***
Begitu bel pulang berbunyi, aku segera bergerak menuju ruangan basket di gedung sebelah barat sekolah. Desahan pelan keluar dari bibir saat ingat si Kutilangdara mulai latihan hari ini. Aku sudah melayangkan protes kepada Pak Bambang, tapi beliau tetap tidak menerima alasanku. Selama bersekolah di sini dialah satu-satunya guru yang tidak mau disetir olehku.
Sebagai anak dari donatur tetap di sekolah ini, seluruh guru segan terhadapku. Makanya jangan heran jika aku ditunjuk sebagai kapten tim basket, meski baru satu semester lebih satu bulan belajar di sini. Apalagi waktu SMP juga menjadi kapten. Oya, aku juga bersekolah di SMP Globe School yang ada di gedung satunya lagi.
Tiba di gedung tempat ruangan basket berada, aku segera menuju ruang ganti untuk mengganti seragam sekolah dengan baju kaus yang dikenakan untuk latihan. Biasanya kaus oblong dipadu dengan celana selutut menjadi pilihan. Selesai berganti pakaian, aku beranjak ke ruangan basket. Ternyata anak-anak sudah berkumpul di sana semua dan juga ... si Kutilangdara.
Besar juga nyalinya ternyata. Aku pikir setelah gertakan dan kehadiran geng Chibie bisa menyurutkan niatnya untuk bergabung di klub basket. Benar-benar cewek aneh.
"Sini Brandon," panggil Pak Bambang begitu melihatku memasuki ruangan.
Aku mendekat kepada beliau. "Kenapa, Pak?"
"Kamu katanya mau lihat Arini bermain basket 'kan kemarin. Sekarang dia mau menunjukkan kemampuannya sama kamu," jelas Pak Bambang.
"Maaf, Pak. Lebih baik kita langsung latihan saja. Dia suruh lihat dulu, kali aja dapat ilmu," ujarku memberi alasan. Buang-buang waktu lihat si Kutilangdara latihan.
Untuk sekarang biar dia lihat kami latihan dulu, karena si Kutilangdara akan kuberikan tugas khusus. Apalagi jika bukan membersihkan ruangan setelah kami selesai latihan nanti.
"Tapi, Arini bisa---"