Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negeri (Tidak) Bahagia

17 Maret 2019   23:53 Diperbarui: 18 Maret 2019   00:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan Indonesia? Negeri kita ternyata berada di peringkat 96 dari 156 negara. Posisi tersebut bahkan lebih rendah dari tahun 2017, dimana Indonesia berada di peringkat 81. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Indonesia ternyata juga jauh kurang bahagia dibanding Singapura (34), Malaysia (35). Penduduk Thailand, Filipina, dan Vietnam, juga "lebih bahagia" dari  Indonesia.

Apa yang membuat Indonesia tidak lebih bahagia dari Singapura, Thailand, Filipina, dan Vietnam. Bukankah kita dikenal dengan adagium: Penduduk Ramah, Murah Senyum, Suka Menolong, dan  Bergotong Royong?

Laporan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia merupakan salah satu kekuatan dunia, terbesar ketiga di Asia setelah Cina dan India dan ke-16 terbesar dunia.   Tapi, untuk bahagia, menurut PBB, tak hanya kebutuhan dasar warga yang harus tercukupi. Harus tercipta  ruang sosial yang penuh dengan kepercayaan atau trust, tolong menolong,  pemerintah yang bersih, dan kompeten.

PBB menilai kebahagiaan tidak hanya diukur dengan uang. Yang terpenting adalah adanya dukungan sosial yang tinggi. Kenapa Norwergia termasuk negara bahagia kedua tahun 2018, tahun lalu di peringkat pertama, ternyata karena sekolah, rumah sakit, kepolisian, dan birokrasi di negara tersebut memperlakukan masyarakat dengan hormat, dan itu menetes sampai ke bawah. Itu membuat warga Norwegia bahagia, saling percaya, dan merasa menjadi bagian dari komunitas.

Orang Australia memiliki tradisi makan bersama BBQ di taman kota untuk saling menjaga kehangatan satu sama lain. Di Norwegia, mereka bergotong royong mengecat rumah meski sebenarnya bisa bisa membayar tukang cat.

Survei Charities Aid Foundation (CAF), organisasi non-profit dari Britania Raya dan Gallup tahun 2018 menunjukkan Indonesia adalah negara paling dermawan di dunia. Tiga hal yang dinilai adalah inisiatif membantu orang tidak dikenal, donasi amal, dan menjadi sukarelawan. Hasilnya, 78 persen orang Indonesia suka mendonasikan uangnya kepada sesama.

Lalu, survei kepercayaan masyarakat Gallup tahun 2018 menunjukkan Indonesia adalah negara yang pemerintahnya paling dipercaya masyarakat. Pemerintah sangat dipercaya, tapi kenapa negara ini tidak termasuk sepuluh besar negara bahagia dunia.

Beberapa hari lalu, ketika tugas ke Sumba, saya sempatkan melihat-lihat pasar tradisional di pagi hari. Masih jam enam pagi, saya pergi  ke Pasar Rada Mata, Tambolakaka, Sumba Barat.

Matahari sudah tinggi, tapi pasar belum ramai, baru beberapa lapak yang buka. "Ini ramenya jam 8 ibu," kata salah satu penjual yang biasa dipanggil Mama Imma.

Aku tertarik pada tumpukan buah yang saya tidak kenal.
"Ini apa?"
"Itu alpukat."
Oh, alpukat. Tidak seperti alpukat yang kebanyakan lonjong, bentuknya rada bulat. Warna kulitnya juga hijau muda.

"Berapa Mama?"
"Sepuluh ribu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun