Mohon tunggu...
M AL MUJAHID KHALID
M AL MUJAHID KHALID Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

Nama : M al Mujahid Khalid Prodi : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Dakwah Dan Komunikasi Kampus : Uin AR - Raniry =

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Makmuegang, Tradisi Turun Temurun Masyarakat Aceh Menyambut Bulan Suci Ramadan

11 Maret 2024   11:10 Diperbarui: 11 Maret 2024   11:22 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haluwa makanan khas aceh pidie/dokpri

Pagi Tadi saya berkeliling di Pasar dekat rumah saya di daerah calue kecamatan,indrajaya. sambil menikmati tradisi turun temurun kami , Muegang, Uroe Muegang.

Sejarah makmeugang diawali pada masa kerajaan Aceh dengan memotong hewan dalam jumlah yang banyak dan dibagikan secara gratis kepada msyarakat, hal ini dilakukan sebagai rasa syukur dan terimakasih atas kemakmuran Aceh, saat ini tradisi makmeugang terus dilakukan oleh masyarakat seluruh Aceh dalam menyambut hari-hari besar suci umat islam.

Tradisi "uroe makmeugang" atau meugang di Aceh memang unik dan memiliki nilai-nilai tradisional yang kuat. Meugang merupakan  tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Aceh untuk menyambut bulan suci Ramadan serta hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. 

Tradisi ini merupakan bagian penting dari budaya dan identitas masyarakat Aceh.Menyambut bulan Ramadan atau Hari Raya/Lebaran tanpa Meugang akan terasa kurang lengkap bagi masyarakat Aceh. Tradisi ini bukan hanya tentang makanan semata, tetapi juga tentang mempererat hubungan antarwarga dan antarkerabat. 

Meugang dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun:

1. Meugang Puasa: Dilakukan menjelang bulan Ramadan dimulai. Meugang puasa adalah persiapan masyarakat Aceh untuk memasuki bulan suci Ramadan

2. Meugang Uroe Raya Puasa: Dilakukan menjelang hari raya Idul Fitri, setelah selesai menjalankan ibadah puasa Ramadan. Meugang uroe raya puasa juga merupakan bagian dari persiapan untuk merayakan hari kemenangan setelah menjalani bulan Ramadan.

3. Meugang Uroe Raya Haji: Dilakukan menjelang hari raya Idul Adha atau hari raya Haji. Meugang uroe raya Haji adalah persiapan masyarakat Aceh untuk merayakan hari raya kurbannya dengan penuh kesadaran akan arti pentingnya pengorbanan dan keikhlasan dalam beribadah.

Bagi pasangan pengantin baru yang baru menikah, tidak membeli daging kerbau atau sapi pada hari meugang bisa dianggap sebagai kehilangan martabat atau kehormatan di mata keluarga besar dan mertua.

Oleh karena itu, banyak dari mereka yang berasal dari Aceh, terutama yang merantau jauh, memilih untuk pulang ke kampung halaman pada hari meugang. Mereka pulang untuk berkumpul bersama keluarga , menikmati hidangan daging meugang yang disajikan dengan penuh kasih oleh Mak tercinta.

Saya sedang beli daging kerbau/Dokpri
Saya sedang beli daging kerbau/Dokpri

Hari ini saya membeli daging, di pasar calue, kec indrajaya. harga daging di pasar indrajaya mencapai 180-200  per kilonnya harga yang cukup mahal dari megang kemaren yang harganya cuman 170-15 ribu per kilonya . bapak jack berkata Volume permintaan tahun ini lebih ramai, sehingga harga jual daging sejak megang pertama hingga meugang kedua bertahan di harga 180-200ribu perkilonya.

Uroe muegang bukan sekedar makan daging tetapi ada juga beberapa makanan tradisonal dari aceh yang cuman hadir di hari muegang yaitu,luemang dan haluwa 

pembuatan luemang di gampong Balee Baroeh Bluek/dokpri
pembuatan luemang di gampong Balee Baroeh Bluek/dokpri
Lemang adalah makanan yang terbuat dari beras ketan dan proses masaknya pun cukup unik yakni dengan menggunakan selongsong bambu. Kisaran harga yang dijual pun cukui variatif. Jika membeli perbambu maka harga nya mulai dari Rp50-100 ribu, sedangkan perpotongnya dijual dengan harga Rp5-20 ribu.  

Haluwa makanan khas aceh pidie/dokpri
Haluwa makanan khas aceh pidie/dokpri

Haluwa adalah makanan khas kuliner aceh yang sudah ada sejak jaman dulu, khususnya di daerah pidie.namnya adalah haluwa bluek adalah makanan khas yang rata-rata pembuatnya berasala dari gampong bluek , kecamatan indrajaya,kabupaten pidie, harga kuliner ini di patong harga dari 50-60 ribu per kilonya.

Meskipun perayaan nya berbeda dari masa sultan iskandar muda  perkembangan terbaru yang telah disampaikan, kita melihat bagaimana peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat lokal.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun