Hanya saja, di dalam sini, hantunya hidup. Hidup, berbadan besar, dan sangat menakutkan.
Nama hantunya Papa.- Ava, Di Tanah Lada, halaman 2.
Berbeda dengan anak-anak seusianya, dibanding mainan, Ava lebih senang dengan kamus Bahasa Indonesia. Kamus itu diberikan oleh Kakek Kia, kakeknya, itu sebabnya Ava tumbuh dengan tutur kata yang baik dan menguasai banyak kata asing. Setiap kali penasaran dengan kata yang baru ia dengar, Ava akan langsung membuka kamusnya dan mencari arti dari kata itu. Kata yang pertama Ava cari adalah kalut. Kata yang cukup menyedihkan untuk dicari tahu artinya oleh seorang anak kecil.
Kepergian Kakek Kia kemudian mengantarkan Ava pada petualangan baru. Ia dan keluarganya pindah ke sebuah rusun bernama Rusun Nero yang gelap, kotor, dan banyak kecoak serta tikus. Katanya, hantu senang tinggal di tempat seperti itu dan papa Ava yang membawa mereka untuk tinggal di sana karena dekat dengan sebuah tempat taruhan.
Petualangan Ava bermula ketika ia bertemu dengan P--nantinya namanya akan berubah menjadi Pepper lalu berakhir menjadi Pasha-- yang sama-sama tinggal di Rusun Nero dan sama-sama punya papa yang jahat bahkan lebih kejam. Di novel ini, P adalah puisi Aku karya Chairil Anwar. Setiap larik dari puisi ini menggambarkan P, anak usia 10 tahun itu tidak pernah dipelihara siapa-siapa, mamanya pergi meninggalkannya bersama papa yang tak pernah memperlakukannya dengan cinta. Meski mendapat berbagai perlakukan kejam, P masih ingin percaya bahwa papanya menyayanginya. Ia tetap bertahan karena ia masih berharap papanya akan berubah menjadi baik sehingga ia tak perlu percaya bahwa semua papa di dunia adalah jahat dan ia tak perlu takut untuk menjadi papa.Â
Meski hidup tanpa sempat merasakan kasih sayang dari papa dan mamanya, ada dua tokoh yang senantiasa membantu P dari kekejaman papanya. Mereka adalah Kak Suri dan Mas Alri. Kak Suri adalah perempuan yang tinggal di lantai 4 Rusun Nero, ia suka mengajarkan P Bahasa Inggris sehingga P tetap pintar meski ia tidak sekolah. Sedangkan Mas Alri adalah laki-laki yang mengajarkan P bermain gitar dan mengenalkan puisi Aku yang sudah dialih bahasa ke Bahasa Inggris dan ditambahkan melodi.Â
Pertemuan Ava dan P adalah awal dari banyak hal tak terduga yang akan mereka lalui, Â termasuk pelarian mereka ke Tanah Lada--tanah di mana kebahagiaan banyak tumbuh-- untuk mencari apa yang tak pernah mereka dapatkan: kebahagiaan. Menuju akhir cerita, bukannya menemukan apa yang mereka cari, Ava dan P justru dihadapkan pada kebenaran yang tak pernah mereka duga: mama Ava yang bercerai bukan karena mengasihani Ava dan papa P yang selama ini menghancurkan jiwa dan raganya adalah bukan papa P yang sebenarnya. Kebenaran tersebut kemudian membawa cerita ini pada akhir yang membuat saya tercekat dan termenung bahkan hanya dengan membayangkannya kembali.
PenokohanÂ
Pusat cerita dari novel ini adalah tokoh Ava. Ziggy menggambarkan Ava sebagai sosok anak kecil yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia di atas rata-rata. Perbendaharaan kosakatanya juga sangat kaya. Meski demikian, Ava yang pintar berbahasa tetaplah seorang anak kecil. Ia punya banyak sekali pertanyaan di benaknya. Anak kecil juga suka meracau dan narasi yang disampaikan oleh Ava cukup banyak mengandung racauan khas anak-anak.
Lalu, tokoh P digambarkan sebagai anak laki-laki berusia 10 tahun yang dewasa sebelum waktunya. Perjalanan hidupnya yang penuh kegetiran membuat P tidak bisa bertingkah selayaknya anak-anak. P juga sangat jarang tersenyum, tawanya juga kecil. Tumbuh dengan papa yang jahat membuat P yakin kalau di masa depan ia jadi seorang papa, ia juga akan jadi jahat.Â
Tumbuh di lingkungan yang tidak harmonis menjadikan Ava dan P tumbuh menjadi anak-anak yang berhenti percaya. Mereka berhenti percaya bahwa di dunia ini masih ada papa yang baik, mereka berhenti percaya bahwa mereka masih bisa berbahagia walau tanpa papa yang baik, mereka berhenti percaya kalau apa yang terjadi di hidup mereka bukan tanpa alasan. Dengan segala kepolosan mereka, Ava dan P sering kali membahas kematian tanpa rasa takut. Mereka begitu ingin bereinkarnasi dengan tetap mengingat satu sama lain. Ava dan P sama-sama ingin hidup kembali dalam wujud penguin. Hal ini jelas cukup menyedihkan karena bagaimana bisa anak seusia mereka membicarakan kematian sedang masih ada banyak hal menyenangkan lain yang bisa mereka pikirkan sebagai anak-anak.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!