Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Local Wisdom sebagai Perangkat Hukum Tata Kelola Sumber Daya Alam

22 Juli 2020   03:29 Diperbarui: 22 Juli 2020   03:55 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Persisnya, sebenarnya hukum positif tak perlu ada, karena masyarakat lokal/adat sebagai objek justru telah memiliki hukum sendiri yang mereka gali dari sumber sumber kerarifan lokal. Kata "arif" mengandung makna kebijaksanaan dalam menempatkan keseimbangan tiga pilar utama sustainability yakni ekologi, ekonomi dan sosial.

****

Sekali lagi, Pemerintah mestinya memupuk nilai nilai ini agar tumbuh subur di zona zona sumber daya perikanan. Atau ekstrimnya Pemerintah mesti belajar banyak bagaimana inisiatif pola pengelolaan sumber daya perikanan ini dilakukan. Pengaturan pemanfaatan sumber daya ikan pada musim musim tertentu, memberikan jeda waktu sumber daya ikan untuk recovery dan memulihkan kondisi seimbang, sehingga siklusnya terus berjalan. Konsepsi ini, akan sangat efektif jika diterapkan dalam konteks pemanfaatan sumber daya lobster.

****

Pertanyaanya bagaimana jika korporasi besar berkepentingan mengelola sumber daya yang ada?

****

Menjawab itu, Pemerintah pasti memilih jalan untuk mengeluarkan hukum positif yang sentralistik itu. Padahal hemat saya, korporasi besar bisa terlibat dalam memanfaatkan kue sumber daya, dengan catatan harus melalui masyarakat lokal dan bersedia mematuhi aturan lokal/adat. Sayang, setiap korporasi tujuan utamanya meraup untung dan itu wajar. Ketidakwajaran bisa nampak, saat sumber daya tak lagi terasa manis.

Wallahualam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun