Guido de Bres, ia seorang Pendeta yang setia, lahir di Mons-Belgia 1522. Saat remaja ia sudah mengenal doktrin Reform. Tuhan menuntun dia kepada percaya yang sejati dalam Yesus Kristus, walau penganiayaan terhadap orang Kristen saat itu sangat intens. Ia juga menulis Pengakuan Percaya Belgia (1561).
Lalu ia ke London, di sana ia belajar berkhotbah dari beberapa tokoh penting pembaharuan seperti Jhon a' Lasco dan Marthin Bucer.
Tahun 1552, ia kembali ke tanak kelahirannya dan memulai berkeliling melakukan penginjilan di sana, walau dalam keadaan bahaya. Ia melayani sebuah sidang di kota Lille dan Ghent, di sana ia menulis "LE BATON DE LA FOI" (Staf Iman) untuk membela piman Reformasi.
Dalam pelayananya, ia bertemu dengan John Calvin di Frankfurt, Jerman dan diminta untuk ke Jenewa di sana ia tinggal selama 3 tahun untuk belajar iman Reformed dan ia menguasai Bahasa-bahasa Alkitab dalam tuntunan Calvin dan Beza. Ia menikah dengan Catherine Ramon dan memiliki anak-anak.
Setelah ia kembali ke kotanya, ia melayani beberepa tempat (Lile, Antwerp, Mons, dan Doornik) di sana terus hidup dalam bahaya dan terpaksa menyamar dengan nama "JEROME"
Di Doornik, ia melayani cara rahasia pada waktu malam. Banyak orang di sana dibunuh oleh otoritas/kekuasaan Roma Katolik. Selain itu ia juga berjabat sebagai Mentri di Prancis utara dan sedikit tenang hidupnya di sana. Wilayah pelayanannya bertambah seperti di Amiens, Mortdidier, Dieppe, dan Sedan.
Kemudian, ia melayani lagi di Valencinnes dan protestan sanagat bertumbuh maju di sana. Karena di sana ada Elemen radikal, maka Raja Philips II terprofokasi dan mengirim tentara ke sana dan mengepung kota, beruntung Bres dan teman-teman melarikan diri, yang kemudian mereka ditangkap dan dipenjarakan di bawah tanah yang gelap dan lembab yang dipenuhi tikus oleh otoritas/kekuasaan Roma katolik.
Dalam penjara itu, ia menulis "PERJAMUAN MALAM TUHAN" juga "IBU YANG LANJUT USIA" dan beberapa surat lainnya dan juga teruntuk istrinya.
Dan inilah surat untuk istrinya:
Istriku tersayang dan terkasih di dalam Tuhan Yesus,
Kesedihan dan kesedihanmu adalah penyebab aku menulis surat ini untukmu. Saya selalu mendoakan agar anda tidak terlalu bersedih......kamu tahu ketika kita menikah bahwa mungkin kita tidak akan memiliki bertahun-tahun bersama, dan Tuhan telah memberi kita tujuh tahun. Jika Tuhan inginkan kita hidup bersama lebih lama, Dia bisa dengan mudah membuatnya menjadi demikian. Tetapi itu bukan kesenangannya. Biarlah kebaikannya yang terjadi.....selain itu, Â anggaplah aku tidak jatuh di tangan musuh-musuhku secara kebetulan, tetapi karena ketetapan Tuhan.....semua pertimbangan ini telah membuat hatiku, senang dan damai, dan aku berdoa kepadamu, sahabatku yang tersayang dan setia, untuk bersukacita bersamaku, dn berterima kasih kepada Tuhan yang baik atas apa yang dia lakukan, karena Dia tidak melakukan apapun selain apa yang asama sekali baik dan benar......aku berdoa agar engkau dihibur di dalam Tuhan, untuk menyerahkan dirimu dan urusanmu kepadanya, dia adalah suamu dari janda dan ayah dari yatim dan dia tidak akan pernah meninggalkan atau meninggalkanmu.....
Selamat tinggal, Catherine, kesayanganku!
Aku berdoa Tuhanku untuk menghiburmu,
Dan memberi pengunduran diri atas kehendaknya yang kudus.
Suamimu yang setia, Guido de Bres.
Kemudian Guido de Bres digantung di depan umum pada 31 Mei 1567 pada usia 47 tahun. Dia didorong dari tangga, sambil menghibur orang banyak yang telah berkumpul, mendesak mereka untuk tetap setia pada kitab suci. Tubuhnya dibiarkan menggantung selama hari itu, dan dikubur cara dangkal sehingga, anjing-anjing dan hewan liar menggali dan memakannya.
------------------------------------LDJ------------------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H