KHD melihat bahwa peserta didik sesungguhnya bukan kertas kosong yang perlu kita isi sesuai kemauan dan keinginan pendidik. KHD melihat bahwa peserta didik sudah memiliki dalam dirinya kodrat alam dan kodrat zamannya. Untuk itu, pendidik hanya berusaha menuntun peserta didik untuk mencapai kebahagiaannya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Karena itu, dalam proses pendidikan peserta didik harus menjadi subjek dalam proses pembelajaran. Peserta didik harus menjadi pusat perhatian dalam pendidikan. Segala program pendidikan di sekolah harus berpusat pada usaha menuntun peserta didik untuk mengembangkan kodrat alam dan kodrat zamannya. Pun demikian dengan proses pembelajaran di kelas, harus menjadikan peserta didik sebagai subjek dari kegiatan pembelajaran. Peserta didik harus memiliki peran yang sangat aktif dalam proses pembelajaran. Pendidik bukan lagi satu-satunya sumber belajar. Peserta didik dapat mempelajari materi dari berbagai sumber, pendidik hanya meluruskan/menebalkan pemikiran peserta didik berdasarkan sumber belajarnya. Â
Pembentukan Budi Pekerti
Pendidik di sekolah mengambil peran sebagai penuntun peserta didik untuk mencapai kebahagiaan secara lahir dan batin. Pada posisi in, pendidik bukan hanya berusaha menjejali peserta didik dengan sebanyak mungkin ilmu pengetahuan, tetapi juga berusaha untuk membantu peserta didik membentuk budi pekertinya. Itu berarti pendidik di sekolah berusaha untuk memadukan gerak pikiran, perasaan dan kehendak peserta didik untuk menjadi sebuah tenaga. Pendidikan berusaha untuk memadukan aspek kognitif dan afektif dari peserta didik agar dapat menciptakan karya secara mandiri.
Keluarga memang menjadi tempat terindah untuk membentuk budi pekerti seorang peserta didik. Namun, sekolah juga harus menjadi tempat kedua yang indah bagi peserta didik untuk membentuk budi pekertinya. Karena itu, sekolah harus menjadi rumah bagi peserta didik dengan pendidik adalah orangtuanya. Untuk itu, pendidik harus mendidik peserta didik dengan ikhlas, penuh cinta dan kasih sayang demi kemuliaan diri dari peserta didik. Pendidik dan sekolah harus mampu menciptakan ruang yang menyenangkan bagi peserta didik seperti di rumah agar peserta didik dapat menyelaraskan antara cipta, rasa, karsa dan karya agar kemudian menjadi pribadi yang bertanggung jawab bagi diri sendiri dan orang lain.
Asas Trikon
Pendidikan merupakan sebuah proses panjang dan terus berubah sesuai dengan konteks zaman kondisi peserta didik sendiri yang adalah subjek dari pendidikan. Pemerintah, sekolah dan ruang kelas merupakan elemen penting dalam proses pendidikan. Setiap sekolah dan setiap peserta didik memiliki kondisi dan persoalannya sendiri sehingga pengembangannya juga tentu memiliki perbedaan.
Ki Hadjar Dewantara memperkenalkan tiga asas dalam mengembangkan sekolah dan ruang kelas dalam proses pendidik. Tigas asas tersebut dikenal dengan istilah Trikon karena terdiri atas tiga asas yang berawalan "kon" yaitu kontinyu, konvergen dan konsentris.
Kontinyu
Pihak sekolah dan pendidik di kelas melakukan pengembangan secara berkelanjutan, dilakukan secara terus-menerus. Hal ini berarti pengembangan yang dilakukan dalam proses pendidikan perlu dilakukan dengan perencanan yang matang. Sesuatu yang baik selalu lahir dari sebuah perencanaan yang baik. Perencanaan dibuat tahap demi tahap perkembangan dan perencanaannya harus betul-betul mantap. Dalam pengembangan itu, harus selalu ada evaluasi dan perbaikan yang sesuai untuk menghasilkan perubahan yang berarti untuk jangka waktu yang lama.
Konvergen
Artinya pihak sekolah dan pendidik dalam pengembangan di sekolah dan kelas dapat dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktik pendidikan di luar negeri. Hal ini juga dilakukan oleh Ki Hadjar ketika mempelajari berbagai praktik pendidikan dunia misalnya Maria Montessori, Froebel dan Rabindranath Tagore. Praktik-praktik dari luar itu dapat kita pelajari untuk disesuaikan dengan konteks sekolah dan kelas kita. Hal ini dimaksudkan agar apa yang kita ambil sesuai dengan kebutuhan sekolah dan kebuthan kelas. Bukan asal mengambil dan menempel. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekolah dan para pendidik sangat terbuka untuk belajar untuk kemjuan pendidikan di sekolah.