Mohon tunggu...
Dom Asteria
Dom Asteria Mohon Tunggu... Jurnalis - Energy Journalist

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemerintah Mempertimbangkan Penghentian Izin Industri Alumina yang Baru, Fokus Hilirisasi

29 Maret 2022   21:10 Diperbarui: 30 Maret 2022   16:08 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://stock.adobe.com/images/id/240257977

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sedang mempertimbangkan penghentian izin industri alumina yang baru. ]

Mulai tahun 2022 ini akan terdapat 11 pabrik pengolahan dan pemurnian bauksit yang akan memproduksi SGA (smelter grade alumina) dan 2 pabrik yang akan memproduksi CGA (chemical grade alumina) dengan total produksi alumina sebesar 13,7 ton per tahun yang nantinya memerlukan input bauksit sebesar 38,55 juta ton per tahun.

Sri Bimo Pratomo, Koordinator Industri Logam Bukan Besi, Direktorat Industri Logam Kementerian Perindustrian mengatakan "kami mengusulkan penghentian izin industri alumina dan mendorong investasi di sektor industri aluminium ingot (primer dan sekunder) serta industri hilir berbasis aluminium. Penghentian izin industri alumina ini maksudnya yang baru, yang sudah ada kita dorong terus biar berkembang.

Karena kami berpikir industri yang sudah ada akan kekurangan bahan baku nantinya. Ini sudah terlihat pada industri smelter nikel, sudah ada nuansa rebutan dan arahnya justru bijih nikel kadar rendah.

Oleh karena itu kami sedang memikirkan penghentian industri yang akan berinvestasi di bidang refinery bauksit", dalam sebuah webinar "Komoditas Aluminium" yang diselenggarakan hari ini (29/03).

Sri Bimo menuturkan bahwa saat ini terdapat dua produsen SGA di tanah air yaitu PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (WHW) dan PT Bintan Alumina Indonesia (BAI), serta satu perusahaan yang memproduksi CGA yakni PT Indonesia Chemical Alumina (ICA). "Tetapi ada sisanya total 10 perusahaan (dalam tahap konstruksi) yang nanti akan berinvestasi sebagai produsen SGA dan CGA (9 SGA dan 1 CGA)", katanya. 

Pembangunan keseluruhan refinery alumina yang direncanakan tersebut berpotensi memberikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNPB) sebesar US$ 272,6 juta dan Pajak senilai US$ 848,6 juta setiap tahun di mana produk SGA sendiri 10,4 juta ton dan CGA sebesar 1,3 juta ton. Refinery baru yang sedang dibangun diklaim sudah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku SGA untuk smelter aluminium yang salah satunya dimiliki oleh PT Inalum.

Saat ini pemerintah mendorong realisasi pengoperasian industri refinery bauksit penghasil alumina serta penyerapan domestik untuk produk SGA di tanah air. Selain itu, pemerintah juga sedang mengkaji pengaturan efisiensi tata niaga bijih bauksit-SGA-aluminium secara terintegrasi. 

Pasalnya pemerintah telah menargetkan penyetopan ekspor bijih bauksit yang diharapkan berlaku 2023 nanti. Saat ini, bijih bauksit Indonesia dominan diekspor dikarenakan baru ada dua perusahaan refinery alumina yang mana pada tahun 2020 lalu nilainya mencapai US$ 450 juta. Sri Bimo mengatakan bahwa diperlukan penambahan industri smelter aluminium di Indonesia (saat ini PT Inalum) sehingga dapat menyerap produksi alumina dalam negeri. 

Untuk itulah, pemerintah akan fokus pada pemanfaatan bahan baku bauksit dan alumina (SGA) untuk diolah di dalam negeri, daur ulang scrap aluminium dan industry forming (flat product).

Sementara itu, Sri Bimo memproyeksikan kebutuhan alumina sebesar 1,6 juta ton pada tahun 2022 (asumsi PT Inalum dapat ekspansi) dan 3 juta ton per tahun pada tahun 2035 dengan melihat pertumbuhan industri aluminium primer. Pemerintah memprediksi alumina akan diekspor lebih dari 10 juta ton setiap tahunnya sejak tahun 2022.

Sebagaimana diketahui, untuk komoditas bijih bauksit sendiri, saat ini secara total terdapat 99 Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP OP) di tanah air dengan sebaran 6 IUP di Kepulauan Riau, 84 IUP di Kalimantan Barat dan 9 IUP di Kalimantan Tengah yang memproduksi bijh bauksit. Total produksi bijih bauksit dari 99 IUP termasuk Izin Usaha Industri (IUI) tersebut sebesar 35,1 juta ton per tahun.

Pemerintah telah mencanangkan akan melakukan peningkatan kegiatan eksplorasi bauksit dan peningkatan konversi sumberdaya menjadi cadangan yang laporannya akan di-update rentang 2041-2045. 

Pada tahun 2020, total sumberdaya bauksit di Indonesia mencapai 5.5 miliar ton bijih dan cadangannya mencapai 3 miliar ton bijih. 

Provinsi Kalimantan Barat sendiri merupakan pemilik cadangan bauksit terbesar di tahun 2020 dengan besaran mencapai 2.3 miliar ton bijih.

Cadangan tersebut diprediksi akan habis dalam 83 tahun atau pada tahun 2105 jika tidak ada penambahan cadangan dan tingkat produksi yang sama sebesar 35,1 juta ton/tahun.

Dom Asteria, akhir Maret 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun