"Jika hanya itu pilihan yang ada ?" Mendengar kata-kataku spontan mulut Janet menggumamkan do'a-do'a. Baru kali ini aku melihatnya demikian.
**********************
Matahari sedikit bergeser ke arah barat. Aku sandarkan punggungku dan bagian belakang kepalaku ke batu besar tempat Janet murka dengan sikap orang-orang desa beberapa bulan lalu. Janet sendiri telah merebahkan tubuhnya di atas rerumputan dengan mata terpejam. Sesantai apapun acara berlibur, itu memang tetap membutuhkan energi ekstra.Inilah akumulasi sisa-sisa kelelahan itu meski terus terang hal paling melelahkan adalah justru memikirkan bagaimana keadaan ayah Janet saat ini.
"Seharusnya tidak perlu kau bawa tas ransel Ben yang sekarang ada di dalam tasmu itu, Marie.." Kata Janet.
"Kita tidak mungkin masuk hutan dengan hanya berbekal beberapa potong keripik kentang, cokelat, dan minuman seperti yang ada di dalam tasmu itu, Janet..." kataku.
"Tapi isi tas milik Ben sepertinya juga bukan makanan yang lebih enak..." Kata Janet lagi sambil tangannya meraih tasku dan mengeluarkan tas milik Ben yang aku masukkan ke dalamnya bersama dengan barang-barang milikku.
"Justru itu...."
"Boleh aku buka ?"
"Jangan ! Itu bukan punya kita..."
"Kamu aneh, Marie....Kalau kau tahu ini bukan milik kita, mengapa kau bawa juga ?"
"Perlengkapan-perlengkapan yang Ben gunakan saat camping di Zeamays aku punya semua, tapi di Lanzones. Mudah-mudahan yang kita butuhkan suatu saat ada di dalam tas itu. Oh, aku merasa bersalah kepada Ben tapi bagaimana lagi ?"