Mungkin benar apa kata mereka. Jangan mengharapkan apapun. Jangan bergantung pada orang lain. Terakhir, jangan memberi ekspekasi berlebih. Sakitnya akan terasa double. Bukan hanya di diri sendiri, tapi juga orang lain. Mungkin dipikiranmu, memasang wajah sedih, kecewa dan murung itu hanya mengekspresikan apa yang kamu rasakan. Tapi bagi orang lain  yang sering bercengkrama dengan kamu, saat memasang wajah seperti itu. Kamu akan terlihat mengangggu, tidak menyenangkan dan sangat menyedihkan.
***
Namanya Samudera.
Kakak Tingkat 2 tahun diatasku. Saat ajaran baru  yang kuikuti 6 bulan lalu ternyata adalah acara pelepasannya juga sebagai ketua HIMA jurusan kami. Kalo bahasa kerennya, dia hanya diminta membantu adik tingkat atau kepengurusan yang baru untuk mengawasi berlangsungnya acara.Â
Aku tidak tahu kenapa orang2 sering memangggilnya ginuk yang kata orang disini seperti mamang yang gemuk tapi terlihat menggemaskan. Hmm bagiku dia sama sekali tidak menggemaskan. Dia juga tidak gemuk. Mungkin mamang yang orang bilang itu karna kesehariannya memang seperi mamang-mamang penjual cilok di depan kampus fakutlas kami. Sangat jarang rapi. Lebih sering terlihat lusuh kekampus. Jika ingin melihat Samudera rapi. Yaa, itu hanya saat dia masuk kelas atau ada seminar. Belakangan aku juga baru mengetahui bahwa dia sering mengisi seminar mahasiswa. Seorang content creator yang aktif sebagai ativis. Aku sering melihatnya memimpin demo. Jurusan Menagement Bisnis tapi, aktifnya bahkan mengalahan anak ilmu politk.
Penjabaranku sepertinya seakan memuji dia, bukan?Â
Bagaimana yaa? Memang dia seperti itu dikenal orang lain. Tapi beberapa bulan dekat dengannya membuat aku bingung.Â
Dia memang seterkenal itu, tapi saat mengenal lebih dalam mengapa aku merasa itu hanya image yang dibangun dia dihadapan orang lain?Â
Awalnya mungkin dia sedewasa itu, tapi semakin kesini aku justru merasa dia seperti remaja yang kehilangan arah. Dia tidak tahu mau melakukan apapun dalam hal pribadinya. Seperti memiliki 2 kepribadian. yang jujur saja, itu hanya pengamatan sialku saja. Toh, setiap orang memiliki banyak topeng dalam setiap situasi, bukan ?
Pernah di satu waktu, Saat  itu aku belum terlalu mengenalnya, mungkin itu pertemuan kami yang ke tiga atau keempat? Ntahlah, Itu waktu yang deket dengan pertemuan pertama kami. Aku memperhatian pria itu termenung di taman tepi danau yang sengaja dibuat Universitas untuk menunjang  bangunan Kampus. Itu menjelang Maghrib dan tanpa ada orang disisinya. Hal yang sangat jarang terjadi karna aku tau dia seterkenal itu dikampus dan akan selau ada yang menyapa atau disapanya.Â
Anehnya, aku ikut memperhatikan dibelakangnya. Diam, menunggu sampai kapan dia akan termenung. Dia itu seperti apa yaa? Mungkin itu juga yang akhirnya membuatku mulai menerima kehadirannya. Aku mulai tersenyum saat dia menyapa, Aku menjawab saat dia bertanya, dan aku mengiyakan saat dia mulai mengajak. Â Dia itu seperti apa? Pria malang.