Walaupun hanya melakukan 2 Lap saja untuk mencari data race program, setidaknya Perez tahu bagaimana ban bereaksi dengan driving style dan keadaan sirkuit saat itu. Ditambah Red Bull setidaknya punya data (walau minimal) untuk membuat simulasi yang akan diterapkan dalam balapan di hari Minggu. Tetapi, data krusial yang menjadi pembeda antara Ferrari dan Red Bull diambil oleh Max Verstappen di FP1
Di akhir dari FP1, Max Verstappen menjalankan program simulasi balapan (bensin full-tank dan Ban Medium) dimana semua tim tidak melakukan. Keadaan sirkuit yang masih berdebu dan grip level yang rendah membuat banyak tim tidak melakukan simulasi balapan karena data yang diambil ditakutkan tidak terlalu akurat. Data ini yang menjadi faktor kunci dalam kemenangan Red Bull di GP Singapura dimana keadaan sirkuit yang mengering akibat hujan relatif sama dengan keadaan FP1 dan Red Bull punya data untuk balapan dengan keadaan tersebut. Sedangkan Ferrari yang hanya mempunyai data dari Carlos Sainz Jr. dari FP2 relatif buta dengan keadaan dan data yang diambil relatif tidak berguna.
Persiapan Yang Matang Mengalahkan Mobil Tercepat
Andai balapan ini full-dry (kering kerontang tanpa ada hujan), bisa jadi Ferrari akan kabur atau setidaknya dapat menyalip Red Bull kembali dan memenangi balapan di Marina Bay. Tetapi, mother nature mempunyai rencana lain. Balapan basah dan akhirnya mengering menjadi tema dari balapan GP Singapura musim ini. Kekuatan Ferrari dengan mobil yang sangat cepat serta Red Bull yang 'sudah tahu medan perang' terbukti pada saat mereka memakai ban slick.
Ferrari menunjukan mereka adalah mobil tercepat di Marina Bay dan mereka membuktikannya. Lepas pitstop untuk ban slick, Leclerc berhasil menempel Perez dan terlihat tinggal tunggu waktu saja untuk Ferrari merebut kembali P1. Tetapi kondisi sirkuit yang masih becek di beberapa bagian membuat aksi menyalip sangatlah beresiko tinggi (tanyakan saja kepada Verstappen dan Russell). Faktor sirkuit yang hanya kering di racing line saja dan Red Bull mempunyai 'data penting' membuat Perez mampu keluar dari tekanan Leclerc dan 'ngacir' di akhir balapan.
Dikarenakan mempunyai data serta kondisi sirkuit yang menyulitkan pembalap untuk menyalip, Sergio Perez dan Red Bull berhasil bertahan dari serangan Ferrari di 10 Lap awal pasca pitstop. Red Bull sangatlah terencana untuk kondisi ini (karena data FP1 dari Max Verstappen) membuat mereka tidak harus mem-push ban dari awal untuk kabur. Mereka menyuruh Perez untuk tetap konsisten dan tidak terburu-buru untuk membangun temperatur ban untuk menuju temperatur optimal. Terbukti, walaupun mereka terlihat konservatif di 10 Lap awal, mereka berhasil kabur dari Ferrari dan Leclerc dan membuat jarak hingga diatas 7 detik.