Orang tidak lagi menggunakan istilah kebohongan, tapi bermain di balik payung semantik "kebenaran alternatif" dan "hoax". Dan, menjelang pilkada, tapi sangat lebih terasa menjelang pilpres, kondisi ini dimanfaatkan untuk tujuan politik. Merekayasa agar prasangka negatif kelompok-kelompok diintensifkan melalui manipulasi emosi.
Anda berada di mana? Seorang yang menjadi pelaku Post-Truth, atau korban, atau menjadi keduanya. Setelah membaca uraian singkat ini, tulisan Romo Moko lebih panjang tapi saya ambil bagian ini saja dulu, Anda pelaku Post-Truth apakah akan meneruskannya atau merenungkan apa yang Anda lakukan.
Di era sekarang ini, anda mungkin saja mendapatkan apa yang anda inginkan secara politik, tapi ingat anda bertanggung jawab karena menciptakan masyarakat emosional, reaktif, dan mudah tersinggung. Ini yang yang disampaikan Tommy F Awuy, pembicara lainnya dalam seminar tersebut. Tommy adalah Dosen di Departemen Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H