Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Pernikahan Gerhana (28)

4 Januari 2013   10:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:31 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kedua olimpiade sekolah, kami yang akan masuk ke dalam hutan di bagi menjadi dua kelompok. Kelompok 1 adalah Ben, Neil, Mira, dan para pemuda Wacola. Saat ini kami belum melibatkan pihak keamanan demi menjaga kerahasiaan penyelamatan karena bagaimana pun juga kami belum bisa memilah mana orang Joana-Pedro dan mana yang bukan.Bagaimana pun juga Joana bukan perempuan yang bisa dianggap enteng.Rapatnya hubungan rahasia dia dengan Pedro menjadi salah satu bukti bagaimana ia mampu menyimpan itu semua di depan suaminya.

Kelompok 2 adalah Sam, Sharon, Jacob, dan aku.Jika kelompok 1 bertugas mengeluarkan ayah Janet dari sarang musuh dan mengendalikan mereka untuk dibawa ke Wacola, maka tugas kami sebagai kelompok 2 adalah membawa ayah Janet ke tempat yang aman dan membawanya kembali ke Wacola melalui jalan melingkar yaitu melewati desa Ibu Patricia.

"Jangan lupa busur dan anak panahnya, Marie. Itu untuk komunikasi kita." Kata Mira.

"OK."

****************

Setelah beristirahat dan berbincang sebentar dengan Ibu Patricia, kami berempat mulai menyusuri peta yang pernah aku buat dengan Sam sebagai panduan perjalanan kami.

"Kau menghafalkan peta itu, Jacob ?" Pertanyaanku kepada Jacob disambut oleh tawa Sharon dan Sam.

"Aku hanya memastikan bahwa kita akan mendapatkan tempat yang cukup layak untuk bermalam." Jawab Jacob.

"Ini hutan tropis, Jacob. Bukan hutan buatan seperti di Wishingrod.."kata Sam.

"Siapa tahu ada semacam kastil atau apa....yeah..."

Sharon dan Sam kembali terdiam sementara aku justru teringat kembali akan cerita Jacob bahwa ada kemungkinan ia memiliki hubungan darah dengan kerajaan Wacola kuno.Peluh mulai menetes di wajah kami.

*****************

Sudah cukup lama kami menyusuri rute perjalanan sesuai peta dan kini kami harus menyeberangi sebuah sungai.

"Kita istirahat dulu ya?" Pinta Sharon.

"Ya. Punggungku juga sudah terasa pegal." Kataku.

Sambil beristirahat kami  mengisi perut kami dan Jacob meski sedikit ia berusaha menyembunyikan namun mataku masih dapat melihat bagaimana perhatiannya masih pada peta perjalanan itu.

"Jacob !" Jacob menarik kedua ujung bibirnya dan aku yakin bukan begitu cara tersenyum yang alami.

"Bawa sini peta itu !" Lanjutku.

"Biar aku yang bawa. Tudak terlalu merepotkan kok..."Kata Jacob.

"Aku hanya tidak mau melihatmu menjadi cepat tua hanya karena terlalu lama memandang peta itu." Kali ini Sharon tertawa paling keras diantara aku, Sam, dan Sharon sendiri.

"Marie benar, Jacob. Seharusnya kau lebih memperhatikan dia dibandingkan dengan peta itu ha ha ha..." Kata-kata Sharon disambut oleh senyum masam di wajah Sam.

"Huh ! Ayo kita jalan lagi.Sudah cukup kan istirahatnya ?" Sam memalingkan wajahnya dari pandanganku. Maafkan aku, Sam.

"Debit air ini lebih tinggi dari biasanya. Kita harus lebih berhati-hati." Pesan Sam sebelum kami mulai memasukkan kami kami menyusuri pinggir sungai.

Lebih dari setengah jam berjalan menyusuri sungai aku terperanjat dengan teriakan Sharon.

"Hai, cantik sekali mawar-mawar itu !" Serunya.

Aku, Sam, dan Jacob mengalihkan pandangan kami ke arah yang ditunjuk oleh Sharon. Memang betul di atas sebuah bukit kecil dipinggir seberang sungai sana tumbuh beberapa pohon mawar yang berwarna violet. tempat tumbuhnya yang bergerombol memungkinkan kami melihatnya dari pinggir sungai sini. Sharon kemudian berlari menuju rumpun bunga mawar itu tanpa mempedulikan kecipak air yang membasahi bagian atas celana panjangnya bahkan sampai ke punggungnya.

"Hati-hati, Sharon !" Aku dan Sam kemudian disusul oleh Jacob berlari menyusul Sharon.

"Kalian tidak usah khawatir.kemungkinan besar mawar-mawar itu tidak berbahaya." Teriak Jacob. Itu lumayan menenangkan hatiku namun tidak untuk Sam. Ia terlihat begitu mengkhawatirkan Sharon.

**************

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun