"Mbak, aku baru tahu kalau suami **** meninggal. Aku benar-benar ga tahu."
"Iya, akhir Juni lalu karena covid."
"Ya Tuhan, padahal masih sangat muda dan terlihat sehat banget ya Mbak."
"Iya, seminggu kemudian suamiku yang meninggal karena covid juga."
Whattttt!!!!!!!!!
Ya Tuhan, dua suami teman Madame meninggal dalam waktu berdekatan dan aku tidak tahu. Teman macam apa aku ini.
"Mbak, ampun. Maaf banget, aku ga tahu," kataku sambil menyertakan emoticon air mata dan tangan bersidekap tanda meminta maaf.
"Iya, gapapa. Waktu itu lagi puncak-puncaknya."
Madame teringat pada sebuah video singkat yang lumayan banyak beredar di media sosial dan juga Whatsapp. Isinya kira-kira mau mengatakan di era pandemi ini ketika kematian seperti bayang-bayang yang siap menyergap, sering-seringlah berkirim kabar dan bertanya kepada saudara, teman, dan siapa pun yang anda kenal. Jangan-jangan dia sedang sakit atau sudah pergi dalam kesunyian.
Sebuah survei yang melibatkan 2.000 orang di Inggris menunjukkan bahwa sekitar 78 persen orang yang mendapatkan pertanyaan "Apa kabar?" akan memberi jawaban "Baik-baik saja," meskipun sebenarnya mereka sedang dalam suasana hati yang buruk, cemas, dan mempunyai masalah kesehatan mental lainnya.
Responden survei mengatakan jawaban basa-basi tersebut mereka berikan karena tidak yakin jika si penanya benar-benar ingin tahu kondisi mereka. Sebagian lain memilih untuk memberi jawaban "Baik-baik saja" karena tidak ingin memberi beban bagi lawan bicara mereka. "Kita mendengarnya berkali-kali dalam sehari, 'Apa kabarmu?, 'Baik-baik saja, bagaimana denganmu?" kata Direktur Time to Change Jo Loughran seperti dilansir The Sunday Post.