Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aspek Spiritualitas SDA dan Lingkungan Hidup

28 April 2024   11:11 Diperbarui: 28 April 2024   11:27 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Sanad Media

Jauh sebelum World Commission on Environment and Development (WCED) tahun 1987 mengeluarkan laporan bertemakan Our Common Future, yang kemudian melahirkan istilah Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development). Sesungguhnya, manusia telah diperingatkan Allah SWT melalui firman-Nya :

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)" (Surat Ar-Rum/30: 41).

Penulis sengaja mengawali ulasan ini dengan mengutif  Firman Allah SWT dalam Surat Ar-Rum di atas, Tuhan sendiri telah memberi peringatan dengan jelas kepada manusia, bahwa semua bukti kejadian dan ancaman bencana global, semata-mata akibat tangan-tangan manusia. Begitu terang-terangan Tuhan memberikan kesimpulan, dan sebagai manusia yang memiliki akal budi, seharunya mampu membaca semuanya. Perubahan iklim global yang mengancam krisis sumber daya baik di darat maupun di laut akibat industrialisiasi yang mengeluarkan emisi karbon, pengerukan sumber daya yang tidak terukur bagi kepentingan pembangunan, adalah bagian bagian kecil ulah tangan-tangan manusia.

Laporan WCED mengkonfirmasi betapa manusia telah lalai dalam mengelolaa sumber daya alam dan lingkungan, sehingga baru diujung menyadari bahwa kerusakan benar-benar telah nampak jelas, dan menjadi ancaman nyata bagi manusia. Padahal, jika manusia mampu membaca dengan hati yang bersih dan berfikir dengan akal yang waras, terutama dalam memaknai penciptaan manusia sebagai kholifah di muka bumi, maka ia akan bijak dalam mengelola dan memanfaatkan SDA. Prinsip ini harus dimaknai dalam tata kelola SDA pada ruang lingkup yang lebih luas yaitu negara. Pertumbuhan ekonomi yang menjadi target utama dari mazhab developmentalism, disatu sisi telah menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan hidup. Apalagi kita menemukan fakta bahwa pertumbuhan ekonomi disatu sisi hanya menguntungkan kaum pemodal. Disisi lain, justru ketimpangan ekonomi semakin dalam.

Bukankah wahyu pertama Surat Al-'Alaq berisi tentang perintah Allah SWT untuk membaca ?  Penafsiran tentang membaca, bukanlah mengenai perihal baca-tulis semata, namun lebih jauh manusia dituntut untuk menggunakan hati dalam membaca setiap tanda, termasuk tanda-tanda kerusakan di bumi yang kian nyata. Lalu, diminta untuk berfikir menggunakan akal, tentang makna dari setiap kejadian/fenomena kerusakan alam. Hati dan Akal adalah dua perangkat penting yang diberikan Tuhan untuk menununtun perilaku manusia dalam menjaga hubungan dengan alam semesta.

Lalu, bukankan setiap manusia diciptakan sebagai pemimpin di muka bumi, dan semua sumber daya alam yang ada bukankah untuk kelangsungan hidup manusia? dua pernyataan ini  seringkali menjadi titik awal penyimpangan perilaku manusia atas pemanfaatan sumber daya alam, parahnya lagi pernyataan ini dijadikan legitimasi penguasaan sumber daya oleh manusia. Ini terjadi karena hati dan akal tidak lagi mampu membaca dan berfikir terhadap eksistensi manusia dan penciptaan Tuhan lainnya. Penyebabnya adalah nafsu yang menutup kedua perangkat tersebut.

Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai kholifah sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 30 :

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah: 30).

Dari perpektif teologi lingkungan hidup, dalam konteks  QS : Al---Baqarah ayat 30 di atas, secara struktural manusia diberikan mandat oleh Allah SWT untuk mengelola dan memakmurkan bumi. Kita semua harus memahami konteks Firman Allah SWT, ada perbedaan makna antara yang disebut pemimpin/penguasa dengan prinsip khilafiah (kholifah). Kholifah dalam konteks ini bukanlah menempatkan manusia dalam ruang dominan dalam bentuk penguasaan terhadap sumber daya alam yang ada, namun sebagai pemelihara dan pemberi rahmat bagi seluruh makhluk (Rahmatan Lil Alamin), sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kesimpulannya, prinsip kholifah dalam perspektif islam  menuntut manusia untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan penciptaannya

Berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah SWT dalam konteks SDA dan lingkungan hidup, maka untuk memperoleh kelestarian umat manusia dan lingkungan hidupnya, maka manusia (sebagai sumber daya manusia, SDM) hendaknyalah diposisikan dan difungsikan secara maksimal dan optimal sebagai penerima amanat dari Sang Pencipta (sebagai Sumber Daya Hukum Lingkungan Hidup, SDH) untuk memelihara dan memakmurkan serta melestarikan lingkungan hidup (sebagai sumber daya alam, SDA), guna terwujudkannya kemaslahatan manusia secara universal di dunia dan keselamatan di akhirat (Tualeka, 2011). Jadi jelas, posisi manusia sebagai kholifah adalah sebagai penerima mandate dari Allah SWT untuk memakmurkan bumi, menjaga keseimbangan siklus didalamnnya, agar tercipta prinsip lestari dan keadilan antar generasi (intergenerational equity). Alam dan seisinya bukanlah hak mutlak yang diberikan Tuhan untuk manusia belaka, tapi merupakan titipan yang harus dijaga untuk menjamin keadilan distributif bagi semua mahkluk. Sumber daya alam bukanlah warisan nenek moyang, tetapi merupakan titipan dari anak cucu kita generasi yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun