Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengunci Indonesia, Perlukah?

15 Maret 2020   17:17 Diperbarui: 15 Maret 2020   17:11 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Penutupan tersebut membuat lebih dari 50 juta orang tak bisa keluar dari tempat mereka berada. Februari, pemerintah Cina memperluas lockdown dengan menutup semua perusahaan tak strategis, termasuk pabrik pengolahan, di Provinsi Hubei, sampai sampai 10 Maret. Upaya ini dan  berbagai kebijakan lainnya membuat infeksi virus corona di Wuhan turun drastis.

Italia, yang penularan virus coronanya tinggi, kemudian melakukan hal yang sama. Awalnya, lockdown hanya berlaku di utara Italia, tapi kemudian diperluas sampai ke seluruh penjuru negara pada 9 Maret.

Peningkatan infeksi yang  pesat, membuat  Italia mengunci negaranya lebih ketat ketimbang Wuhan. Italia menutup semua perbatasan dan mengimbau warganya agar tak meninggalkan rumah untuk bekerja.

Selain itu, pemerintah juga memerintahkan warganya untuk menjaga jarak setidaknya satu meter dari orang lain.Bar dan restoran harus  tutup jam enam sore. Warga hanya bisa memesan makanan untuk dibawa pulang, tidak boleh berkumpul di tempat umum. Di akhir pekan, semua mal juga ditutup.  Yang melanggar aturan ini didenda atau hukuman penjara. Militer pun dikerahkan untuk memastikan aturan kuncian ini dipatuhi.

Manila kemudian juga menerapkan lockdown. Sekolah ditutup selama sebulan, larangan pertemuan massal, dan tak mengizinkan warga keluar masuk Manila. Presiden Manila, Duterte menegaskan aturan ini harus diterapkan dengan ketat dengan pengawasan militer.

Di Indonesia, Jokowi mengatakan belum akan melakukan kebijakan tersebut. Meski tekanan agar segera mengisolasi diri cukup tinggi. Belum ada keputusan dari pusat, beberapa daerah sudah melakukan beberapa pembatasan seperti menutup tempat-tempat wisata, meliburkan sekolah selama dua minggu.

Beberapa pakar mengatakan Indonesia tidak perlu melakukan lockdown. Hal yang bisa dilakukan adalah menjaga jarak sosial atau social distancing. Semakin cepat dilakukan maka akan makin baik. Ini bisa dilakukan secara pribadi misalnya dengan tidak mendatangi keramaian, atau orang yang sedang sakit. Pemerintah juga bisa melakukannnya dengan melarang datang ke kantor atau melakukan kerumunan.

Ketika jumlah penderita sudah mencapai 96 orang pada Sabtu, 14 Maret 2020, pemerintah juga mengatakan bahwa lockdown bukan pilihan. Kenapa pemerintah bersikap seperti ini?

Pemerintah khawatir dengan dampaknya yaitu kepanikan dan keresahan masyarakat. Yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah pembatasan parsial seperti yang dilakukan beberapa negara seperti Singapura dan beberapa negara lainnya dengan tetap memikirkan agar tidak terlalu berdampak pada golongan bawah, yang hidupnya: kerja hari ini untuk makan besok.

Sampai kapan dibatasi? Sampai badai ini pergi. Dan, saya selalu percaya, bajaj, eh badai pasti berlalu..............

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun