Komunitas Pendukung Tumbuhkembang Kepemimpinan Murid
Terwujudnya kepemimpinan murid adalah cita-cita semua orang. Kementerian pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi melihat bahwa sangat penting membangun kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat. Kemitraan itu disebut "Tri Sentra Pendidikan". Â Kepemimpinan murid akan terwujud bila ketiga komunitas ini sama-sama mendukung terwujudnya kepemimpinan murid dengan memfasilitasi tumbuhkembangnya kepemimpinan murid dalam komunitas itu dengan caranya masing-masing. Kemitraan antara ketiga komunitas ini didorong oleh asas seperti gotong-royong, kesaman kedudukan, saling percaya, saling menghormati, dan kesediaan untuk berkorban dalam membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi peserta didik.
Ada beberapa karakter lingkungan yang mampu mendorong tumbuhkembangnya kepemimpinan murid seperti:1) Menyediakan kesempatan untuk murid menggunakan pola pikir positif dan merasakan emosi yang positif, 2) Keterampilan berinteraksi sosial secara positif, 3) Keterampilan dalam proses pencapaian tujuan akademik maupun non-akademik, 4) Menerima dan memahami kekuatan diri, sesama, serta masyarakat dan lingkungan di sekitarnya, 5) Membuka wawasan menentukan dan menindaklanjuti tujuan, harapan atau mimpi yang manfaat dan kebaikannya melampaui pemenuhan kepentingan individu, kelompok, maupun golongan, 6) Menempatkan murid sedemikian rupa sehingga terlibat aktif dalam proses belajarnya sendiri, 7) Menumbuhkan daya lenting dan sikap tangguh murid untuk terus bangkit di tengah kesempitan dan kesulitan.
Pengelolaan program yang berdampak pada murid sesungguhnya memiliki keterkaitan dengan modul-modul lain yang sudah dipelajari dalam pembelajaran sebelumnya. Pada dasarnya pengelolaan program sekolah tentunya harus berdampak pada murid dengan terlebih dahulu melakukan langkah-langkah berupa merancang dan mengelola program sekolah secara cermat dan tepat. Keterkaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya saling mendukung dan melengkapi dalam proses pembelajaran berpihak pada murid.
1. Modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara melihat guru memerankan peran strategis untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak sehingga mereka dapat bahagia dan selamat sebagai makhluk individu dan makhluk masyarakat. Karena itu, untuk menyusun dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid, peserta didik hendaknya menjadi pusat perhatian dan mereka harus dilibatkan untuk mengembangkan potensi/kekuatan sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Peserta didik adalah pribadi yang unik dan utuh, karena itu pengelolaan program harus terarah pada upaya menuntun peserta didik bertumbuh dan berkembang sesuai kodratnya tersebut.
2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak.
Seorang guru penggerak sesungguhnya memiliki banyak nilai seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai dan peran dari guru penggerak tidak terlepas dari cita-cita mulia untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan merdeka belajar. Dalam menjalankan perannya, seorang guru tidak hanya cukup sebagai pemimpin pembelajaran di kelas, namun juga memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin dalam pengelolaan program sekolah yang berpihak pada murid.
3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak.
Seorang guru adalah penuntun bagi seorang peserta didik untuk dapat berkembang sesuai kodratnya. Sebagai penuntun, guru harus memiliki visi yang mengarah kepada perubahan, baik perubahan di kelas atau perubahan di sekolah. Untuk tujuan itu, guru perlu mengenal pendekatan manajemen perubahan. Pendekatan manajemen perubahan disebut Inkuiri Apresiatif (IA).Â
Dalam merencanakan dan mengelola program yang berdampak pada murid dilakukan dengan menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif model BAGJA, dengan terlebih dahulu memetakan aset atau sumber daya sekolah, dan mengembangkan aset atau potensi yang bisa dikembangkan untuk merencanakan program sekolah yang berdampak pada murid.