Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Money

PT Bintan Alumina Indonesia Berencana Mengembangkan Aluminium Ingot

30 Maret 2022   12:56 Diperbarui: 1 April 2022   00:55 8652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Smelter PT BAI. Sumber: kek.go.id/berita/2021/06/KEK-Galang-Batang-Akan-Ekspor-Perdana-Alumina-300

Operator smelter alumina PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau mengungkapkan bahwa realisasi ekspor SGA perusahaan telah mencapai 754.667 ton per Maret 2022.  

Ekspor perdana alumina SGA tersebut terjadi pada Juli tahun lalu dan telah menghasilkan nilai devisa sebesar US$ 290.546.795.

Purba Robert Sianipar Senior Advisor PT BAI mengungkapkan "kami mengekspor lebih banyak ke Malaysia dan Cina yang merupakan penanam modal di PT BAI ini dengan harga katakanlah mungkin US$ 385 per ton. Kapasitas alumina yang akan kami kembangkan sudah disetujui, sudah mempersiapkan AMDAL-nya terakhir yakni kapasitas 2 juta ton per tahun.

Saat ini 1 juta ton per tahun, tapi akan ditingkatkan menjadi 2 juta ton per tahun, on going", dalam webinar "Komoditas Aluminium" yang diselenggarakan hari ini (29/03) tanpa merinci perusahaan yang menjadi pemasok bijih bauksit berikut kapasitasnya.

PT BAI sendiri berencana mengembangkan hilirisasi dalam Aluminium Ingot dengan target pasar ke Asia Tenggara, Asia Timur, Afrika dan Eropa. 

"Rantai yang direncanakan untuk industri aluminium di Galang Batang ini diharapkan mulai dari bauksit yang menghasilkan alumina, kemudian alumina menghasilkan ingot dan dari ingot untuk turunan-turunan lebih lanjut. Jadi kita harapkan nanti ekosistem dari industry aluminium ini bisa terbentuk di Bintan. Kapasitas produksi di wilayah ini jika telah berjalan semua maka akan dihasilkan aluminium ingot 1 juta ton per tahun dan carbon anode 520.000 ton per tahun", jelasnya.

Berdasarkan presentasinya, Purba menjelaskan bahwa rencana pembangunan industri aluminium PT BAI dibagi ke dalam 3 tahap: tahap pertama pembangunan alumina refinery dengan kapasitas 1 juta ton dan didukung dengan PLTU dengan kapasitas 150 MW serta fasilitas pendukung lainnya (telah beroperasi); tahap kedua diestimasi selesai pada 2024 yaitu pembangunan alumina refinery dengan kapasitas 1 juta ton (kapasitas alumina refinery menjadi 2 juta ton) dan pembangunan aluminium smelter (Aluminium Ingot) dengan kapasitas 250 ribu. 

Di tahap ini akan didukung dengan PLTU dengan kapasitas 900 MW serta fasilitas pendukung lainnya; dan pembangunan tahap akhir diestimasi selesai pada tahun 2027 yaitu pembangunan aluminium smelter (Aluminium Ingot) dengan kapasitas 750 ribu ton dan didukung dengan PLTU dengan kapasitas 1800 MW serta fasilitas pendukung lainnya.

"Untuk menunjang semua pengoperasian tersebut, saat ini telah terbangun fasilitas pelabuhan dengan kapasitas bongkar muat 20 juta ton per tahun dengan keterangan seluas 980 meter dermaga plus dermaga tongkang. Dermaga serbaguna dapat disandari 2x35.000 DWT mother vessel dan dermaga tongkang dapat disandari 4x100 DWT tongkang.

Pelabuhan ini merupakan hal yang krusial untuk mendatangkan bauksit maupun batubara serta keperluan-keperluan lainnya untuk pembangunan smelter maupun untuk power plant. Kemudian mebangun gas station yang akan menghasilkan gas berkualitas tinggi sebanyak 1.9 miliar m3 per tahun. Untuk gas station ini, kami mengaplikasi proses yang ramah lingkungan, dilengkapi dengan 6 buah atmospheric fluidized bed pulverized coal gasifier, setiap unit dapat memproduksi gas 40.000 m3 per jam dengan kadar kalori lebih dari 1250 kcal/m3.

Ditambah pembanguna water reservoir dengan kapasitas 20 juta m3 per tahun dan akomodasi untuk 20.000-21.000 orang", jelasnya.

Saat ini, PT BAI sendiri telah menggunakan lahan seluas 1.238 ha (70,7%) di KEK Galang Batang dari 1.800 ha yang dikuasai. Rencananya PT BAI akan melakukan perluasan hingga 2.570 ha, yang mana KEK Galang Batang sendiri sesuai penetapannya seluas 2.333,6 ha.

Rencananya ultimate investment untuk proyek-proyek di lokasi tersebut akan mencapai US$ 5.5 miliar (sekitar Rp 75 triliun) dan diperkirakan hingga tahun 2027 akan menelan investasi hingga Rp 36,25 triliun. 

Perkiraan realisasi investasi sampai akhir tahun 2021 diestimasi perusahaan sekitar Rp 18 triliun. PT BAI sendiri saat ini telah mempekerjakan 3.500 orang dengan proyeksi ultimate nantinya mencapai 21.000 orang.

Di dalam penuturannya, Purba mengatakan bahwa PT BAI tidak mendapat fasilitas pengurangan pajak penghasilan badan yang dijanjikan sesuai dengan isi PMK No.237 tahun 2020 tentang "Perlakuan Perpajakan, Perbaeanan dan Cukai pada KEK" dan PMK No 33 Tahun 2021.

Pemegang saham BAI adalah Global Aluminium International Pte Ltd/GAI (99%) dan PT MKU (1%). Pemegang saham GAI adalah Nanshan Aluminium Singapore Co Pte Ltd (95%) dan Redstone (5%).
[00.25, 30/3/2022] Lambok Dominikus: PT BAI berencana membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 2.850 MW di KEK Galang Batang, pemerintah meminta berbasis energi terbarukan
By Lambok Dominikus

Operator smelter alumina PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Galang Batang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau berencana membangun pembangkit listrik hingga kapasitas 2.850 MW. Saat ini yang sudah beroperasi ialah PLTU dengan kapasitas 6x25 MW dan perusahaan telah mengoperasikan smelter yang memproduksi Smelter Grade Alumina (SGA) dengan kapasitas 1 juta ton per tahun.

Pemerintah melalui Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM meminta pihak PT BAI untuk mengubah RUPTL-nya agar pembangkit yang baru berbasis energi terbarukan. "Pembangkit listrik di KEK Galang Bintan untuk tahap I sudah operasional, 6x25 MW (PLTU). Ini yang tahap II masih perlu diselaraskan karena RUPTL kami masih belum disetujui Dirjen Gatrik. Karena kita sebenarnya waktu mengajukan rencana pembangunan KEK Galang Bintan ini sudah disetujui untuk menggunakan PLTU karena ekonomis untuk segi pembiayaan.

Tapi karena kebijakan pemerintah untuk menggunakan energi baru terbarukan, maka RUPTL yang kita akan kita ajukan ke Ditjen Ketenagalistrikan dan Kementerian ESDM diminta dirubah lagi, disesuaikan lagi dengan kebijakan pemerintah yang baru", Purba Robert Sianipar Senior Advisor PT BAI dalam webinar "Komoditas Aluminium" yang diselenggarakan hari ini (29/03) tanpa merinci lebih lanjut terkait rencana tersebut.

Purba mengatakan bahwa pasokan batubara untuk PLTU milik PT BAI bersumber dari PT Bukit Asam Tbk. "Bahan mentah kita yaitu dari Kalimantan dan Sumatera. Untuk batubara kita saat ini 80% di-supply oleh Bukit Asam", katanya.

Berdasarkan presentasinya, Purba menjelaskan bahwa rencana pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas 2.850 MW tersebut akan dibagi ke dalam 4 tahap.

Tahap I 6x25 MW, penyediaan steam dan tenaga listrik untuk refinery alumina, selesai Juni 2022. Tahap II 8x150 MW untuk mensupply tenaga listrik ke aluminium smelter tahap I dengan kapasitas 400 ribu ton ingot selesai 2025. Tahap III, 4 x 150 MW untuk mensuply tenaga listrik ke aluminium smelter tahap II dengan kapasitas 250 ribu ton ingot selesai 2026. Tahap IV, 6x150 MW untuk mensuply tenaga listrik ke aluminium smelter tahap III dengan kapasitas 350 ribu ton ingot, selesai 2027.

Pemegang saham BAI adalah Global Aluminium International Pte Ltd/GAI (99%) dan PT MKU (1%). Pemegang saham GAI adalah Nanshan Aluminium Singapore Co Pte Ltd (95%) dan Redstone (5%).

Dom Asteria

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun