun berladang adalah kegiatan utamanya. Bahkan, Ayu adalah youtuber dengan subsciber yang sudah mencapai angka di 20 ribuan. Luar biasa.

Tinggal jauh dari kecanggihan teknologi bukan berarti membuat mereka tak mengakrabi teknologi. Hidup berdampingan dengan alam dan memadukan teknologi didalamnya tanpa merusak tatanan yang ada. Itulah mereka.

Ayu (Gambar dokumen pribadi)
Ayu (Gambar dokumen pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun