Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selo Soemardjan (1962).
Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 memberikan dampak besar pada berbagai sektor kehidupan, termasuk pendidikan. Penutupan sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga pendidikan lainnya dilakukan sebagai langkah untuk mencegah penyebaran virus. Salah satu perubahan yang terjadi untuk mencegah penyebaran virus ini dalam bidang pendidikan adalah dengan pergeseran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran berbasis teknologi atau daring.
Perubahan sosial tidak hanya mengubah pola belajar-mengajar, tetapi juga memunculkan berbagai dinamika sosial yang perlu. Bagaimana siswa, guru, dan orang tua, beradaptasi dengan perubahan ini? Artikel ini akan membahas perubahan sosial yang terjadi dalam bidang pendidikan akibat pandemi COVID-19, dengan fokus pada pergeseran cara belajar dan pengaruhnya terhadap hubungan sosial serta pemerataan akses pendidikan.
Sebelum pandemi, pembelajaran daring sering kali dianggap sebagai metode yang belum sepenuhnya digunakan secara luas. Namun, akibat Pandemi COVID-19 mengubahnya. Platform pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, dan Microsoft Teams menjadi "ruang kelas baru," sementara interaksi langsung digantikan dengan komunikasi virtual. Perubahan ini memaksa siswa, guru, dan orang tua untuk menguasai teknologi dalam waktu singkat.
Bagi siswa, tantangan terbesarnya adalah menjaga konsentrasi dan konsisten belajar di lingkungan yang kurang terdisiplin. Tidak sedikit siswa yang merasa terisolasi karena kurangnya interaksi langsung dengan teman dan guru. Selain itu, peran orang tua menjadi lebih signifikan selama pandemi. Mereka harus mendampingi anak-anak mereka dalam belajar, yang sering kali berbenturan dengan tanggung jawab pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
 Perubahan pola belajar ini tidak hanya berdampak pada siswa, tetapi juga pada guru dan orang tua. Guru harus beradaptasi dengan metode pengajaran baru, sering kali tanpa pelatihan yang memadai. Banyak guru merasa kesulitan untuk menciptakan suasana belajar yang interaktif dalam format daring.
Di sisi lain, muncul berbagai tantangan dalam penerapan pembelajaran daring. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat teknologi dan internet. Di daerah terpencil, keterbatasan infrastruktur menjadi penghalang utama, memperbesar kesenjangan pendidikan. Selain itu, cara belajar berbasis teknologi juga memengaruhi dinamika hubungan antara guru dan siswa, yang sebelumnya lebih personal dan interaktif.
Perubahan ini menunjukkan bahwa pendidikan bukan sekadar soal transfer ilmu, tetapi juga bagaimana teknologi, infrastruktur, dan keadilan sosial harus berjalan seimbang. Pandemi mengajarkan kita pentingnya sistem pendidikan menghadapi situasi darurat. Meski pembelajaran daring memberikan solusi sementara, dampak sosialnya seperti kesenjangan digital, berkurangnya interaksi sosial, dan tekanan mental pada siswa tidak bisa diabaikan. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pendidikan tetap berkualitas.
Peningkatan akses teknologi, pelatihan digital untuk guru, dan perhatian lebih terhadap kesehatan mental siswa adalah langkah penting yang harus menjadi prioritas jangka panjang. Dengan demikian, perubahan sosial yang terjadi dapat menjadi peluang untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih tangguh dan adil di masa depan.
1. Peningkatan Infrastruktur Teknologi