Mohon tunggu...
Aulia Ilmi
Aulia Ilmi Mohon Tunggu... Wiraswasta - With GOD all things are possible

Life is journey

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dear Diary

14 November 2022   22:41 Diperbarui: 14 November 2022   22:45 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

22.06.2022
Sejam menjelang midnight.
Dear diary ...
Ada banyak yang ingin aku ceritakan, hari ini begitu berwarna. Susah, sedih, senang, campur aduk. Tapi sayangnya kamu tinggal selembar, tak cukup buatku berbagi. Tunggu beberapa hari ini ya, semoga ada rejeki biar bisa kuganti bajumu dengan yang baru. Sayonara !

01.07.22
7 pm WITA.
Dear diary ...
Ni hao? Long time no see.
Maaf ya baru sempet ganti bajumu, udah seminggu lebih nih, gatel tanganku pengen nulis. Curcol sama kamu udah jadi bagian dalam keseharianku, tau ...
Last time pengen cerita apa ya, sampe lupa, gara2 tinggal selembar, hehehe.
Kayaknya emang ga berkesan deh, buktinya ga bisa long lasting on my mind. Leave it aja deh ya. Hari baru di bulan baru nih, semoga jadi awal yang baik ke depan.
Hari ini ga ada yang berkesan sih, cuma jadi tempat sampah temen-temen kerja. Sayangnya aku cuma bisa jadi pendengar, kehidupan rumah tangga aku kan ga ada pengalaman, mana bisa aku kasih solusi. Mungkin memang mereka cuma mau berbagi cerita aja, seakan mindahin beban hidupnya ke aku. Tapi jadinya aku agak takut juga, apa benar aku udah siap nikah ya? Goal hidup ku tahun ini ...
Udahlah, ga usah ketawa. Tau jawabannya emang ga siap, masalahnya calon aja belum ada. Iya kan? Ga usah ngece deh

05.07.2022
Pagi yang sendu, 11.05 WITA
Dear diary ...
Dia cuma bercanda, harusnya aku tertawa, bukan terbawa ...
Siapa kamu tanya?
Siapa lagi kalau bukan dia, cewek gebetan.
Si Ambon manise ... Feby.
Tau sendiri kan, dia yang pertama ngejar-ngejar aku. Sejak kenal di Instagram, dia DM aku duluan. Sepertinya dia ada hati sama aku, dari perhatiannya, dari cara komunikasinya. Sesibuk apapun, kami sempatkan ber DM ria. Karena aku lihat profilnya ok, aku sambut dia. Kuhujani dia dengan rayuan, gombalan, pujian. Sampai hatiku pun akhirnya hanyut terbawa. Aku pikir inilah cinta yang aku cari. Aku banyak cerita tentang dia belakangan ini bukan?
Pagi ini iseng kuberanikan diri menembaknya, karena bagiku cukup masa-masa pendekatan itu. Aku ingin berlabuh. Tapi apa dia kata?
Dia bilang ... "I love you too". Hatiku pun melayang.
Semenit kemudian ... Dia kirim fotonya berdua sama cowok. Aku hilang arah.
"But I love him more", tulisnya kemudian.
Aku terhempas ...
"Canda kakak ... Jangan terlalu serius ya tentang kita. I am sorry". Ujarnya mengakhiri.
Aku jatuh. Ku blokir akun nya. Usai sudah

07.07.2022
10 pm, malam berbintang.
Dear diary ...
Kerlip bintang mengingatkanku pada seseorang yang ku kenal pagi ini.
Bukan cuma senyumnya, tapi juga matanya, seakan berbicara.
Dia seorang yang bingung hilang arah waktu mampir ke stand ku, menanyakan tujuannya. Bahkan dalam kekalutannya pun, dia masih terlihat mempesona.
Aku tergagap bak bocah yang baru belajar melafal kata begitu dia menyapa. Ada sesuatu dalam dirinya yang bahkan aku tak bisa menjelaskannya.
Kabar baiknya, dia anak baru penjaga stand sebelah. Tunggu ya, siapa tau ada cerita di antara kita. Wish me luck

22.07.2022
7 pm, sesudah beberes.
Dear diary...
Bau parfumnya masih tertinggal di sini. Membuatku semangat tuk menyapamu lagi.
Maaf ya, belakangan ini aku sibuk-sibuk dengan dia. Sampai terlupa padamu.
Hari-hariku bahagia sejak mengenalnya.
Dia seperti oase di gurun ku. Semakin banyak air yang kuteguk, semakin haus aku dibuatnya.
Dia seperti google, aku tinggal search apa yang ku ingin tahu, dia punya jawabannya. Dia punya segudang pengalaman, sesuatu yang menjadi minatku. Aku ingin banyak belajar dari dia.
Siapa dia? Si anak baru, tetangga sebelah

14.08.2022
6 am, a lovely morning.
Dear diary ...
Hari ini bakal jadi hari istimewa ku.
Karena setelah sekian lama, hari ini aku ambil cuti kerja. Bukan diriku banget ga sih. Hehehe.
Demi apa coba? Demi nemenin si dia. Please jangan tanya dia siapa lagi, karena sekarang cuma ada dia. Siapa lagi kalo bukan si tetangga lah.
Aku udah kemakan racunnya nih. Aku penasaran pengen ngerasain berpetualang, explore tempat baru. Sesekali jadi seperti Dora the Explorer, ga ada salahnya kan?
Aku udah siapin tas ranselku, ransum dan bendera merah putih ada di dalamnya. Ga jauh-jauh amat sih tujuannya, mungkin petang sudah sampai. Doain ga hujan ya. Kalau ga capai, nanti malam aku ceritain. See you again later

17.08.2022
Dua jam menjelang fajar.
Dear diary...
Aku memimpikannya. Untuk pertama kalinya. Di taman itu kami bercanda, saling adu keahlian fotografi yang kami punya. Bunga, kupu, rumput, bahkan udara yang kami hela seakan ikut bergembira.
Pengalaman ngebolang bersamanya kemarin memang masih membekas, kenangan indah yang tak akan pernah terlupa.
Sepertinya aku sedang dimabuk cinta.
Persahabatan ini sudah terjalin sedemikian rupa, aku tak mau merusaknya hanya karena satu kata cinta. Aku takut kehilangannya.
Tapi aku tak kuasa memendam rasa yang membuncah di dada. Aku ingin dia tahu, dia istimewa buatku.
Dear diary, aku galaw

09.09.2022
8 am, sesaat sesudah buka stand
Dear diary...
Aku belum siap ketemu dia hari ini. Karenanya aku menyibukkan diri denganmu. Beri aku ide, apa yang harus aku lakukan. Sepertinya semua yang aku lakukan akhir-akhir salah di matanya.
Tak ada yang tahu tentang cinta, kecuali namanya.
Aku sudah kehilangan keakuanku, aku tak bisa menjadi diriku sendiri. Karena diriku yang mencintainya, dia tak suka.
Dia mau kita berjarak, sementara aku tak sanggup bernafas tanpa keberadaannya

16.10.2022
Dear diary...
Di cuti ku kali ini, aku pergi ke pesantren tempat dulu ku menimba ilmu. Aku kangen sama sahabat-sahabat ku yang dulu, sama ustadz dan kyai ku. Sibuk dengan urusan dunia membuat jiwaku merana. Aku butuh asupan rohani.
Begitu dia tahu rencanaku, dia ingin ikut serta. Berpetualang di alam pedesaan menjadi satu hal yang menjadi minatnya.
Entah apa yang ada di benaknya, padahal ini hanyalah sekedar wisata rohani, menyambung silaturahmi.
Sahabat-sahabat ku yang masih tinggal mengabdi di pondok tentu senang melihatku, terlebih melihat dia. Perutku sampai sakit dibuatnya kena sodokan siku mereka, seakan mereka tak terima kalau aku bisa membawa gadis jelita ke desa.
Bahkan ustadz-ustadz yang mengenal baik diriku tersenyum memberi doa restu. Ah, andai mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita berdua.
Rupanya dia tak siap dengan apa yang harus dihadapi, salahku juga tidak memberinya cukup informasi. Melihatnya memakai pakaian ala gadis kota di alam desa jadi terasa kontras. Sepatu kets, celana jeans, t shirt lengan pendek dan topi di antara ratusan santriwati. Beruntung ada ustadzah baik hati meminjamkan kerudung dan baju muslimahnya. Melihatnya memakai kerudung dan berpakaian syar'i, aku merasa seperti Fahri yang pertama kalinya melihat Aisyah di Ayat-ayat Cinta, terpesona.
Keanggunannya seketika bubar begitu dia memintaku mengantarkannya melihat bocah-bocah main layangan di tanah lapang di seberang sawah. Aku menolaknya karena medan yang dilalui cukup berat, harus lewat pematang sawah. Dia merajuk, merasa aku meragukan kepiawaiannya, Dora the Explorer. Aku hanya tak bisa melihatnya berpakaian muslimah bermain di persawahan, bukan tempatnya. Dasar keras kepala, dia tetap saja melangkah menjauh. Mau tak mau aku susul dia. Memakai sandal jepit di pematang sawah sungguh tak mudah. Ku lihat sepatunya pun belepotan tanah. Beberapa langkah kemudian dia pun goyah. Aku yang sigap segera mengulurkan tangan, menangkapnya. Dia pun menggenggam tangan ku, erat ... Mata kita beradu.
Duh... bunyi jam weker membangunkan tidurku. Ingin ku teriak, kembali ke mimpi, agar bisa kurasakan genggaman tangannya lagi. Aku mau dia tahu, aku siap menjaganya, menjadi lelakinya

27.10.2022
Dear diary ...
Aku memilih mencintainya dalam diam.
Karena dalam diam tak akan ada penolakan.
Aku memilih mencintainya dalam kesepian.
Karena dalam kesepian tidak ada orang lain yang memilikinya, kecuali aku.
Aku memilih memujanya dari kejauhan.
Karena kejauhan melindungiku dari rasa sakit.
Aku memilih memilikinya dalam mimpi.
Karena dalam mimpiku, dia tidak akan pernah pergi.

Hari ini aku kehilangannya. Semalem dia bertolak ke kampung halamannya. Tak ada pamitan, tak ada pesan. Hanya pergi begitu saja, meninggalkan rongga di dada. Sejumput doa kurapal, semoga ada takdir kita bersua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun