Kemarin saya merasakan sore hari yang sejuk berhujan, namun sekarang adalah saatnya merasakan panas yang benar-benar 'minta ampun'.
Karena tidak suka dengan panas terik itu, beberapa dari kita menunjuk pada global warming sebagai penyebabnya. Lho, global warming itu keadaan, bukan pihak yang bisa dihakimi sebagai pihak yang bersalah. Bagi saya,  global warming adalah obyeknya, bukan subyeknya.
Inilah penyakit kita; melempar kesalahan, menunjuk pada yang lain. Dari dulu sudah begitu. Dari sejak dunia baru diciptakan.
Ketika Tuhan bertanya pada Adam tentang buah terlarang yang telah dimakan, Adam menunjuk Hawa. Hawa pun tidak mau disalahkan, jadi dia menunjuk ular itu. Ular itu sendiri mungkin sudah 'ngelayap, entah ke mana.
Tidak ada bedanya dengan cuci tangan Pilatus, yang tidak mau disalahkan atas keputusan hukuman mati terhadap orang Nazaret yang telah disiksa semalaman itu.
Daripada kita mencari yang bisa disalahkan, apakah tidak sebaiknya melihat ke dalam diri masing-masing? Mungkin kita pun ada andil dalam kesalahan itu.
Ini bukan supaya dinilai bersikap ksatria. Bukan. Lagi pula ukuran sikap ksatria bukan sekedar itu saja atau sebatas mengaku salah. Itu malah merendahkan makna ksatria, kshatra. Ini lebih pada sikap tanggung jawab.
Dalam kaitannya dengan panas terik di atas, bukankah kita juga termasuk yang bertanggung jawab pada pemanasan global itu?
Jadi, jangan mengeluh, lah ... 'Gak perlu cuci tangan :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H