Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ramadhan Sebentar Lagi......

29 Juli 2010   11:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:29 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_209426" align="alignleft" width="122" caption="Ramadhan (From:Google)"][/caption]

Bulan Ramadhan tidak lama lagi, saya pun telah menyelesaikan membaca 30 juz Al Qur’an seperti biasa. Dalam satu tahun saya memang selalu khatam Al Qur’an dua kali, satu kali saat Bulan Ramadhan dan satunya lagi selama dari Bulan Syawal sampai Bulan Sya’ban. Entahlah bisa jadi saya banyak pikiran tahun ini (heheee....) sehingga merasa butuh pada Sang Khaliq dengan sering membaca Al Qur’an dan waktu khatam pun maju yaitu pada pertengahan Juli kemarin, tepatnya satu hari sebelum final Piala Dunia Afsel.

Selalu ada cerita yang sama maupun yang baru saat Bulan Ramadhan. Cerita yang sama adalah Shalat Tarawih di mushola dekat kos bersama teman-teman. Teman-teman yang menurut saya lumayan lucu juga karena keyakinan mereka dalam jumlah rakaat tarawih berbeda dengan saya yang sejak kecil terbiasa sholat tarawih 11 rakaat. Disebabkan di mushola dekat kos itu sholatnya tidak 11 rakaat, maka saya hanya mengikuti 8 rakaat, lalu untuk sholat witir saya lakukan di kamar saat waktu sahur.Teman-teman mengikuti saya pulang namun baru saya ketahui kemudian bahwa mereka, teman-teman saya itu di kamar tidak melanjutkan tarawih mereka sejumlah yang mereka yakini karena kebanyakan kata mereka namun juga tidak mereka tutup dengan witir karena mereka mengaku bukan Muhammadiyah.. Setelah saya mengetahui model mereka seperti itu saya tunggui mereka saat sholat tarawih di mushola sampai witir, sementara saya tetap dengan keyakinan saya hanya mengikuti sampai 8 rakaat dansholat witirnya saya simpan untuk sholat tengah malam.

Efek saya menunggui mereka menyelesaikan sholat tarawih mereka di mushola ternyata juga berimbas pada anak-anak SMU yang diberi tugas dari sekolah untuk meminta tanda tangan dari Imam sholat tarawih maupun Ustadz penceramah. Ada jamaah lain yang bercerita bahwa para ABG itu memanfaatkan kepulangan kami setelah rakaat ke-8 dengan ikut-ikutan keluar dari mushola lalu nongkrong sambil cerita-cerita di bawah pohon beringin untuk kemudian kembali lagi setelah ustadz selesai ceramah untuk meminta tanda tangan.

Selain di mushola dekat kos saya juga kadang ikut sholat tarawih di masjid yang berjarak 1 km dari kos. Wah, masjid itu nyaman sekali. Berukuran mungil, dilengkapi AC, dan jumlah rakaatnya 11. Surat-Surat yang dibaca saat sholat witir pun seperti yang biasa saya lakukan yaitu QS. Al A’la rakaat 1, QS. Al Kafirun rakaat 2, dan QS. An Naas plus Al Falaq plus Al Ikhlas pada rakaat ketiga.

Tidak hanya waktu masih kecil dulu, pakaian untuk berlebaran selalu terasa istimewa. Dua kali dalam satu minggu biasanya saya dengan teman-teman jalan-jalan untuk melihat pakaian-pakaian untuk berlebaran di toko-toko busana yang cukup besar. Selain melihat-lihat pakaian untuk dipakai sendiri juga mencari model-model yang bisa disarankan untuk dibeli oleh saudarajuga mencari pakaian lebaran untuk para keponakan.

Model tahun ini menurut teman yang juga penjual baju, ada model waka waka dan sudah banyak yang beli. Wah, saya pilih warna untuk tim yang mana ya ? jagoan saya Jerman, jagoan teman Belanda dan Argentina tapi yang juara Spanyol. Shakira sendiri saat menyanyi kostumnya warna-warni.Emmm…. Jerman saja kali ya, kaos timnasnya kan gelap jadi kulit kita kelihatan bersih dan bisa menutupi kekurangan. Tapi tunggu dulu, model waka waka yang Jerman warna gelap atau yang putih?kan kostum timnas mereka juga ada yang putih. Ya, sambil lihat dulu lah berarti baju waka waka yang mewakili timnas Jerman seperti apa ….

Sejak tahun 2004 tinggal di kota ini saya belum pernah satu kali pun ikut merasakan meriahnya pasar kembang. Menurut teman-teman yang pulang kampung saat malam takbiran, sejak dini hari sudah penuh penjual bunga-bunga segar. Sayang sekali dua atau tiga hari sebelum lebaran saya, Ibu, dan saudara-saudara sudah sibuk luar biasa trial and error berbagai macam kue-kue lebaran sehingga pasar kembang tahun ini pun sepertinya tidak bisa saya nikmati di kota tempat saya mengajar ini. Marhaban Yaa Ramadhan. Mohon maaf lahir dan bathin....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun