Mohon tunggu...
Lazuardi Ansori
Lazuardi Ansori Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Lahir dan besar di Lamongan, kemudian belajar hidup di Sulawesi dan Papua...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hati dan Pikiran

18 April 2010   02:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:44 3425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Masalah Sholat, saya juga pernah punya pengalaman tentang ‘logika sholat’. Sekitar dua bulan lalu saya ketemu dengan orang Australia yang mengaku sejak empat tahun yang lalu telah muslim. Kita ngobrol beberapa hal, dan akhirnya sampai pada dialog singkat yang menarik bagi saya.

“Kenapa saya tidak pernah lihat anda di Masjid?” Tanyaku

“Saya memang tidak pernah ke Masjid…” Jawabnya singkat.

“Kenapa…? anda tidak sholat…?”

“Saya tidak perlu sholat… Tuhan dengan manusia itu sangat dekat, sehingga saya tidak perlu ritual-ritual seperti itu… saya bisa ngobrol dengan Tuhan kapan saja dan dimana saja…” Dia coba menjelaskan.

Seperti inilah akibat kita mencoba untuk selalu me-logika-kan Tuhan. Ilmu kita ini seperti setetes air di samudra ilmunya gusti Allah yang luas. Jadi sampai kapanpun, meskipun otak kita ini dianggap hebat (dalam tataran makhluk) tetap saja akan menthok pada suatu titik tertentu saat mempelajari Tuhan. Seperti kata Seorang sahabat, bahwa kita tidak akan pernah mencapai cakrawala, namun cakrawala bisa kita jadikan ‘kompas’ dalam menentukan arah perjalanan.

Dengan bule itu, saya tidak mendebatnya. Pikiran saya macam-macam saat itu. Mungkin dia ini masuk salah satu aliran sesat di Australia sana, atau mungkin dia ini Islam-nya hanya karena ingin mengawini perempuan muslim dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan yang aku ciptakan sendiri di dalam pikiranku. Saya tidak melanjutkan obrolan tentang sholat itu, saya sering dengar bule sangat tidak suka kalau kita membicarakan agamanya. Meskipun sebenarnya ada alasan lain kenapa saya tidak teruskan obrolan itu : Bahasa Inggris saya patah-patah.

-----
Tembagapura, 27 September 2009

Note : Saya ini bukan santri atau apapun, saya menyadari akan segala keterbatasan ilmu saya... jadi saya selalu menyediakan ruang di dalam hati saya untuk menerima kemungkinan bahwa saya ini salah…. Saya ini cuma orang sok tau yang tangannya gatel pengen ngetik... Bagi yang sudah ‘mapan’ ilmunya dan ngerti bahwa saya salah, nyuwun tolong segera ‘selamatkan’ saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun