Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Dari 'Kakap Merah' ke 'Biarkan Lautan Bernyanyi (Let The Ocean Sing)'

21 Maret 2015   12:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekian lama tidak menulis di Kompasiana ini dan melewatkan hanya dengan membaca tulisan-tulisan para kompasianer, rasa kangen menuntun saya untuk kembali ke sini. Bagaimana bisa tahan jika hampir setiap dini hari hanya membaca tulisan kawan-kawan sementara selalu ada saja yang menggelayut di pikiran dan ingin saya sharing juga? Usia bertambah meski jatah hidup di dunia berkurang, kebutuhan untuk tidur juga berkurang padahal mood menonton pertandingan-pertandingan sepak bola pada dini hari seperti yang biasa saya lakoni belum kembali muncul. Untunglah berbagai tulisan para kompasianer bisa mengisi saat-saat dini hari saya.

Seakan perjalanan napak tilas, saya kembali ingat saat pertama kali saya menulis di Kompasiana ini. Tulisan berjudul 'Kakap Merah' yang saya tulis saat sakit mulai diderita oleh ibu saya, oleh Kompasianer Achsin, sahabat saya, disarankan untuk diposting di Kompasiana ini. Banyak hal yang akan  didapatkan terutama mengenai proses pematangan tulisan dan memang benar demikian adanya. Tulisan-tulisan lain kemudian mengalir begitu saja. Terima kasih, Achsin.

[caption id="attachment_417217" align="aligncenter" width="300" caption="Let the ocean sing (foto:dokpri)"][/caption]

Kemudian bulan Januari 2015 adalah saat ketika cerita 'Kakap Merah' telah menjelma menjadi sebuah novel cetak oleh sebuah penerbit lokal Kabupaten Batang yaitu Penerbit Pengging. Rangkaian cerita novel 'Ocean of Love' yang dimulai dengan Bab 1 kakap Merah. Sakit ibu saya pun telah hilang karena hari ini sudah lebih dari 40 hari ibu saya menghadap Allah Yang Maha Kuasa. Sebelumnya terasa berat karena bagi kami yang merawat, itu bukan masalah namun Sang Pencipta telah mengambil kembali kreasi ciptaanNya. Ketika Komet Lovejoy yang melintas hanya setiap 8000 tahun sekali berada pada jarak terdekat dengan matahari (Perihelion), itulah saat beliau menghembuskan nafas terakhir.

Secara alami almarhumah ibu saya memang memahami hal-hal berbau Astronomi. Beliau mengetahui tanggal bulan hijriyah melalui sinar bulan yang mengenai wajah. Saat kita orang Indonesia ribut mengenai perbedaan hari raya idul fitri, beliau selalu memiliki perhitungan tersendiri dan itu tidak ada kaitan dengan entah itu idul fitri versi Nahdhatul Ulama atau Muhammadiyah. Dari beliau saya mendapat penjelasan sederhana tentang halo atau bianglala atau juga ketika saya melihat bintang berjalan pada malam hari namun tidak melintasi jalur penerbangan komersial seperti biasanya maka beliau menjawab bahwa itu adalah pesawat tanpa awak. Jawaban yang sangat sederhana, bukan? he he..Masa-masa selama 40 hari sebelum beliau meninggal yaitu saat mana daun yang bertuliskan nama ibu saya telah jatuh dari pohon kehidupan adalah masa ketika peristiwa-peristiwa indah terlihat di luar angkasa sana. Hal yang wajar bisa jadi kepergian beliau juga saat terjadi hal luar biasa dengan Komet Lovejoy berada pada posisi perihelion.  Sebuah ketetapan yang tidak akan mungkin bisa manusia ubah. "Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yasin ayat 40).

Novel 'Biarkan Lautan Bernyanyi' yang dibuka oleh cerita 'Kakap Merah' kemudian berlanjut mengenai desa tempat tinggal saya. Beberapa memang tidak saya tulis di seri Ocean of Love yaitu mengenai konflik dengan Ibu Maisarah, kepala sekolah tempat Sri Annemarie bekerja yang juga adalah istri dari Paman Omar yaitu pamannya Mustapha, kemunculan guru mualaf dalam hubungan Sri Annemarie dan kekasihnya, Mustapha. Lalu kehidupan di asrama Universitas, komunikasi dengan seorang pria bernama Denzel Aaron Matt, dan ditutup dengan kebersamaan Sri Annemarie menikmati sunset di Pantai Weleri bersama Zakiya Simic dan dua teman kos Sri Annemarie yaitu Juliet dan Zee. "Happy ending, Aini...tapi mengapa covernya abu-abu? Suram?" Komplain salah satu pembaca yang telah membeli novel yang saya jual dengan harga IDR 53 Ribu itu. Yach, abu-abu bisa jadi sebuah kesuraman namun itu adalah juga membawa sebuah harapan. Itu menurut saya lho..

Novel 'Biarkan Lautan Bernyanyi' ini sebenarnya bukan novel pertama saya karena pada bulan Desember 2014 melalui Penerbit Pengging juga novel 'Mawar-Mawar Violet' saya dicetak. Novel ini juga dari tulisan-tulisan di Kompasiana yang berjudul Pernikahan Gerhana lalu saya tambah satu bab dan jadilah 'Mawar-Mawar Violet (Violet Roses)'. Taraa! Disebabkan disitu moment pernikahan gerhana belum masuk ke dalam cerita makanya lalu mak jreng! Judul saya ganti 100% yaitu menjadi 'Mawar-Mawar Violet (Violet Roses)'. Cerita selanjutnya baru akan ada di novel yang memang berjudul 'Pernikahan Gerhana'. Novel 'Mawar-Mawar Violet' ini saya jual pada teman-teman saya dengan harga IDR 55 Ribu. Terlalu mahal, ya? Aduh, tapi kan cerita juga tidak boleh dijual terlalu murah karena ceritanya memang tidak murah, Leah Moeed tidak murah, dan Kompasiana juga tidak murah. Selain itu juga untuk biaya cetak, bukan? Rencana novel-novel saya, akan saya tawarkan pada penerbit yang sudah punyanama setelah pertama saya cetak di Penerbit Pengging agar distribusi bisa lebih merata dan pembaca bisa lebih mudah mendapatkannya baik di Indonesia maupun (syukur-syukur) jika pihak di luar negeri juga berminat membacanya. Mengapa pertama kali menggunakan penerbit lokal? Itu karena untuk memudahkan saya berkonsentrasi dalam membuat novel berikutnya. Kalau langsung ke penerbit besar dan menunggu acc sampai ada 6 bulan, waduh...pikiran saya ke novel itu terus. Apakah ada cerita yang salah? Dimana letak kesalahannya? Mengapa harus menunggu berbulan-bulan, bawa sini saja dan langsung akan saya perbaiki kesalahan saya. Nah, jika demikian bagaimana saya bisa mencapai target pada usia 40 tahun sudah membuat minimal 3 judul buku? Tidak apa-apa bukan jika pada awalnya menggunakan penerbit kecil dan selanjutnya masuk penerbit besar? Paulo Coelho juga pada awal kepenulisannya juga demikian. Wish me luck Kompasianers! Terima kasih Kompasiana.

[caption id="attachment_417216" align="aligncenter" width="300" caption="Novel Mawar-Mawar Violet (foto:dokpri)"]

14315220041224462982
14315220041224462982
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun