Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menilik Ambisi Inalum Menjadi Regional Green Aluminium Champion di 2045

31 Maret 2022   22:15 Diperbarui: 1 April 2022   02:29 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.inalum.id/id

Sejak berdiri pada 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) hanya menempati peringkat ke-54 sebagai produsen aluminium di pasar global (data tahun 2020) dengan produksi 250 KTPA (Kilotonnes Per Annum).

Bandingkan dengan produksi China Hongqiao Group Ltd yang mencapai 6.315 KTPA. Bahkan Inalum masih kalah dibandingkan dengan kompetitornya Press Metal Aluminium, perusahaan yang berbasis di Malaysia (peringkat 26 di tahun 2020) yang mampu memproduksi 864 KTPA.

Meskipun demikian, anggota dari holding industri pertambangan Indonesia MIND ID tersebut akan berbenah. Inalum akan meningkatkan kapasitas produksi secara masif, ekspansi dari sisi upstream, midstream hingga downstream, bahkan recycling.

Inalum berambisi menjadi Regional Green Aluminium Champion di tahun 2045 dengan meningkatkan produksi dengan volume yang meningkat 10 kali lipat dibandingkan produksi eksisting saat ini.

Di dalam kesempatan sebuah webinar Kamis (31/03), Ivan Ermisyam, SPV Corporate Strategy Inalum mengatakan "Visi Inalum pada 2045 menjadi Regional Green Aluminium Champion. Kapasitas produksi kita, diharapkan naik sampai 10 kali lipat dari kapasitas sekarang. Untuk mencapai itu, kita ekspansi tidak hanya di sisi memproduksi aluminium, namun kita akan ekspansi juga di upstream, ini di bahan baku. Kemudian kita juga main sampai ke downstream bahkan kita terjun di recycle, karena kita ketahui sekarang ini sudah banyak produk-produk aluminium sehingga dibutuhkan proses recycling. Dan dalam pendanaannya nantinya akan IPO dan Fundraising".

Dikutip dari presentasinya, Ivan memaparkan bahwa total produksi aluminium perusahaan akan ditingkatkan dari ~240 Kt di 2022 menjadi ~2.4 Mt di 2045 atau terjadi peningkatan 10 kali lipat, 11% CAGR (Compounded annual growth rate). Khusus untuk produksi AI primer akan mencapai 2.2 Mt di 2045,  ~0,8 Mt di antaranya akan diproses lebih lanjut menjadi VAP (Value Added Product) berbentuk alloy, billet dan yang lainnya, serta downstream (semi-fab). 

Dari total produksi VAP, 0.2 Mt akan diproses lebih lanjut dan dijual sebagai semi-fab. Perusahaan juga tidak melupakan lini secondary (recycling) yang volumenya mencapai ~0,3 Mt hingga ~10% dari volume keseluruhan.

Untuk mencapai target tersebut, Inalum menerjemahkannya ke dalam beberapa strategi peningkatan kapasitas dan pengembangan bisnis sampai tahun 2025. Seperti diketahui, perusahaan akan membaharui strateginya setiap lima tahun. Untuk mencapa grand strategy di 2045 tersebut, berikut dapat dijabarkan strategi perusahaan hingga 2025:

Pertama, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGA) di Mempawah, Kalimantan Barat akan memproduksi alumina sebagai bahan baku smelter aluminium dengan kapasitas 1.000 KTPA Alumina. Saat ini progresnya dalam tahap persiapan lahan dan Detail Engineering Design (DED). Diharapkan Commercial Operation Date (COD) pada Q3 2024 (fase 1 @1.000 KTPA).

Kedua, proyek upgrading teknologi tunggu reduksi di Kuala Tanjung, Sumatera Utara. Inalum akan meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 250 KTPA menjadi 280 KTPA dan saat ini sedang finalisasi DED dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2024.

Ketiga, mengoptimalisasi smelter di Kuala Tanjung. Perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 280 KTPA menjadi 300 KTPA yang saat ini dalam tahap konstruksi linkage busbar dan support. Perusahaan mengharapkan dapat mengoperasikannya di Q4 (pilot test: Q3 2022).

Keempat, mengakuisisi PLTA Asahan 1 dan Asahan 3 bekerjasama dengan PT PLN (Persero) yang lokasinya di Paritohan, Sumatera Utara. Saat ini masih dalam proses diskusi dengan PLN dan diharapkan COD pada 2024. Dari akuisisi PLTA ini, perusahaan bertujuan untuk menyediakan dan memasok energi listrik dalam pemenuhan kebutuhan listrik pengembangan smelter aluminium di Kuala Tanjung. 

"Dengan smelter yang butuh banyak energi, kami berencana untuk mengakuisisi PLTA Asahan 1 dan 3 karena di sungai Asahan itu ada anak sungai. Walaupun misalnya akuisisi belum bisa terlaksana, kita akan meminta PLN unjuk bisa mensupplai ke kita dengan harga yang kompetitif dengan kebutuhan sekitar 700 MW", tambah Ivan. 

Kelima ekspansi smelter di Kuala Tanjung untuk meningkatkan kapasitas produksi aluminium dari 300 KTPA menjadi 700 KTPA. Saat ini progresnya dalam tahap plant assessment dan measurement validation yang diharapkan COD di Q4 2026. 

"Dari sisi aluminium, kami juga berencana membangun green smelter di dua lokasi, Kalimantan Utara dan di Memberano-Papua yang akan mensuplai aluminium sebesar 900 KTPA. Nah, kalau kita lihat total kapasitas sampai 2025, sudah mencapai 1.600 KTPA s.d tahun 2025,", jelasnya.

Keenam, proyek aluminium remelt PT Indonesia Aluminium Alloy (IAA) di Kuala Tanjung untuk memproduksi aluminium sekunder sebesar 50 KTPA. Saat ini sedang dalam tahap pemilihan kontraktor revamping/EPC. Perusahaan mengharapkan dapat COD pada Q4 2022 (fase 1 @30 ktpa) dan di Q4 2024 (fase 2 @50ktpa).

Ketujuh, seperti disampaikan di atas, Inalum akan terjun di pabrik hilirisasi produk (Value Added Product) yang lokasinya di Kuala Tanjung. Tujuannya untuk memberi nilai tambah bagi perusahaan melalui hilirisasi produk aluminium ingot menjadi aluminium billet serta alloy sebesar 120 KTPA. Perusahaan menargetkan dapat mengoperasikannya pada Q4 2022 (HF 707).

Ivan menambahkan "di samping itu, di smelter kami juga sedang proses membangun pabrik Calcined Petroleum Coke (CPC) dengan kapasitas 100.000 ton per tahun". Proyek ini sedang persiapan Final Investment Decision (FID) dan ditargertkan dapat beroperasi di Q3 2025. 

Untuk industri hilir ini, perusahaan mengestimasi   tambahan kebutuhan listrik sebesar 50-100 MW.

Terakhir, Inalum juga akan mengembangkan Alumina Silo di Kuala Tanjung juga yang prosesnya masih dalam proses pengadaan kontraktor EPC. Dengan proyek ini, perusahaan bertujuan untuk menambah kapasitas storage alumina (2x30 KT) untuk mendukung produksi aluminium 500 KTPA serta efisiensi biaya. Ditargetkan proyek ini beroperasi pada Q2 2023.

Perusahaan tentu membutuhkan dukungan dari banyak pihak agar target-target tersebut dapat terelasiasi. Inalum sendiri menghadapi beberapa tantangan dalam pengimplementasian target tersebut. 

Di antaranya pengurusan perizinan, tambahan suplai listrik, pajak berganda, harga yang volatile, perkembangan teknologi, adanya penambahan competitor yang baru serta isu impor aluminium yang besar.

Dom Asteria, akhir Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun