Dalam pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo pada KTT Asia Timur pada tanggal 13 November 2014 di Nay Pyi Taw, bahwa pada pilar kedua adalah komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama, yang artinya, nelayan perlu diutamakan dan dilindungi dikarenakan nelayan merupakan sumber utama dari infrastruktur perikanan untuk mendukung salah satu sumber daya laut yang berkelanjutan.
Untuk mencapai tujuan ini, nelayan lokal perlu diberdayakan dengan memberikan dukungan berupa pelatihan evakuasi dan cara melaporkan aktivitas ilegal. Selain itu, komunitas maritim di setiap pulau perbatasan harus diberi pengetahuan mengenai jalur tanker secara menyeluruh agar terhindar dari kecelakaan maupun serangan ilegal dari kapal tanker negara lain. Langkah-langkah ini akan membantu melindungi nelayan dan memastikan keberlanjutan sumber daya laut Indonesia.
Penguatan Keamanan dan Pertahanan Maritim:
- Modernisasi peralatan militer maritim, seperti kapal perang dan pesawat patroli maritim, menambah jumlah kapal patroli untuk memperluas jangkauan pengawasan, merupakan langkah penting dalam meningkatkan kemampuan pertahanan di wilayah perairan Indonesia. Modernisasi ini mencakup pengadaan kapal perang baru dengan teknologi canggih, peningkatan persenjataan, serta peningkatan kemampuan pesawat patroli maritim untuk mendeteksi dan merespons ancaman dengan lebih efektif. Berdasarkan artikel "Ketua MPR RI Bamsoet Dorong TNI AL Sebagai Garda Terdepan Ketahanan dan Keamanan Maritim Indonesia" yang diterbitkan pada 7 Maret 2024 di https://www.mpr.go.id/, salah satunya membahas tentang pentingnya peran kapal selam bagi TNI AL dalam menjaga keamanan laut di Indonesia, menurut Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, baik konvensional maupun nirawak, kapal selam terbukti mampu menjaga stabilitas keamanan maritim nusantara. Kemampuannya yang unik dan canggih menjadikan kapal selam sebagai alat pertahanan yang sangat efektif. Dengan adanya peralatan militer yang terus dikerahkan untuk menjaga keamanan maritim Natuna Utara, maka akan berdampak juga pada keamanan nelayan di sekitar laut Natuna Utara, salah satu contoh nyata yaitu terdapat di laporan "Natuna: Nelayan di Kepulauan Riau merasa 'lebih aman' sejak kapal perang Indonesia ditambah" yang diterbitkan 9 Januari 2020 di BBC Indonesia, dimana KRI Tjiptadi-381 menghalau kapal Coast Guard Tiongkok saat melakukan patroli di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau, sehingga dari aksi ini menunjukkan bahwa pemerintah saat ini tengah memberi perhatian intensif pada nelayan di perairan Natuna. Sehingga aksi ini juga akan memberi ketegasan kepada Coast Guard Tiongkok yang berpatroli di laut Natuna Utara.
- Pelaksanaan latihan militer rutin di wilayah Laut Natuna Utara bertujuan untuk menunjukkan kehadiran dan kesiapan TNI dalam menjaga kedaulatan. Latihan ini melibatkan berbagai unsur angkatan laut dan udara, serta simulasi skenario penanganan ancaman maritim. Latihan rutin juga berfungsi untuk meningkatkan keterampilan personel militer dan koordinasi antar unit dalam menghadapi situasi darurat, dan dapat diimplementasikan di Laut Natuna Utara. Salah satu contoh nyata yaitu latihan gabungan non tempur di Selat Makasar yang diikuti oleh Angkatan Laut dari 36 negara di dunia pada 4-8 Juni 2023, penyelenggaraan Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2023, telah memberikan dampak positif terhadap diplomasi maritim Indonesia. Berdasarkan pernyataan Bambang Soesatyo, latihan gabungan ini mampu membangun trust building, memperkuat citra positif dan menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam kerjasama maritim global.
Pemanfaatan Teknologi dan Informasi:
Pemanfaatan teknologi dan informasi merupakan elemen kunci dalam memperkuat keamanan maritim Indonesia. Salah satu langkah penting adalah pengembangan sistem pemantauan maritim terintegrasi yang melibatkan berbagai instansi terkait. Sistem ini memungkinkan pemantauan dan respons terhadap aktivitas ilegal secara real-time, meningkatkan koordinasi dan efektivitas operasi maritim.
Meningkatkan teknologi pemantauan seperti radar dan satelit adalah langkah krusial dalam mendeteksi aktivitas ilegal dengan cepat. Teknologi radar dan satelit akan memberikan data real-time untuk respons yang lebih cepat terhadap ancaman. Investasi dalam sistem pemantauan ini juga dapat mencakup penggunaan drone untuk pengawasan udara yang lebih efisien, penggunaan teknologi drone dan kecerdasan buatan (AI) juga menjadi prioritas. Drone dapat digunakan untuk pengawasan udara yang efisien, sementara AI membantu dalam analisis data maritim untuk mendeteksi pola dan anomali yang mengindikasikan aktivitas ilegal. berdasarkan drone yang akhir-akhir ini dibahas dalam pertahanan salah satunya artikel terkait "SWARM DRONE : TANTANGAN, PELUANG DAN ANCAMAN BAGI INDONESIA" yang diterbitkan pada 25 April 2024 di https://www.kemhan.go.id/ , membahas tentang senjata game changer perang modern, dimana fungsi dual-use atau dwiguna dari drone (militer dan sipil) membuat penerapan teknologinya menjadi tak terbatas dan cepat berkembang, salah satu drone yang dibahas dalam website tersebut yaitu swarm drone yang berdasarkan penelitian Garg (2020) memiliki keunggulan dalam melaksanakan misi kolektif dan dapat dikendalikan dari jarak jauh serta dapat dikendalikan dengan algoritma otonom serta dalam penelitian Lesmana, Permana, Santoso & Infantono (2021) swarm drone dapat memenuhi fungsi intelijen, pengawasan, akuisisi target, dan pengintaian. Sehingga dari fungsi-fungsi drone tersebut Indonesia diharapkan dapat mengembangkan sistem drone untuk pengawasan dan patroli laut, dengan pemanfaatan teknologi canggih dan sistem swarm drone yang melibatkan penggunaan banyak drone yang bekerja bersama dalam suatu formasi untuk melakukan tugas-tugas tertentu, seperti pengawasan, penyerangan, atau pengiriman logistik. Indonesia diharapkan dapat meneruskan minat penggunaan teknologi drone terutama swarm drone untuk meningkatkan kemampuan pemantauan dan respons terhadap ancaman di perairan secara menyeluruh dan maksimal meski dalam keadaan gelap saat malam, untuk memastikan keamanan, keselamatan nelayan dan kedaulatan maritim yang lebih baik.
Dengan terus konsisten mengimplementasikan strategi-strategi di atas, Indonesia berpotensi berkelanjutan untuk mempertahankan kedaulatannya dan melindungi wilayah perairannya secara efektif dari berbagai ancaman ilegal. Implementasi strategi ini, yang berfungsi sebagai perisai, dapat melindungi wilayah Natuna Utara dari berbagai serangan dan memastikan bahwa Indonesia selalu siap menghadapi tantangan yang ada. Selain itu, penerapan strategi-strategi ini juga akan memberikan kepastian hukum dan keamanan bagi para nelayan yang beroperasi di wilayah tersebut, sehingga mereka dapat menjalankan aktivitasnya tanpa rasa takut atau terganggu oleh ancaman-ancaman eksternal. Dengan demikian, strategi yang berkelanjutan dan evaluasi berkala atas efektivitasnya sangat penting untuk menjaga stabilitas dan keamanan di wilayah Natuna Utara. Keberhasilan dalam mempertahankan kedaulatan dan melindungi wilayah perairan ini akan menunjukkan komitmen Indonesia terhadap integritas teritorialnya dan memastikan bahwa sumber daya alam yang ada di wilayah perairan tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Referensi
Cherman. (2022). Seorang nelayan hilang usai kapalnya tertabrak kapal tanker di perairan Natuna.
Dwipratama, G. P. (2024). SWARM DRONE : TANTANGAN, PELUANG DAN ANCAMAN BAGI INDONESIA. https://www.kemhan.go.id/.
Lumbanrau, R. E. (2020). Kisah nelayan Natuna hadapi nelayan asing: 'Habis kita punya alat tangkap ditabrak, mereka brutal'.