Bermodal nekat ! Berangkat dari Xiamen yang bersuhu 17 derajat celcius tiba di kota Beijing dini hari 03.30 yang besuhu -3 derajat celcius, agak membuat kaget. Perjalanan 2 jam 40 menit terasa luar biasa, menikmati taburan kembang api dari ketinggian, pengalaman yang menakjubkan ! Terbang dari daratan selatan menuju ke utara yang tak terlupakan. Meskipun Tempat duduk saya tidak pas di samping jendela, namun ada seorang bibi yang mau berbagi jendela dengan saya. Beliau saya kira umurnya kurang lebih 60 tahun, berasal dari kota Beijing. Sebagian waktu perjalanan kami gunakan untuk mengobrol sambil melihat kembang api dari satu jendela. Begitulah cara kami saling mengenal, menyesal karena tidak kebagian jendela sendiri, namun dengan begitu saya bisa mengenal teman baru yang mau berbagi jendela. Beliau baru saja menjembput anaknya yang bekerja di Xiamen untuk pulang kembali ke Beijing. Pas sekali bibi bisa tiba di rumah pada hari pertama tahun baru keesokan harinya. Sejujurnya saya juga jarang sekali naik pesawat, ini kali kedua saya menikmati perjalanan udara. Kopi saya pilih untuk menemani malam di pesawat, membaca majalah yang tersedia, dan menikmati chanel radio yang sudah terpasang di setiap kursi. Tidur jelas tak bisa tidur, selalu mengintip jendela itu, dan kemudian berlanjut dengan obrolan bersama bibi. Tak terasa penerbangan akan berakhir, bibi memegang baju yang aku kenakan, mengecek seberapa tebal aku memakai baju, karena di musim dingin bepergian ke daerah china bagian utara tidak mungkin hanya memakai baju tak berlapis tebal, bisa-bisa membeku disana. Naluri seorang ibu dimana-mana selalu sama. Bagi saya baju yang saya pakai saat ini sudah cukup tebal untuk melawan dingin, nami=un sekali lagi bibi mengingatkan saya untuk mempertebal pakaian yang saya kenakan. Pesawat landing, Alhamdulillah saya sudah mendarat dengan selamat di Beijing. Melewati lorong turun dari pesawat, kepulan asap keluar dari hidung dan mulut ketika saya bernafas, dingin ... Memakai baju berlapis memang perlu. Di ujung lorong saya sudah ditunggu teman seperjalanan saya, yang sebelumnya sudah berkenalan di 'hotel pengungsian' sebelum terbang. Dia seorang calon suster yang praktik kerja di Rumah Sakit  Zhong Shan, kota Xiamen, berasal dari provinsi Hebei, setelah sampai di Beijing, dia masih harus transit menggunakan kereta selama 2,5 jam untuk sampai ke kotanya. Dia membawa rumah boneka kardus yang dirancangnya sendiri akan dijadikannya kado tahun baru untuk adik sepupunya. Xing Xing begitu aku memanggilnya.
Karena sesampainya dibandara Beijing masih terlalu pagi, maka saya melewatkan sisa malam di bandara, melepas kantuk di deretan bangku kosong, dan yang paling nyaman memang didalam ruangan itu hangat dibandingkan diluar ruangan. Tidurlah saya sampai matahari terbit, kemudian melanjutkan perjalanan saya. Beruntungnya saya kebetulan bebarengan bertemu dengan adik kelas yang juga berencana liburan. Kami pun bersama menuju Qianmen, tempat yang diperkirakan tidak jauh dari penginapan yang saya tuju. Penjualan tiket lajuan bus dibuka pukul 07.40, dan pagi itu jam 07.00 masih gelap, seperti di Indonesia bagian barat diwaktu jam 05.30 pagi. Karena kami sama-sama kurang tidur, jadi ya menunggu sambil terkantuk-kantuk. Kami bertiga membawa barng masing-masing menaiki bus dengan harga tiket 24Yuan perjalanan selama 1,5 jam. Bus Kami adalah keberangkatan paling pagi dengan penumpang yang hanya 6 orang beserta supir. Sesampai di Qianmen kami berjalan-jalan sebentar, karena masih terlalu pagi, tentu saja toko belum banyak yang membuka lapak dagangannya. Qianmen jalan ini sangat terkenal dengan pusat perbelanjaan, sangat santik dimalam hari dengan dihiasi pohon berbalut lampu-lampu kecil. Sederet jalan Qianmen ini terdapat toko-toko elit, bank, tempat makan, dan terdapat banyak toko oleh-oleh khas beijing disini. Bagi kawan-kawan jika pergi ke Beijing tentu tidak boleh melewatkan tempat satu ini. (http://www.travelchinaguide.com/attraction/beijing/qianmen-street.htm)
Untuk mengulur waktu check in hostel, langkah kami bertiga terus berlanjut ke daerah disekitar Qianmen, setelah melewati Zhenyangmen, kaki kami terhenti sementara di Tiananmen Square, tempat luas yang dengar-dengar tempat ini muat untuk menampung manusia sebanyak satu juta lebih. http://en.wikipedia.org/wiki/Tiananmen_Square.
Pagi itu cuaca tidak terlalu bagus, kabut, walaupun tidak terlalu tebal, tapi cukup mengganggu. Saya pikir, tidak terlalu beruntuk keberadaan saya disambut dengan kabut. Namun memang rencana hari itu hanyalah mencari tepat tempat hostel yang sudah saya pesan di internet beberapa hari sebelumnya. Kamipun berpisah, mereka (adik kelas saya) bersiap menjemput teman mereka yang bersekolah di kota lain (Wuhan) yang akan datang juga ke Beijing utuk liburan. Berbekal ponsel dan alamat hostel, saya berjelajah mencari hostel yang ternyata tempatnya lumayan muter-muter kalo tidak paham betul dengan Hutong (gang) di kota ini yang hitungannya sudah beribu-ribu dan memiliki sejarah beratus-ratus tahun lamanya. Saya agak nyasar selama 1jam lebih untuk menemukan hostel yang saya tuju. Seperti yang saya katakan, kalo tidak paham betul maka akan 'muter', ternyata betul, sebenarnya untuk menempuh hostel hanya memerlukan waktu 20 menit saja dari jalan besar kemudian masuk ke hutong. Bertanya pada orang sudah saya lakukan sejak awal, namun tetap saja nyasar. hahaha . Beruntuk keramahan warga sekitar sungguh saya suka, termasuk dialek khas Beijing yang saya tak terlalu mengerti, namun tetap suka! Alhamdulillah akhirnya menemukan hostel yang saya tuju. Beijing Far East. *setelah ini mungkin saya akan terbaca seperti promosi hostel hahhaa*
Yang saya kira hanya boleh check in di jam 14.00, ternyata boleh kapan saja check in *cepee deeeehhh, kan udah terlanjur jalan-jalan setengah ngantuk rasanya, tau gitu kan cari trs nemu lebih awal buat tidur*. Tiba di hostel jm 09.00, saya memilih harga sewa yang paling murah 50 yuan permalam, dengan uang jaminan kunci dan kartu 50yuan(uang jaminan akan dikembalikan setelah chech out), lumayan juga. Seperti Hostel pada umumnya, kamar bercampur dengan orang lain, kamar ini berisi 4 orang yang perempuan semua (karena ada beberapa hostel yang mencampurkan perempuan dan laki-laki). Fasilitas kamar mandi umum, dapur umum, wifi, dan penghangat ruangan.
keterangan gambar:
1. Dapur umum kami : dapur ini sangat wangi dipagi hari, didalamnya tersedia peralatan masak, kecuali bahan masak. Kompor, pembakar roti, mangkok, sumpit, gelas, oven, microwave, kulkas, blender, lemari pembasmi kuman di peralatan makan. tentu kulkas berisi bahan makanan yang bersedia masak di dapur, kalo saya sih gak sempet hehehe . Â Disebelah 'kabin' untuk memasak, terdapat mesin cuci yang tinggal memasukkan koin saja mesin cuci itu sudah berjalan, dan saya tidak memakainya sekalipun, karna selama itu tak punya koin*alesan* dan mending mencuci sendiri, dan kemudian jemur pakaian didepan pemanas ruangan. Alhasil kering keesokan harinya, mantap siasat ini ! yes ! Bergeser lagi, disebelah 'kabin; mencuci baju terdapat tempat mesin air munim yang dapat mengucurkan air panas siap minum disetiap saat., disampingnya terdapat tempat cuci piring. Dan ruangan itu bersih, walapun dipakai banyak orang yang datang dari berbagai daerah, namun benar tempat itu sangat terjaga kebersihannya. Di dalam ruangan itu terdapat satu set meja makan, yang saya selalu menemukan disetiap harinya terdapat satu keluarga yang sarapan di meja itu.
2. Atap rumah : Gambar ini saya ambil dalam perjalanan 1jam nyasar-muter yang saya alami, cuaca mendung berkabut. Pohon yang tanpa tumbuh daun ini hanya akan kawan-kawan temukan di daerah utara (kawasan 4musim) di musim dingin. Jika kawan-kawan melihat foto dengan ada pohon seperti ini sudah bisa ditebak itu berada dimana.