"Janet...." Aku sengaja menghentikan kata-kataku dan benar saja Janet mau memperhatikan aku dengan lebih seksama.
"Janet.....Dalam sebuah perjalanan entah itu dua orang, tiga orang, atau dua puluh orang harus ada satu yang menjadi pemimpin."
"Lalu ?"
"Dalam perjalanan ini, aku mengangkat diriku sendiri untuk menjadi pemimpin." Kataku sambil merebahkan tubuhku.Owh, punggungku terasa sejuk bersentuhan rumput-rumput di atas bukit ini.
"Apa ? Berarti aku menjadi anak buahmu ? Aduh, Marie....Hentikan apa yang ada di kepalamu itu. Ternyata selain terobsesi akan sebuah petualangan di hutan kau pun terobsesi untuk menjadi seorang pemimpin.Naas betul nasibku menjadi korban kepemimpinanmu.Aduh, Janet yang malang......" Kata Janet panjang lebar sambil tangan menunjuk ke kepalanya sendiri.
Aku pejamkan mataku. Saat ini. Detik ini. Benarlah apa yang dikatakan bahwa diam adalah emas.
********************
Serangga hutan sudah mulai berbunyi. Aku mengajak Janet menuju ke pohon yang pernah dipanjat oleh Sam. Memang kami saat ini hanya di bukit pertama, yang sebenarnya masih sanggup jika kami tetap bermalam di rumah lalu esok pagi ke hutan lagi, tapi bisakah itu dengan fisik dan pikiran kami yang lelah seperti ini ? Aku membantu mengikat tubuh Janet menggunakan tali yang aku bawa ke cabang pohon yang membentuk bak sebuah kursi sebelum kemudian mengikat tubuhku menggunakan tali yang lain.
"Sam, hanya pohon ini yang aku rasa paling aman untuk tempat kami tidur." Kataku dalam hati sambil mengoleskan lotion anti nyamuk.
Janet menyandarkan tubuhnya sepenuhnya ke cabang pohon di belakangnya. Mulutnya terkatup rapat.Entah apa yang ada di pikirannya.Aku lihat bola matanya sedikit berkaca-kaca namun aku tahu ia mengeraskan hati untuk tidak sampai menjatuhkan air matanya.Sungguh tidak tega aku melihatnya demikian. Meski secara ekonomi keluargaku lebih baik dari keluarga Janet namun budaya Wacola tidak pernah memberinya kesempatan untuk merasakan bagaimana hidup dan perjuangan yang sebenarnya. Wacola adalah tarian. Wacola adalah musik. Wacola adalah pesta.
Mata kami masih menerawang ke atas langit sana. Dimana bintang gemintang mampu melihat kami dalam kondisi seperti ini.