Mohon tunggu...
Elisius Udit
Elisius Udit Mohon Tunggu... Guru - Pengejar Waktu

Waktu senantiasa pergi dan tak akan kembali. Lakukan apa yang perlu dilakukan hari ini. Besok mempunyai urusannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengelolaan Program yang Bedampak Positif pada Murid

5 Juni 2023   22:20 Diperbarui: 5 Juni 2023   22:47 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.3 PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK POSITIF PADA MURID

Elisius Udit

CGP Angkatan 7

SMK Stella Maris Labuan Bajo

Manggarai Barat

Tidak terasa pendidikan calon guru penggerak sudah sampai di penghujung dengan Modul 3.3 tentang Pengelolaan program yang berdampak pada murid sebagai materi penutupnya. Sungguh bahagia dan bergembira rasanya karena penulis dapat mengikuti seluruh proses pendidikan calon guru penggerak ini dari modul 1.1 tentang Filosofi Ki Hajar Dewantara sampai pada modul yang terakhir ini. 

Sebuah kesempatan yang luar biasa dan sebagai seorang beriman penulis melihat ini sebagai rahmat Allah karena penulis boleh mengikuti pendidikan calon guru penggerak ini secara gratis. Saat ini semua bahasa manusia mungkin tidak cukup untuk menggambarkan betapa bahagianya penulis mengikuti kegiatan pendidikan calon guru penggerak ini.

Sesudah penulis mengikuti proses pembelajaran materi ini, penulis semakin tahu dan sadar bahwa tugas guru adalah membimbing dan menuntun murid agar mereka mampu memimpin dirinya sendiri kapan dan dimana saja dia berada. Sebagai seorang murid, peserta didik dituntun oleh guru agar mampu memimpin dirinya sendiri dalam proses belajarnya. Seorang peserta didik yang belajar bukan karena pengaruh pihak lain adalah contoh peserta didik yang sudah menjadi pemimpin atas dirinya sendiri. 

Pembelajaran materi ini membuat penulis semakin percaya diri untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada murid untuk menguatkan kepemimpinan murid (student agency) terutama mengaitkan penguatan Profil Pelajar Pancasila. Hal ini sesungguhnya mengarah kepada pembentukan seorang peserta didik yang mampu menyuarakan pendapat, membuat pilihan-pilihan, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

Selain itu, dengan mempelajari materi ini penulis semakin disadarkan untuk secara sadar dan terencana menumbuhkembangkan kepemimpinan murid dengan senantiasa memberikan ruang dan melibatkan peserta didik dalam memberikan suara (voice), membuat pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid.

Guru harus sadar dan terencana terus terbangun dan menguatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan melibatkan murid dalam memberikan suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) murid. Memberdayakan murid  saat program sekolah direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga terwujudnya lingkungan yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid. 

Penulis juga menyadari bahwa peserta didik adalah mitra bagi guru dalam proses pembelajaran, mengusahakan terwujudnya ekosistem sekolah yang mendukung tumbuhnya peserta didik yang mampu menjadi pemimpin dalam proses pembelajarannya sendiri dan mempraktekkan konsep tersebut dalam bingkai penguatan Profil Pelajar Pancasila.

Beberapa hal yang dapat penulis ambil sebagai intisari dari modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid:

Kepemimpinan Murid (Student Agency)

Konsep kepemimpinan murid  sesungguhnya berakar pada sebuah prinsip bahwa peserta didik memiliki kemampuan dalam dirinya sejak dilahirkan. Selain itu, setiap peserta didik mempunyai dalam dirinya keinginan untuk secara positif mempengaruhi kehidupan mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka. Hal ini sungguh nyata pada peserta didik yang sungguh peka terhadap dirinya sendiri dan peka terhadap lingkungannya. Karena pada hakekatnya manusia adalah makhluk pribadi dan makhluk sosial. 

Dengan demikian, dapat disimpulkan kepemimpinan murid merupakan kapasitas untuk menetapkan tujuan, melakukan refleksi dan bertindak secara bertanggung jawab untuk menghasilkan perubahan. Kepemimpinan murid adalah tentang murid yang bertindak  secara aktif, dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain.

Kepemimpinan murid perlu ditumbuhkembangkan terutama agar mereka dapat menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dalam proses pembelajaran. Ketika murid menunjukkan agency dalam pembelajaran mereka sendiri maka mereka akan berperan aktif dalam memutuskan apa dan bagaimana mereka akan belajar. 

Peserta didik akan cenderung menunjukkan motivasi yang lebih besar untuk belajar dan lebih mampu menentukan tujuan belajar mereka sendiri. Lewat proses yang seperti ini, peserta didik akan secara alamiah  mempelajari keterampilan belajar (belajar bagaimana belajar). Keterampilan belajar ini adalah sebuah keterampilan yang sangat penting, yang dapat dan akan mereka gunakan sepanjang hidup mereka dan bukan hanya untuk saat ini.

Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid

Setiap satuan pendidikan selalu memiliki program atau kegiatan yang disusun untuk satu semester atau satu tahun. Program-program yang disusun selalu bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dalam arti proses pembelajaran dan hal-hal lainnya di satuan pendidikan. Pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat dilakukan dalam bentuk intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pengelolaan program yang berdampak pada murid merupakan program yang dibuat oleh satuan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajaran mereka sendiri, sehingga  potensi kepemimpinannya dapat berkembang dengan baik.

 Pengelolaan program yang berdampak positif pada murid yang mengajak  para guru untuk berefleksi dan melihat kembali perspektif atau cara pandang kita tentang program yang berdampak positif pada murid. Program-program sekolah, baik program intrakurikuler, kokurikuler, atau ekstra kurikuler dapat mendorong kepemimpinan murid (student agency). Hal ini dapat dengan maksimal dijalankan apabila dalam perencanaan program tesebut peserta didik dilibat. Sekolah memfasilitasi peserta didik untuk dapat memberikan suara (voice), membuat pilihan (choice) dan merasa memiliki akan sebuah program (ownhership).

Program-program sekolah yang mendorong kepemimpinan murid sesungguhnya menghantar mereka untuk belajar menjadi individu yang lebih bertanggung jawab, berdaya, dan kontributif dan juga memiliki pengalaman dan kebermaknaan yang diperoleh dari proses belajar selama mengikuti program-program sekolah tersebut. Apabila meeka mengikuti program-program ini dengan penuh kesadaran, aktif, kreatif, maka hal ini akan memberikan bekal bagi mereka menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Semua ini tentunya akan berdampak positif bagi mereka dari proses belajar yang dilalui dan tentunya akan dapat terus dirasakan oleh murid di sepanjang hidupnya.

Komunitas Pendukung Tumbuhkembang Kepemimpinan Murid

Terwujudnya kepemimpinan murid adalah cita-cita semua orang. Kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi melihat bahwa sangat penting membangun kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Kemitraan itu disebut "Tri Sentra Pendidikan".  Kepemimpinan murid akan terwujud bila ketiga komunitas ini sama-sama mendukung terwujudnya kepemimpinan murid dengan memfasilitasi tumbuhkembangnya kepemimpinan murid dalam komunitas itu dengan caranya masing-masing. Kemitraan antara ketiga komunitas ini didorong oleh asas seperti gotong-royong, kesaman kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.

Ada beberapa karakter lingkungan yang mampu mendorong tumbuhkembangnya kepemimpinan murid seperti:1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.

Pengelolaan program yang berdampak pada murid sesungguhnya memiliki keterkaitan dengan modul-modul lain yang sudah dipelajari dalam pembelajaran sebelumnya. Pada dasarnya pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.

1. Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara melihat guru memerankan peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai makhluk individu dan makhluk masyarakat. Karena itu, untuk menyusun dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid, peserta didik hendaknya menjadi pusat perhatian dan mereka harus dilibatkan untuk mengembangkan potensi/kekuatan sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Peserta didik adalah pribadi yang unik dan utuh, karena itu pengelolaan program harus terarah pada upaya menuntun peserta didik bertumbuh dan berkembang sesuai kodratnya tersebut.

2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak.

Seorang guru penggerak sesungguhnya memiliki banyak nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.

3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak.

Seorang guru adalah penuntun bagi seorang peserta didik untuk dapat berkembang sesuai kodratnya. Sebagai penuntun, guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk tujuan itu, guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Pendekatan manajemen perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA). 

Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.

4. Modul 1.4. Budaya Positif.

Upaya menumbuhkembangkan kepemimpinan murid haruslah didukung oleh lingkungan. Lingkungan tersebut harus mendukung perkembangan potensi, minat dan profil belajar murid terutama kekuatan kodrat pada anak-anak. Ibarat petani, guru hendaknya dapat mengoptimalkan sumber daya lingkungan yang positif dan mengembangkan budaya positif agar anak-anak dapat tumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman dan mendukung program yang berdampak pada murid.

5. Modul 2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid.

Satu hal yang kadang membuat seorang guru pusing di dalam kelas adalah bagaimana melayani peserta didik yang memiliki karakter dan tingkat pemahaman yang heterogen. Konsep pembelajaran berdiferensiasi sangat membantu guru dalam situasi seperti ini. 

Guru dapat menggunakan pembelajaran berdiferensiasi untuk memberikan layanan pembelajaran yang berpihak pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi ini merupakan solusi atas beragamnya karakteristik dan kecerdasan murid. Sebelum merencanakan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar, minat dan profil belajar murid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui aset atau kekuatan yang dimiliki oleh murid.

6. Modul 2.2 Pembelajaran Emosional dan Sosial.

Guru bukan hanya mendidik seorang peserta didik agar cerdas secara inteltual, tetapi juga harus cerdas secara sosial dan emosional. Karena itu, guru dilatih dan diasah untuk mampu mengembangkan kompetensi sosial pada diri murid. Teknik kesadaran diri (mindfulness) menjadi strategi pengembangan lima kompetensi sosial emosional yang didasarkan pada program yang berpihak pada murid dan mewujudkan merdeka belajar dan budaya positif di sekolah.

7. Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik.

Persoalan umum yang dihadapi dan dikeluhkan tanpa berusaha mencari solusi adalah saat menghadapi peserta didik yang bermasalah. Coaching sebagai teknik atau strategi seorang pemimpin pembelajaran untuk menuntun anak dan menggali potensi yang dimiliki oleh anak. Coaching juga memberikan keleluasaan anak-anak berkembang dan menggali proses berpikir. Dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid, coaching dapat digunakan sebagai strategi untuk mengembangkan sumber daya murid, mengembangkan kepemimpinan murid, menggali potensi murid untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu keselamatan dan kebahagiaan anak setinggi-tingginya.

8. Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Nilai-Nilai Kebajikan Seorang Pemimpin.

Guru adalah seorang pemimpin. Pemimpin selalu identik dengan pembuat keputusan atau kebijakan. Guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat mengambil keputusan secara bijak, yaitu keputusan yang berpihak pada murid. Dasar, prinsip, paradigma atau nilai dalam pengambilan keputusan harus konsisten, terutama berkaitan dengan dilema etika atau bujukan moral.

9. Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya. 

Guru sebagai pemimpin pembelajaran maupun pengelola program sekolah harus dapat memetakan dan mengidentifikasi aset-aset yang ada di sekolah, baik aset fisik maupun non fisik. Pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset based thinking) akan lebih dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh sekolah sebagai komunitas belajar, dibandingkan dengan pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit based thinking). Paradigma berpikir harus melihat sisi positif yang dimiliki oleh sekolah. Dengan berfokus pada aset yang dimiliki, maka pengelolaan program yang berdampak pada murid dapat terencana dengan baik.

10. Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Positif Pada Murid.

Upaya pengembangan sekolah sesungguhnya dapat dilaksanakan hanya dengan memaksimalkan aset-aset yang ada di dalamnya. Pada umumnya ada tujuh asat yang terdapat pada sebuah sekolah seperti modal manusia, modal sosial, modal agama dan budaya, modal politik, modal fisik, modal politik lingkungan/alam, dan modal finansial. Dengan mengetahui modal atau sumber daya yang ada di sekolah, maka sebagai pemimpin guru harus bisa memetakan tujuh  aset tersebut dan mengoptimalkan pengelolaannya untuk peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa program yang berdampak positif pada murid adalah inisiasi dan dan pengelolaan sekolah yang melibatkan kepemimpinan murid (student agency) dengan memberikan ruang dan mempromosikan suara, pilihan dan kepemilikan. Hal ini selalu berujung pada terwujudkan rasa bahagia dan sejahtera (well-being) dan budaya positif di sekolah. 

Sesungguhnya peserta didik memiliki kodrat dengan ragam potensi dan bakat dapat tergali dan dituntun menuju kepada kebahagian yang setinggi-tingginya. Mengenali program atau kegiatan sekolah dengan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi evaluasi dilakukan secara kolaboratif dan memberdayakan aset/kekuatan sumber daya yang dimiliki sekolah. Akhirnya dampak positif pada murid sebagaimana yang diharapkan terpenuhi secara menyeluruh.

Perencanaan program dilaksanakan secara kolaboratif berdasarkan kebutuhan murid dengan mewujudkan lingkungan karakteristik yang menumbuhkembangkan kepemimpinan murid didukung sumber daya, aset, modal, potensi, kekuatan yang dimiliki sekolah melalui prakarsa perubahan dengan paradigma inkuiri apresiatif BAGJA, memberikan ruang murid pada suara, pilihan dan kepemilikan.

Pelaksanaan program atau kegiatan ini memberdayakan murid untuk menjadi pemimpin dalam proses belajarnya sendiri. Murid mampu mempromosikan suara, pilihan, kepemilikan sendiri melalui proses yang memerdekakan sehingga murid mampu menjadi agen perubahan dan guru menjadi mitra belajar murid dengan menuntun dan memberikan umpan balik (feedback) atas capaian perkembangan belajar murid.

Evaluasi terhadap program atau kegiatan ini merupakan upaya guru dan murid untuk secara berkolaboratif melakukan penilaian, refleksi evaluasi secara menyeluruh, sistematism, berkala dan berkelanjutan untuk mengukur seberapa efektif dampak positif yang diharapkan muncul. Kegiatan reflektif evaluasi untuk mengetahui apakah program atau kegiatan sudah efektif memenuhi tujuan yang diharapkan dan apakah program atau kegiatan telah mampu menumbuhkembangkan kepemimpian murid (suara, pilihan, kepemilikan). Evaluasi menjadi cermin untuk melihat sejauh mana suatu kegiatan dijalankan dan bagaimana dampaknya terutama bagi peserta didik yang adalah subjek dari segala proses pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun