Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Mikro Pilihan

Menangkap Kegelisahaan Petani

17 Mei 2018   05:10 Diperbarui: 17 Mei 2018   05:27 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi penyebabnya adalah in-efesiensi produksi, input produksi yang dikeluarkan tak sebanding dengan output yang dihasilkan. Belum lagi "gap" nilai tambah ekonomi antara petani dengan pengepul/makelar dan aktor-aktor pasar lainnya di hilir terlalu jauh, maka tak sedikit petani terjerat perangkap para lintah darat, bahkan memilih menjual lahannya untuk bisnis lain.

Artinya keberpihakan (affirmative policy) dari Pemerintah untuk menjamin keberdayaan petani masih sangat rendah. Inilah kemudian, rasa bangga menjadi petani lambat laun kian luntur, karena memang profesi petani semakin tidak menjanjikan secara ekonomi. Lunturnya rasa bangga menjadi seorang petani menurut hemat penulis adalah PR besar pemerintah yang harus menjadi agenda revolusi mental. Bagaimana caranya? Jalan satu-satunya adalah dengan affirmative policy terhadap petani dan profesinya.

Mungkin tidak melulu kita menyalahkan para sarjana pertanian yang belum mau kembali ke desa dan bergelut di ladang dan sawah, karena urusan dasar terkait tata kelola di sektor pertanian mulai dari sistem produksi, hingga tata niaga harus dibereskan dulu dan menjadi tugas policy maker di pusat dan daerah. Pemerintah harus menjamin dan merubah kesan bahwa profesi petani ini menjanjikan secara ekonomi, tentunya dengan langkah-langkah konkrit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Mikro Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun