Mohon tunggu...
Ameliasari Kesuma
Ameliasari Kesuma Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Guru yang hanya pingin nulis ;) http://untukanakbangsa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Muslim Kok Nyebelin

19 Mei 2014   23:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:21 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca buku pak satria seperti biasa, ada saat yang membuat saya tertawa terbahak-bahak, sekedar tersenyum, ikutan emosi marah gregetan dan ada saat air mata saya keluar Saya suka gaya tulisan pak Satria, biasanya sih enteng enteng saja, tapi yang ini walau ditulis dengan gaya yang ngepop, namun sungguhan butuh pemikiran yang mendalam dan hati yang terbuka luas plus zero persepsi Pak Satria membuat saya sebagai muslim ngaca, woiii sebelum nyalahin orang lain nggak ada juntrungnya, ngaca dulu dooong Opini opini bebas pak Satria membuat saya melek lebar, juga merubah paradigma saya, tentang kenyataan umat muslim yang ada di sekitar saya Saya geregetan saat diungkapkan berdasar penelitian dari George Washington University yang dipublikasikan dalam Global Economy jorunal 2010, menyatakan bahwa negara yang paling Islami di dunia justru dimiliki oleh New Zealand yang tentu saja bukan negara Islam. Indonesia yang katanya umat Islamnya terbesar di dunia bahkan harus puas menempati urutan 140, p.142...*geregetan gak sih.. Saat ini umat Islam mengalami kemunduran dalam hal literasi. Hal ini disebabkan telah hilangnya budaya membaca dan menulis justru merupakan perintah tersurat dan tersirat dalam Al-Quran. p15 Saya pernah mencoba membuat anak anak memiliki pengalaman menyenangkan dengan membaca dan menulis, saya memberi kebebasan se bebas bebasnya kepada mereka untuk menulis apa saja, untuk membaca apa saja yang mereka sukai even komik sekalipun,...namun usaha ini kurang dukungan jadi cuma bertahan 2 tahun :(. Saya tertawa ngakak tentu saja saat pak Satria membahas tentang poligami hahaha, gaya tulisan bebas, enteng mengalir apa adanya nggak pake jaim, membuat saya menikmati bacaan saya kali ini Kemudian saya jadi kenal Jeffrey Lang, ..*baru mau hunting bukunya Coba deh : Bagaimana mungkin Jeffrey Lang yang ateistis dan skeptis dapat berkenalan dengan Tuhan langsung secara pribadi sedangkan begitu banyak orang yang membaca Al quran berulang ulang di rumah-Nya – dan bergaul dengan para mubalig dan dai – justru tidak benar benar mengenal Tuhan... p.71 *jleb banget gak sih kata kata Pak Satria ini... Jeffrey Lang adalah seorang mualaf asal Amerika yang masuk Islam karena membaca Al-Quran secara Autodidak, tanpa sengaja pula! Sebagai seorang intelektual yang ateistis, ia membaca dan mengenal Islam secara sangat kritis dan semula sangat skeptis. Namun , pengalamannya dalam membaca Al-Quran ternyata menjadis angat personal dan meruntuhkan satu demi satu sikap skeptisnya tersebut. p70 Buku ini juga membicarakan keberagaman dengan baik, berada di lingkungan yang heterogen sesungguhnya akan mempermudah kita memahami orang lain dengan berbagai perspektif, sejak kecil lingkungan saya super heterogen, bahkan kuliahpun saya masuk ke lingkungan kristen, namun justru itu yang membuat saya lebih mudah memahami perbedaan, bahkan perbedaan pemahaman antar muslim sendiri. Sikap menghargai keberagaman memang sudah seharusnya mulai ditanamkan di sekolah. Sebenarnya, sekolah adalah tempat menghapuskan berbagai jensi prasangka yang bertujuan membuat siswa terkotak-kotak, sehingga sekolah harus bebas diskriminasi. p220 Saya meneteskan air mata saat membaca halaman 229 tentang do’a anak sholeh. Saya juga orang tua yang merasa lagi dijewer sama tulisan pak Satria ini “wahai orang tua, sayangilah anak anak mu dengan baik pada saat mereka masih kecil. Berikan semua yang terbaik darimu kepada anak anakmu ketika mereka masih kecil. Jangan sampai mereka mendapati hal yang buruk dan tidak baik darimu ketika mereka masih kecil. Jangan sampai juga engkau menunjukkan sikap kasar, keras dan kejammu pada anakmu waktu masih kecil. Sebab, Tuhanmu akan mengganjarmu sesuai dengan perbuatanmu kepada anakmu ketika masih kecil (dan buka pada masa yang lain)”. p231 Biasanya buku buku agama sangat “berat” dibaca, butuh beberapa kali baca baru saya dapat memahaminya dengan baik. Membaca buku ini membuat saya teringat buku Kommaruddin Hidayat tentang “Psikologi Kematian”, gaya bahasanya enteng, nggak perlu ngos ngosan bacanya, cuma tinggal open mind aja.. :D Pak satria terimakasih, saya terinspirasi sekali, saya juga jadi penasaran pingin baca bukunya Jeffrey Lang, semoga segera menemukan bukunya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun