Seandainya, hanya angan2 yang kita semua tau bahwa itu tidak mungkin. Hal terlarang yan membuat candu. Jika dipikir kembali, katanya kita tidak menyukuri nikmat Tuhan. tapi, lagi-lagi, manusia bisa apa?
Ketika rasa penyesalan setelah mengambil  langkah yang salah.  Ini bukan tentang menyalahkan takdir Tuhan. Tapi tentang penyesalan dan bekerjanya kata "Seandainya"
Jika saja, saat itu. aku tidak seperti wanita yang terlalu menjunjung tinggi nilai betapa mengangungkannya wanita. Betapa layaknya wanita dijadikan Ratu oleh semua orang . Hingga aku lupa, bahwa jika ingin diperlakukan sebagai seorang ratu, aku harus terlebih dahulu menjadi ratu.
ahh tidak, bukan begitu. jika boleh jujur. Ini tentang egoku. Egoku sebagai wanita yang ingin disembah dan dimohon oleh seseorang untuk terus bersama dia.
_________
Pagi itu, matahari begitu terik. ntah mengapa sang petinggi instansi ini begitu semangat memberi petuah yang jujus saja, tak ada yang mendengar. Bahkan, panitia penyelenggara nya sibuk masing=masing pada topik yang mungkin saja membiacarakan orang lain. tidak ada hal yang lebih mengasyikkan dibanding membicarakan orang lain, bukan? atau mereka sibuk pada layar gudget mereka yang ntah menampilkan apa.
Andai saja, HP kami tidak disita, kuyakin hari ini tidak akan segabut ini. 2 hari dan ini hari terakhir. Maka aku harus semangat. Kampus ini, adalah hal yang paling kunantikan sejak setahun yang lalu.Â
Tapi mengapa? Kampus seluas dan sebagus ini, memiliki fasilitas indor yang besar. Mengapa diadakan di tengah lapangan dengan panas terik tanpa pelindung? Kenapa juga tubuhku hanya merasa panas, lapar, haus, bukannya perasaan lemas seperti mau pingsan? Kalau saja. Yaaa, Ini perandaian. Andai saja tubuh ini bisa menyetel sakit disaat aku benar-benar menginginkannya. Aku tidak akan terjebak di lautan mahasiswa baru yang jumlahnya bahkan mencapai ribuan. Sialan.
Aku tidak tau, ntah sampai dimana  acara yang digelar setelah Rektorat memberi kata yang aku saja tidak tau apa itu, yang kunantikan akhirnya tiba. Dimana kakak tingkat memberi intruksi bahwa kami bisa berdiri dan bubar barisan. beberapa kakak tingkat mengelilingi barisan kami. kutebak dia senior di fakultas ku -Fakultas Ilmu Sosial dan Pendidikan. Mereka menyuruh kami untuk  tidak terpencar dan kembali berjalan menuju fakultas kami.Â
Yang benar saja? Jalan kaki? Di siang hari ini?
"Kamu tidak apa?" sebuah suara mengagetkanku.