Mohon tunggu...
LAZ Harfa
LAZ Harfa Mohon Tunggu... Freelancer - Saling Menguatkan

LAZ Harapan Dhuafa merupakan Lembaga Non Profit yang berkonsentrasi pada pemberdayaan kaum dhuafa sejak tahun 2004. Melalui pengelolaan Zakat, Infaq, Shodaqoh, Wakaf, dan Dana Sosial lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setelah 30 Tahun, Santri Ponpes Nurul Ikhlas Baru Memiliki Sarana Air Bersih

1 April 2021   15:44 Diperbarui: 1 April 2021   15:50 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama 30 tahun, para santri yang berada di Pondok Pesantren Nurul Ikhlas, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten, tidak memiliki Sarana Air Bersih (SAB) dan MCK yang layak hingga harus mandi, mencuci, dan BAB di Sungai setiap harinya.

Pada Senin (29/3), LAZ Harapan Dhuafa meresmikan fasilitas SAB dan MCK untuk para santri. Pembangunan SAB dan MCK ini merupakan hasil gotong royong sedekah dari donatur semuanya.

Peresmian tersebut dihadiri langsung oleh Kepala Kelurahan Sayar (Jaenudin), Koordinator Digital Fundraising LAZ Harapan Dhuafa (Irfan Gian Pratama) dan Pimpinan Ponpes Nurul Ikhlas (KH. Salimi).

LAZ Harapan Dhuafa berfokus untuk memberikan air bersih dan sanitasi yang layak dan merata untuk semua orang, tujuan ini sejalan dengan tujuan keenam pada pembangunan berkelanjutan (SDGs) tahun 2030.

"Tak bisa kita bayangkan 30 tahun para santri ini masih BAB Sembarangan dan kesulitan air bersih. Tentu semangat belajar mereka harus terus kita jaga dengan memberikan akses yang mudah untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi yang layak. Pembangunan SAB dan MCK ini merupakan hasil gotong royong sedekah dari para donatur melalui LAZ Harapan Dhuafa" Ujar Irfan.
 
"Air ini merupakan kebutuhan utama untuk para santri. Semoga bantuan ini menjadi amal jariyah untuk para donatur, kami akan berupaya menjaganya sebaik mungkin" Kata KH Salimi.

Sedangkan Taufiq, salah satu santri menyampaikan sebelumnya dirinya merasa kesusahan air. Akan tetapi dengan adanya SAB dan MCK kini ia dan para santri mengaku bisa lebih serius dalam belajar karena tidak lagi membutuhkan waktu lama berjalan kaki atau mengantri untuk sekedar buang hajat atau mandi di sungai.

"Sekarang lebih mudah, gak lagi ngantri, ya Insya Allah makin semangat ngajinya. Kan sudah lebih dekat", kata Taufiq
Kondisi kurangnya SAB dan MCK karena pesantren tersebut tidak memungut biaya kepada para santri, santri yang belajar merupakan anak-anak dhuafa yang dibina ilmu agamanya. Menjadikan pesantren tersebut belum mampu secara mandiri membangun sarana pendukung terutama SAB dan MCK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun